Bersama Chenle, Tawa di mana-mana, bersenang-senang ke mana-mana, dan dunia-di matanya yang bercahaya terasa penuh dengan petualangan yang nggak pernah disangkanya ada.
Chenle mengajarinya melihat segala sesuatu dengan cara berbeda-ringan, bebas, sesukanya. Dan Areum belum pernah ketemu orang seperti Chenle, yang tidak takut apa pun, iseng, menuntut, dan nggak bisa diam, nggak pernah ragu mencoba apa pun, bahkan menentang apa pun, seolah usia muda merestuinya berbuat apa saja.
Dulu... Areum pikir dia udah menjalani hidup dengan tanpa takut dan selalu siap menyongsong petualangan, tapi setelah ketemu Chenle... Ck! Areum mah nggak ada apa-apanya!
Awalnya, Areum sering kali ragu menuruti permintaan! Permintaan Chenle yang kadang nggak biasa. Tapi lama kelamaan, dia menikmati juga sensasi yang selalu berhasil ditimbulkan hal-hal yang spontan dan nggak biasa.
Seperti pada suatu pagi yang masih sangat buta. Dering HP yang ngotot dan bersahut-sahutan memaksa Areum terbangun dari tidurnya yang pulas. Sialan! Siapa sih yang nelepon nggak tahu waktu gitu?! gerutu Areum.
Jam Tujuh.
Ada tulisan Chenle di layar HP-nya.
”Ini baru jam tujuh, Chenle!” omelnya.
Di seberang ada ketawa. Terus, ”Gue udah di depan rumah lo nih. Cepetan siap siap. Kita pergi!”
” Ke mana?” tanya Areum, nyawanya belum kumpul sepenuhnya. Rambutnya awut-awutan, matanya masih setengah lengket oleh kantuk. Sialan si Chenle!
”Ke Festival. Cepetan! Sepuluh menit nggak nongol di depan gerbang, aku teriakin pake klakson!”
”Ya, ya!”
Dengan gelagapan Areum langsung bangkit dari tidur. Dia tahu ancaman Chenle nggak pernah kosong.
Nggak sampai sepuluh menit Areum udah keluar dari kamar dan melihat Appa duduk di dekat jendela besat yang mengarah ke halaman depan. Dia berpaling ketika mendengar pintu kamar Areum terbuka.
”Mau pergi?” tanyanya.
Areum membeku. Cuma bisa manggut.
”Ke Festival...” ujar Areum.
Appa menatapnya. ”Itu Chenle, kan? Bilang ke dia, lain kali mampir dulu. Jangan cuma di mobil kayak nganter dan jemput barang saja!”
”Ya, Appa! Areum berangkat dulu ya,” ujar Areum seraya mencium kening Appa sekilas.
Lalu di depan gerbang Imo sempet-sempetnya menarik Areum terus berbisik, ”Jaga diri. Yang pinter sama hidup.”
Hadeeeeuuuh! Imo! Kayak nggak kenal Areum aja!
****
Di tangah perjalanan setelah memakirkan Mobil. Di Wilayah festival memang di haruskan jalan kaki.
”cuaca hari bagus hanget, Areum!” Chenle sambil menatap langit
Areum mengangguk setuju
"Le, beli permen kapas yuk?"
Chenle mengangguk, dan memesan 2. Karena terkesan dengan segala wahana di sini. Mereka putuskan untuk memulai dari yang biasa saja ke paling menakutkan.
mereka masih ngobrol di wahana, ditingkahi tawa geli Areum yang selalu berhasil menulari sekitarnya. Cerita keisengan keisengan mereka. Cerita hal-hal memalukan yang pernah mereka lakukan. Cerita tentang hal-hal konyol, sampai akhirnya...
”Kamu tahu nggak kenapa aku pindah sekolah?” tiba tiba setelah mereka selesai bermain wahana. Dan sekarang sedang beristirhat di salah satu bangku taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Love | END
FanfictionUntuk Areum/You yang selalu ceria. Dua orang yang sifatnya bertolak belakang ini, ternyata malah di paksa kerja bareng. Persahabatan dan percintaan yang penuh dengan teka teki , Akankah mendapatkan jawaban nya? Akankah puzzle cinta ini jatuh pada...