SholawatSholawat Nariyah
Sholawat untuk Rasul
Sholawat untuk Nabi
Sholawat
Dirimu merdu
Dirimu indah
Dirimu syahdu
Sholawat
Aku tenang
Aku tentram
Aku damai
Karenamu
Bumi
5 Ramadhan 1441
Allahumma sholli shollatan
Kaamilatan wa sallim salaaman
Taaman ‘ala sayyidinaa
Muhammadin alladzi
Tanhallu bihil ‘uqadu
Wa tanfariju bihil kurabu
Wa tuqdhaan bihil hawaa’iju
Wa tunaalu bihil raghaa’ibu
Wa husnul khawaatimi
Wa yustasqal ghomaamu
Bi wajhihil kariimi
Wa ‘alaa aalihi
Wa shahbihi fii kulli
Lamhatin wanafasin
Wanafasin bi‘adadi
Kulli ma’luumin laka
Pikiran Aisyah yang awalnya kalut seketika tenang, hatinya yang awalnya tak karuan seketika tentram, sholawat nariyah yang dia dengar membuatnya terasa syahdu.
Langkah Aisyah yang tadinya kejar-kejarnya seperti hendak berlari, terdiam tak bergerak sedikitpun, Aisyah berhenti tepat didepan rumah keramik dengan cat berwarna hijau, dia sedang hanyut dalam sholawat yang berasal dari rumah tersebut, Aisyah tersadar Allah tak memberikannya pendengaran hanya untuk hal yang buruk saja tapi juga hal baik seperti yang sedang dia nikmati.
“Aisyah, Aisyah, Syah”
Teriak seorang lelaki dengan kulit agak gelap menarik paksa Aisyah dari syahdunya sholawat nariyah yang tengah dia nikmati.
Aisyah menoleh kesumber suara itu, dia ternyata Iman seorang lelaki yang merupakan teman Aisyah juga sejak SMP namun bukan teman dekatnya, Iman juga merupakan lelaki yang sedang dekat dengan Rahmi, dengan menenteng kresek hitam Iman berlari kearah Aisyah
“nih pangsitmu, kukira kau sudah sampai rumah ternyata masih disini”
Ucap Iman dengan sedikit terengah-engah, dia memperbaiki posisi berdirinya sambil mengatur nafasnya setelah berlari tadi
“terima kasih ya Man, aku duluan”
Aisyah menyambut kresek hitam dari Iman tadi dan berlalu. Jalan menuju rumah Aisyah yang harusnya tak terlalu panjang jadi perjalanan yang panjang bagi Aisyah, Sholawat nariyah yang tadi sempat menentramkan hatinya masih terngiang jelas ditelinganya, Aisyah sudah sangat tidak asing dengan suara merdu itu, sambil menikmati sholawat nariyah yang masih tersimpan jelas dikepalanya, Aisyah lalu mengembangkan senyumnya dan memandang kedepan serta memantapkan langkahnya untuk menuju pulang kerumah.
***
Dreet-dreet getaran gawai Aisyah menghentikannya menikmati sebuah novel islami yang sedang dia baca, diraih gawai berwarna gold yang ada diatas meja dilayarnya terlihat Rara memanggil, Aisyah kenal sekali dengan temannya yang satu ini, Rara adalah salah satu teman Aisyah di kampus, seorang mahasiswi semester 6 jurusan kehutanan yang gila jalan-jalan dan akhir-akhir ini temannya itu sedang menekuni hobi barunya yaitu perawatan ke klinik kecantikan
“Assalamualaikum, ada apa ra?”
“waalaikumsalam, aduh Aisyah kamu kemana aja sih, liat aku udah spam chat loh kok nggak dibalas sih”
“ya maaf aku lagi baca novel nggak megang hp, ada apa sih?”
“dirumahku mau yasinan Syah, kamu datang ya”
“oh iya aku pasti datang lah, jam berapa?”
“jam 4 Syah sekalian bukber, oh iya tapi kita keluar dulu yah sekitar jam 2”
Tanpa bertanya lagi Aisyah langsung menyetujui permintaan temannya yang satu itu, karena Aisyah sudah tahu tujuan temannya dan sudah pasti dia tidak bisa menolak dengan alasan apapun
“iya iya tapi jemput aku”
“oke siap buk, assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Aisyah menghembuskan nafas lega setelah menerima telfon dari temannya itu, dilirik jam ditangannya yang sudah menunjukkan jam satu siang, dilipat sedikit lembaran dalam novel yang tadi dia baca diberi tanda pada akhir bacaannya lalu novel itu ditutup dan disusun rapi pada rak bukunya yang sudah berjejer beberapa novel.
“assalamualaikum, Aisyah oh Aisyah”
Suara yang tak asing lagi bagi Aisyah itu melengking dari depan pintu, dengan sedikit berlari Aisyah keluar membukakan pintu.
“waalaikumsalam, Rara enggak perlu pakai teriak-teriak juga kali aku dengar kok”
“hehe maaf buk maklum kebiasaan”
Cengir Rara pada Aisyah sambil menarik tangan Aisyah menuju motornya yang sudah siap meluncur menuju klinik kecantikan.
‘LIRIK BEAUTY CLINIC’ tulisan itu terpampang besar didepan sebuah bangunan yang didalamnya berisi wanita-wanita cantik, Aisyah sedikit risih masuk ditempat seperti itu duduk diatara wanita cantik dia merasa sangat tersisih disana. Seperti biasa saat menemani temannya Aisyah pasti akan menunggu cukup lama, diraih gawai dari dalam tasnya dan mulai memeriksa beberapa pesan yang belum sempat dia baca sebelumnya, tak ada yang terlalu penting, ditutup lagi gawai yang tengah dia pegang dan mengalihkan pandangan kesekitarnya. Dilihat beberapa wanita dengan lekuk tubuh yang kalau dibilang orang sempurna, kulit yang putih-putih dan wajah yang mulus-mulus. Aisyah berusaha cuek dengan semua itu walau sebenarnya dia agak risih apalagi dengan dirinya yang penuh dengan lemak.
“Aisyah, lama ya nunggunya”
Lagi-lagi suara melengking Rara menembus dinding telinga untung saja Aisyah sudah terbiasa dengan suara temannya itu
“enggak kok Cuma sebentar”
“hehe maaf ya buk, yok kita langsung kerumahku aja ya, pasti tamu sudah banyak yang datang nih”
Sepanjang perjalanan menuju rumah Rara, Aisyah hanya menjadi pendengar yang baik dan Rara menjadi pembicara yang baik, dari hubungan asmaranya dengan seorang senior yaitu Ammar, sampai hubungannya yang sedang tidak baik dengan pengurus disebuah organisasi yang sedang Rara tekuni, semuanya dia ceritakan pada Aisyah.
Aisyah dan Rara tiba disebuah rumah keramik dengan dinding berwarna coklat didepan pintu terlihat sudah banyak sendal yang berjejer rapi
“wah seperti sudah banyak tamu, yok lewat samping aja Syah”
Ajak Rara sambil menarik tangan Aisyah menuju pintu samping rumahnya
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam, eh nak Aisyah ayok masuk nak”
Aisyah disambut oleh wanita yang berusia sekitar 45 tahun dia adalah ibu Suci seorang guru SD yang merupakan mama Rara, didalam ada kak Putri yaitu kakak Rara serta beberapa tamu wanita yang sedang sibuk menyiapkan hidangan berbuka, dengan sigap Aisyah meraih beberapa piring dan menyusun rapi kue kue diatas piring, setelah semua makanan sudah disiapkan, Rara menarik tangan Aisyah menuju keruang tengah untuk mengikuti pembacaan yasin.
Rara menyodorkan sebuah buku yasin kecil kepada Aisyah
“nih buat kamu baca”
Aisyah tersenyum dan menerima sodoran buku yasin dari temannya itu, dia membuka buku yasin pada halaman pertama hendak mengikuti bacaan yasin yang akan dipimpin oleh seseorang diruang depan rumah tersebut, Aisyah mulai mengikuti bacaan yasin hingga seketika dia tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIBALIK HIJAB MASJID (TAMAT)
RomanceAisyah sudah 21 tahun dan belum menikah, hidup didesa itu adalah aib bagi keluarga, itu lah yang Aisyah rasakan, dengan tubuh gempalnya hal itu semakin membuat dirinya jauh dari kata "menikah" jangankan melamar melirik saja laki laki tak mau. mungki...