13 :: Sick

59 39 0
                                    


Jumat itu murid murid kelas XI akan berangkat mengikuti program Study Tour.


Pagi-pagi para murid sudah berdatangan ke sekolah dan memasukkan tas bawaan mereka ke bus-bus besar yang telah ditetapkan Ada delapan bus travel berukuran besar siap mengangkut mereka.

"Si Areum ke mana, ya? Kok belum nongol juga itu muka!" Seoyun meriksa jam tangannya untuk ke sekian kali. "Nggak mungkin dia ketiduran, kan? Secara si Imo lagi pulang kampung dan bokapnya dinas luar kota?"

"Aku sih semalam udah ingetin dia untuk masang alarm bekernya," sahut Yura. "gue telepon aja deh."

"Iya, nggak lucu aja kalo dia kesiangan terus ditinggal, Dia emang kurang tanggung jawab sih, suka seenaknya..." Seoyun mulai uring uringan.

Setelah entah dering keberapa, telepon akhirnya di angkat juga. Terus terdengar suara serak dan lemas dari seberang. "Areum? Kamu baru bangun?"

"Ra. Gue... demam. Nggak tahu kenapa. Bilangin Bu guru, gue... nggak... bisa ikut," bisiknya lemah.

"Kamu sakit, reum? Ka..."

Tahu-tahu teleponnya udah disambar aja sama Seoyun.

" Lo sakit? Ini beneran apa sandiwara?" hardiknya galak. Tapi setelah mendengarkan sebentar suara Areum di seberang sana, Seoyun langsung percaya Areum nggak bohong.

" Oke. Lo ke dokter ya? Bisa sendiri nggak? Areum? Lo bisa ke dokter sendiri?"

"Bisa. Kayaknya bisa. Gue... mau tidur lagi aja. Pusing, Yun"

"Oke. Minum yang banyak ya. Hati-hati ntar ke dokternya. Lo janji musti ke dokter ya."

"Iya, iya."Terus klik. Telepon dimatikan.

******

Angin berembus dingin, Areum sampai menggigil. Lalu terdengar suara manggil-manggil,

"Areum! Areum! Areum! BUKA PINTUNYAAA!"

"Renjun?" Areum terbangun.

Ada yang ngetuk-ngetuk kaca jendela sambil memanggil. manggil namanya.

Areum mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa pedas dan berair. Ada Renjun di balik kaca jendela ruang tamu. Wajahnya tampak cemas, ketukannya terdengar mendesak. Mulutnya terus menyebut-nyebut nama Areum.

Hhhh... Susah payah Areum bangkit duduk. Kenapa kepalanya seperti mau pecah aja rasanya? Napasnya berat. Ia mengangkat tangan ingin memijat pelipisnya, dan melihat... bintil-bintil mirip jerawat besar-besar di tangannya.

Apa aku alergi? pikirnya keheranan.

"Areum! BUKA PINTUNYA! AREUM!" suara di luar mulai panik.

Areum mengangkat tubuhnya yang terasa berat. Ruangan berputar, jadi ia berpegangan sebentar ke sandaran kursi

Klik.

Sekali lagi.

Klik.

Dan tahu-tahu pintu sudah didorong dari luar lalu sepasang tangan yang kokoh menahan tubuhnya yang lemah.

"Ya ampun, Areum! Lo demam tinggi begini!" Suara yang biasa tenang dan tanpa emosi itu kini dipenuhi perasaan waswas.

Tanpa ragu Renjun meletakkan tangan kiri Areum melingkari lehernya, lalu menggendongnya ke sofa. Langkahnya tegap dan mantap, pelukannya hangat dan aman. Areum memejamkan mata. Semua pasti baik-baik aja. Renjun udah datang. Semua pasti baik-baik aja.

Puzzle Love | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang