3 :: About Him

109 61 20
                                    

.

.

Voment dulu guys

.

.

Renjun mengayunkan langkah dengan mantap menuju parkiran sepeda. Dengan mundurnya si cewek ceriwis; artinya setiap Selasa dan Kamis dia bisa langsung pulang. Dan menemani Halmeoni.

Teringat empat Selasa dan Kamis ketika dia menunggu cewek bernama Areum itu muncul untuk B-M-an. Ujung-ujungnya, penantiannya cuma berbuah kejengkelan. Dan Halmeoni terpaksa sendirian di rumah karena Eomma harus berangkat kerja .

Eomma itu termasuk wanita karir lebih tepat nya menjadi Tulang punggung sekaligus ibu rumah tangga. Meskipunitu berarti Halmeoni harus ditinggal sendirian di rumah selama setengah hari. Pasti Halmeoni kesepian

Sekali lagi bayangan Areum berkelebat di benak Renjun saat sepedanya melaju di tengah arus kendaraan sore itu dan angin panas menerpanya.

Sepasang mata yang keras kepala dan berkobar-kobar oleh semangat hidup. Sepasang mata yang selalu menyambut Renjun dengan penuh perhitungan.

Padahal beberapa kali Renjun pernah memergoki mata itu tertawa hangat bersama dua sahabat yang selalu menyertai Areum, atau ketika mata itu berbinar binar saat dulu cewek ceriwis itu sering berboncengan motor dengan cowoknya yang mantan ketua OSIS.

Siapa namanya? Hyunjin.

Yeah, otaknya boleh encer, tapi dari yang Renjun dengar, kelakuan Hyunjin nggak beres.

Ah.

Renjun mendesah, mencoba mengingat-ingat apa sebenarnya yang telah dia lakukan sehingga Areum bersikap bermusuhan kayak tadi. Dia menarik napas panjang dan menggeleng saat tidak menemukan jawaban.

Mereka nyaris nggak saling kenal! Jadi, Renjun sama sekali nggak ngerti dari mana asal sikap bermusuhan itu. Cewek memang aneh! batinnya. Terutama cewek ceriwis dengan sepasang lesung pipi dan suara tawa seringan angin itu...

Kalau bukan untuk meringankan uang sekolah, mana mau Renjun repot-repot menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing adik-adik kelas sepuluh dan sebelas? Yang ada cuma ribet dan jengkel.

Soal keringanan uang sekolah itu sepenuhnya berkat kebijakan dan kebaikan hati Pak Kepsek. Renjun ingat suatu hari setahun yang lalu, saat dia masih duduk di kelas sebelas, dia dipanggil ke kantor Kepsek seminggu setelah Eomma datang menghadap untuk meminta keringanan uang sekolah. Maklum, Eomma kena PHK sementara Appa Renjun meninggal dunia tiga tahun lalu.

"Siang, Pak," kata Renjun, melongok di pintu ruang Kepsek.

"Hwang Renjun, ayo masuk, "

Renjun dengan sopan melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.

"Saya memanggil kamu perihal permohonan keringanan uang sekolah," Pak Kepsek yang bertubuh tinggi besar dan bertampang galak itu membuka pembicaraan.

"Ya, Pak." Renjun menunduk. Bagaimanapun, perasaan malu dan jengah menyusup masuk ke hatinya. Kalau Appa masih hidup, Renjun nggak perlu menghadapi masalah seperti ini. Waktu Bapak masih hidup, meskipun hidup mereka tidak mewah, segalanya toh cukup. Tapi sekarang... Renjun menelan ludah dan harga dirinya.

"Saya sudah bicara dengan dewan sekolah. Kami tidak bisa mengurangi uang sekolahmu."

Glek. Lidahnya kelu.

Renjun menunduk semakin dalam.

"Tapi kami bisa membantu dengan cara lain. Begini. Untuk tahun ajaran baru ini, sekolah akan kembali membentuk tim Belajar-Mengajar yang terdiri atas anak-anak kelas XII sebagai mentor, dan anak-anak kelas X dan XI sebagai anak-anak yang dibimbing. Seperti yang sudah berjalan selama ini, anak-anak yang terancam tidak naik kelas akan dipanggil dan dipasangkan dengan para senior yang bersedia menjadi mentor. Nah, supaya kegiatan ini serius dan bukan hanya sekadarnya, mulai tahun ajaran ini, para calon mentor akan menerima keuntungan-keuntungan tertentu dengan menjadi mentor B-M. Untuk Renjun, sekolah menawarkan keringanan uang sekolah. Bagaimana?"

Puzzle Love | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang