Audzubillah himinas syaiton nirojim
Suaranya merdu
Menabur rasa
Rasa lapar
Akan temuBissmillahir-rohmaanir-rahiim
Menikmatmu
Walau hanya
Dalam kejapAamiin
Dalam tengadah
Kedua tangan
Yang dilangitkan
Agar rinduku direstuiBumi
14 Ramadhan 1441Audzubillah himinas syaiton nirojim
Bissmillahir-rohmaanir-rahiimAllahumma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu.
Birrahmatika yaa arhamar roohimin.
Aamiin
Doa berbuka puasa yang biasanya ingin Aisyah akhiri dengan cepat kini tak ingin dia akhiri, dia ingin berlama-lama dengan doa berbuka sore itu, namun “Aamiin” telah mengakhiri semuanya, Aisyah ikut menutup doa berbuka puasa itu, batinnya mulai bertanya-tanya siapa yang memimpin doa berbuka puasa sore itu, suaranya sangat dia kenal tapi mana mungkin Mukmin adalah salah satu alumni Rohisnya, aisyah mulai terbawa arus pikirannya sendiri, seribu tanda tanya mulai memenuhi pikirannya tentang si pembaca doa berbuka puasa, tentang pelantun merdu yang sudah lama dia kagumi dan tentang sosok Mukmin yang hadir sebagai pelantun merdu
“Aisyah ayok sholat magrib”
Ajakan Ita membuyarkan lamunan Aisyah dan segera mengikuti langkah Ita untuk memenuhi shaf.
Sholat berjamaah dipanti itu berjalan dengan sangat khusyuk anak-anak panti yang masih kecil pandai menempatkan diri kapan dia bisa berisik dan kapan dia harus diam.
Setelah melaksanakan sholat magrib berjamaah para anak-anak panti berhamburan mengambil posisi duduknya tadi didepan makanan yang tak sempat tadi mereka santap.
Para anggota Rohis sebagian berbaur dengan anak-anak panti, sebagian lagi memilih duduk bersama teman masa lalunya dan bernostalgia.
“Syah”
Panggil Ita pada teman masa SMAnya
“Ada apa Ta?”
Ita mulai memperbaiki posisi duduk dan sedikit lebih memepet didekat Aisyah
“Eh Syah kira-kira jodohmu ada didepan nggak ya?”
Aisyah mengerutkan alisnya dan mulai memandang Ita dengan pandangan penuh tanya
“Siapa sih yang kau maksud Ta?”
Ita membalas mengerutkan alisnya dan memandang Aisyah dengan lebih penuh tanda tanya, teman SMAnya itu seperti sudah kehilangan sebagian memori masa SMAnya
“Eh nggak kok Syah maksud aku siapa tahu kan didepan sana ada jodohmu hehe”
Ita memilih mengalihkan pembicaraannya dan menutupnya dengan tawa yang dia ciptakan dengan terpaksa
“Kamu kadang nggak jelas juga ya Ta”
Aisyah menjawab dengan enteng kalimat yang sudah diucapkan Ita sampai kedua kalinya yang ternyata tak begitu mampu menarik sedikit memori dimasa lalunya, tanpa memberi jeda untuk dijawab kembali oleh Ita, Aisyah malah menimpah Ita dengan pertanyaan
“Eh Ita calon suamimu didepan kan?”
“Iya Syah kenapa?”
“Ihhh aku pengen ketemu loh Ta sudah lama nggak liat dia, apa masih kurus kayak kemarin Ta”
“kamu nih Syah ada-ada aja, yaudah nanti pas udah bubar aja ya ketemunya, masalahnya sekarang nggak mungkin kita kedepan antara para akhi”
Aisyah dan Ita seketika melepas tawa mendengar ucapan Ita yang menyebut akhi, bagaimana tidak cover mereka berdua pastinya akan terus terkenang hingga kapanpun walaupun mereka berdua adalah seorang mantan anggota Rohis dan bahkan merupakan pengurus Rohis pada masanya, tapi tak sedikit juga yang tahu bahwa bereka berdua adalah murid perempuan paling degil pada masa SMA.
Setelah mengobrol berbagai topik pembicaraan tak terasa jarum jam sudah menunjukkan tepat setengah depalan yang mengisyaratkan bahwa azan sholat isya dan akan dilanjutkan dengan sholat tarawih serta sholat witir akan segera dikumandangkan.
Aisyah dan Ita segera ketempat tadi mereka sholat bersama yang lain mereka langsung menuju kearah sajadah yang masih terbentang dan diatasnya ada mukenah yang sengaja mereka letakan setelah sholat magrib tadi.
Azan isya pun merkumandang dan sholat berjamaah isya, tarawih dan witir berjalan dengan khusyuk tak ada suara ribut dari anak-anak panti yang masih kecil-kecil mereka tampak sangat disiplin seperti sudah terbiasa melaksanakan sholat tarawih dengan khusyuk.
Aisyah mulai melipat sajadah dan mukenahnya hendak menyimpannya dengan rapi dalam tas yang dia jinjit dari rumahnya.
“Aisyah”
Sapa Ita kembali mengalihkan fokus Aisyah pada temannya
“Ada apa Ta?”
“Jadi mau ketemu Arya kan?”
“Owalah iya iya Ta jadi dong masa iya nggak”
“Yaudah kalau gitu nanti ya Ta aku mau bantu adik-adik dibelakang dulu pada bersihin bekas makan kita tadi”
“Aku ikut dong Ta”
Tak sempat Ita menjawab Aisyah seseorang seketika memotong pembicaraan mereka
“Aisyah kamu disini saja”
Seorang wanita yang tampak sudah berusia senja itu berdiri disamping Aiyah
“”Eh buk Ros”
Aisyah dan Ita menyapa perempuan yang sudah hampir berkepala 6 itu, perempuan itu ada sosok yang membimbing mereka untuk sama-sama menjalakan organisasi Rohis pada masa SMA dulu hingga sekarang.
“Iya Ta, Aisyah disini aja bantu beresin Masjid”
“Baik buk, kalau gitu saya pamit kebelakang ya”
Ita berlalu meninggalkan Aisyah bersama guru yang sangat dia hormati dan tak bisa dia tolak permintaanya
“Saya bantu apa ya Buk?”
Aisyah bertanya untuk mencairkan suasana dengan gurunya itu melihat suasana Masjid yang sepi karena yang lain sudah pada sibuk dibelakang
“Karena Cuma ada Ibuk sama kamu yaudah kamu kerjakan apa yang bisa dikerjakan sendiri aja kayaknya yang lain pada sibuk dibelakang”
Tanpa basa basi Aisyah mulai menggulung sajadah-sajadah dan melipat ulang mukenah yang tadinya dilipat sembarangan oleh para anak-anak dipanti itu, dengan cekatan Aisyah menyulap dengan cepat Masjid itu dengan sangat rapi
“Aduh aduh kalau gini sih sudah kamu kerjain semua Syah”
Ibu Ros berjalan menghampiri Aisyah yang tengah mematikan kipas angin didinding
“Alhamdulillah udah beres semua Buk”
“Yaudah kalau gitu ayok kita kebelakang”
“Iya Buk”
Aisyah membuntuti gurunya itu dari belakang
“Eh tunggu dulu Syah”
“Ada apa Buk?”
Aisyah refleks menghentikan langkahnya juga saat guru didepannya menghentikan langkahnya
“Aduh kayaknya para akhi sudah keluar semua ya?”
“Kayaknya sih iya Buk, dari tadi kan nggak denger suara dari depan”
“Yaudah kalau gitu kamu coba cek shaf depan udah dirapiin atau belum”
“Oh iya Buk”
Aisyah menurut dan melangkah
KAMU SEDANG MEMBACA
DIBALIK HIJAB MASJID (TAMAT)
RomanceAisyah sudah 21 tahun dan belum menikah, hidup didesa itu adalah aib bagi keluarga, itu lah yang Aisyah rasakan, dengan tubuh gempalnya hal itu semakin membuat dirinya jauh dari kata "menikah" jangankan melamar melirik saja laki laki tak mau. mungki...