BAB 21 KABAR ANGIN

104 48 2
                                    



Angin
Kumohon
Beri aku kabar
Kabar yang kunanti

Angin
Kumohon
Jangan beri aku kabar
Kabar yang menyerangku
Seakan tak ada harap lagi
Pada mimpiku

Angin
Kudengar kabar
Yang kau bawa
Bersama kecewa

Angin
Tolong tarik kabarmu
Dan bawakan aku
Kabar baik
Agar tak lara lagi

Bumi
21 Ramadhan 1441

Sore itu cerah Aisyah tersenyum diambang pintunya diperhatikan orang-orang yang lalu lalang didepan rumahnya, sebagian tampak baru pulang dari kebun dengan menenteng buah kelapa ditangannya, ada juga ibu-ibu yang tampak membawa bakul yang berisi cabai yang masih segar-segar, anak-anak tampak sedang asik bermain kejar-kejaran dijalanan seperti tak ada dahaga tak ada lelah keringatnnya bercucuran tapi tetap tertawa riang sambil berlari mengejar satu sama lain.

Aisyah duduk dikursi depan rumahnya menunggu matahari sedikit lebih redup lagi agar dia bisa berjalan santai disore itu.

Aisyah melangkah santai antara ibu-ibu yang membawa bakul, antara bapak-bapak yang menenteng kelapa muda, antara anak-anak yang berkejar-kejaran.

Sesekali Aisyah menyapa dan sesekali juga dia disapa badan Aisyah beberapa kali ditabrak oleh anak yang asik berlarian tanpa melihat jalan dan orang yang ada didepannya.

Aisyah juga memperhatikan beberapa ibu-ibu yang duduk berkerumuan disebuah teras rumah, gadis-gadis yang juga berjalan santai sepertinya, aisyah terus menelusuri jalan hingga tiba ditoko favoritnya “pangsit AR” sudah agak lama Aisyah tak menyempatkan diri kesana dilihat sudah berjejer orang mengantri untuk mengambil pesanannya, dan dilihat Rahmi, Iman serta adik Rahmi sedang sibuk melayani pembeli

“Eh Aisyah”

Rahmi berteriak dengan melengking kearah Aisyah yang dilihat baru datang

“Mau pesan kayak biasa ya Syah?”

“Iya kayak biasa aja Mi”

“Oke, ditunggu ya”

Rahmi menjawab sambil sibuk menggoreng pangsit yang sedang dia goreng, seperti biasa Aisyah akan menjadi pendengar yang baik saat dia sedang mengantri ditoko kecil-kecilan temannya itu

“Eh itu anaknya buk Imah”

Ucap seorang ibu-ibu yang tengah mengantri sambil menunjuk Aisyah yang tengah duduk

“Kabarnya sih dia mau dilamar sama pak Ahyar”

“Owalah untuk putranya yang lulusan S2 itu ya?”

“Aduh bingung aku, kayaknya bukan deh tapi untuk keponakannya yang tinggal disana”

Aisyah agak kaget mendengar ucapan ibu-ibu yang sedang menjadikannya topik hangat, batinnya mulai bertanya

“Pak Ahyar? Siapa dia?”

“Anak pak Ahyar juga siapa?”

“Keponakan pak Ahyar siapa lagi tuh?”

“Apa itu hanya bahan gosip tetangga yang tanpa bukti ya?”

Aisyah mulai bingung beberapa kali dia berusaha mendengarkan omongan ibu-ibu itu dan hasilnya sama pak Ahyar hendak melamar dirinya untuk keponakannya, ditengah kebingungan Aisyah, seketika Rahmi membisikan sesuatu ditelingannya

“Cie yang sudah mau dilamar”

Aisyah sontak kaget dengan bisikan Rahmi yang tiba-tiba ditelinganya, Aisyah langsung menarik tanga Rahmi

“Mi, siapa bilang aku mau dilamar?”

“Tuh kata ibu-ibu namamu sudah jadi topik hangat sekitar dua hari ini lah”

Jawab Rahmi sambil menunjuk ibu-ibu yang tampak sedang asik membicarakan sesuatu

“Gila kali ya, kenal aja nggak aku sama pak Ahyar, apalagi keponakannya”

“Yaudah lah Syah terima aja nanti kalau datang terima aja langsung lamarannya”

“Dasar kamu Mi ya kali aku main terima aja tanpa tahu orangnya”
“Yaudah jangan ngajak aku gibah dong aku mau jualan lagi, nih pangsitmu”

“Iya iya makasih Mi, dah aku pulang dulu ya”

“Dah Man”

Aisyah juga melambaikan tanganya pada Iman yang sedang sibuk menaburkan balado pada pangsit, Aisyah berjalan menuju rumahnya dalam benaknya muncul seribu tanya tentang omongan ibu-ibu tadi yang sedang asik membicarakannya sebagai topik utama, beberapa kali Aisyah berusaha menepiskan pikiran yang ada dibenaknya namun tak berhasil pikiran Aisyah tetap dipenuhi dengan beribu tanya dan rasa ingin tahu.

Aisyah yang tadinya berjalan penuh senyum dan menyapa setiap orang yang lewat seketika berjalan seperti tak ada gairah, berkali tubuhnya ditabrak, dipukul secara tak sengaja oleh anak-anak tapi tak ada respon juga dari Aisyah.

Sebenarnya bukan rasa penasaran dan ingin tahu Aisyah yang membuatnya berjalan tak berdaya tapi karena harapannya yang seketika pupus pada idolanya.

DIBALIK HIJAB MASJID (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang