BAB 27 SUARA RAHMAN 1

115 33 10
                                    

AISYAHKU

Aisyahku
Biar kusematkan namaku
Diujung namamu

Aisyahku
Biar kulihat rupamu
Dari cela
Dibalik kain
Yang menutup

Aisyahku
Biar kudengar suaramu
Yang dibawa angin
Dibalik kain
Yang membatas

Aisyahku
Biar kurasa hadirmu
Dalam hadirku
Dibalik hijab masjid
Yang memisah
Dirimu dan diriku

Aisyahku

Suara Rahman

Rahman Ramadhan
Tak perlu kau semat
Karena namamu
Sudah tersemat dinamaku

Jangan kau lihat
Rupaku
Karena aku
Tengah melihat rupamu

Jangan kau dengar
Suaraku
Karena aku
Tengah menyebut namamu

Jangan kau rasa
Hadirku
Karena aku
Selalu hadir
Dibalik hijab masjid
Yang memisah
Diriku dan dirimu
Kumohon jangan
Cukup aku
Yang diam dalam rasa

Jangan siksa dirimu

Bumi
27 Ramadhan 1441

“Hari ini kucatat dalam sejarahku tentang kisah kita tentang aku yang menemukanmu dalam hidupku

Hari yang cerah aku sedang duduk diteras rumah memandangi orang-orang yang lalu lalang didepan rumahku, sebagian kulihat sibuk menenteng barangnya yang keluar dari angkot berwarna kuning, kulihat juga bis berwarna biru yang mengangkut segerombolan anak remaja yang mengenakan seragam berwarna biru putih dengan ransel dipunggungnya.

Beginilah kampung halamanku rumah yang berhadapan langsung dengan sebuah sekolah Manengah Pertama yang merupakan sekolah tempatku dimasa SMPku juga.

Kulihat halte didepan sekolah itu mulai sepi tinggal beberapa siswa yang berseragam biru putih yang masih duduk disana dengan raut muka kesal, penuh penantian, rasa penat, serta keringat yang bercucuran.

Siswa lelaki kulihat santai merebahkan badannya dengan baju putih yang sudah dibuka kancingnya menampakan baju kaos yang digunakan, sedangkan siswi perempuan kulihat mamerkan raut kesalnya dengan jilbabnya yang sudah berantakan bahkan sebagian sudah melepas jilbabnya dengan mulut yang tak henti-hentinya bergerak mengeluarkan ribuan kata-kata yang melegahkan perasaannya.

Azan ashar membuyarkan lamunanku yang memperhatikan siswa-siswa dihalte itu segera aku melangkah untuk menjawab panggilan itu.

Hari sudah sedikit redup tak secerah tadi, aku melangkah keluar ingin menyaksikan orang-orang yang lalu lalang didepan rumahku, mataku tertuju lagi dihalte SMP yang tadi dihuni siswa yang berseragam putih biru

“Oh sudah pada pulang”

Aku bergumam saat melihat halte yang sudah terlihat hampa itu, lalu pandanganku tertuju pada seorang gadis dengan seragam putih birunya yang tampak sedang memasang kancing lengan bajunya, jilbabnya tampak masih berantakan seperti dipasang sebarangannya, mulutnya tak henti komat-kamit seperti mulut adikku saat sedang kesal, dia kembali duduk dihalte dengan muka melasnya lagi-lagi kulihat mulutnya yang komat-kamit tapi kali ini diikuti dengan gerakan tangannya, aku tertawa seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukkan drama tapi drama yang diperankan oleh satu orang saja.

Aku mulai nyaman menjadi penonton gadis itu namun pandanganku yang memperhatikannya dari sebrang jalan menyadarkannya, dia berhenti dari aktingnya yang tengah asik aku saksikan pandangannya langsung menangkap hadirku yang duduk santai diteras rumah sambil menompang dagu sedang memandangnya dengan bibir tersenyum.

“Hey”

Teriaknya dari halte membuat orang-orang melihat kearahnya, aku sadar teriaknya itu dituju padaku karena sadar aku sedang memperhatikannya, tanpa pikir panjang aku beranjak dari kursi dan langsung masuk kerumah diikuti pintu rumah yang kututup.

DIBALIK HIJAB MASJID (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang