20 :: In Fact

30 22 0
                                    



"Halmeoni ada, Jun?” ujar Areum ke Renjun yang asyik mengoprek sepeda-nya. Renjun kaget setengah mati. Dia sama sekali nggak menyangka akan melihat wajah manis itu lagi di rumahnya.

Setelah jadian dengan Chenle, Areum nggak pernah kelihatan sendirian. Ke mana-mana selalu berdua Chenle. Bahkan cewek itu nggak pernah lagi nongol di perpustakaan, padahal Renjun sengaja menyempatkan diri mampir hampir setiap hari. Ingin mencuri lihat wajahnya. Dan itu cukup buat Renjun. Renjun menelan ludah.

”Ada tuh. Udah nyariin lo terus,” sahutnya kaku. Segala sesuatu di antara mereka sekarang berubah, rasanya nyaris seperti masa-masa awal mereka kenalan dulu.

Kaku. Kikuk. Berjarak.

”Halmeoni sehat, kan?” tanya Areum lagi, matanya belum menatap mata Renjun sejak tadi.

Renjun memandangnya lekat-lekat, mengangguk, lalu Areum tampak seolah ingin mengatakan sesuatu tapi ragu.

Sebagai gantinya dia malah melenggang masuk menemui Halmeoni.

Renjun menghela napas dalam-dalam. Ada luka di antara mereka, dia tahu itu. Dan luka itu diam-diam menggerogoti pertemanan mereka. Perlahan dan pasti.

Dia jadi teringat malam itu, ketika Areum meneleponnya.

”Jun! Ayo tebak apa yang bikin gue hepi banget hari ini?” Suara itu ceria.

”Hmmm... Bokap jadi ngasih duit buat beli sepeda untuk ulang tahun lo yang ke-I7?” tebak Renjun asal.

”Ah, itu sih impian lo. Huuu. Asal! Ayo tebak lagi!”

”lo berhenti ngehaluin bias?”

”BUKAAAN!” Areum gemes sendiri.

”Gue sama Chenle akhirnya jadian!” ujarnya setengah teriak.

Dan kiamatlah dunia Renjun diempas amukan badai yang menerjang hatinya yang patah dan harapannya yang hancur berkeping-keping. Renjun lumpuh seketika.

Ia nyaris tak sanggup bernapas. Dunianya luluh lantak.

Renjun nggak pernah ingat bagaimana percakapan malam itu berakhir. Dia hanya ingat dirinya berdebat sendiri, ingin memberitahu Areum tentang percakapan yang didengarnya di kolam renang Chenle.

Dia hanya ingat membuka mulut dan menutupnya lagi, begitu berulang-ulang, namun nggak satu patah kata pun keluar. Dia hanya ingat dirinya nggak ngerti bagaimana cara menyampaikan semua itu, karena semuanya bakal memecahkan balon kebahagiaan yang baru saja didapatkan Areum.

Dia hanya ingat ada diam yang dalam, berat, dingin, dan melumpuhkan di antara mereka.

Lalu di ujung diam itu terdengar suara Areum, pelan dan sarat kecewa, ”Gue sangka lo bakal ikut seneng, Jun. Ternyata gue salah.”

Lalu klik.

Dan serta-merta gelaplah seluruh dunia Renjun.

Sekali lagi Renjun menghela napas panjang. Dari dalam terdengar suara tawa Areum ditingkahi tawa dan batuk batuk Halmeoni. Keakraban keduanya masih saja mampu membuatnya tersenyum. Meskipun sekarang senyumnya disertai tusukan kepedihan.

Ah. Renjun menahan keinginannya untuk bergabung, jadi dia melanjutkan menyikat rantai sepeda.

Renjun segera menyadari kehadiran Chenle saat suara mobilnya yang khas-dengan knalpot berujung lebar berhenti di depan gerbang. Kaca mobil diturunkan.

Puzzle Love | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang