23 :: Feeling

30 22 0
                                    


Seoyun ketawa membaca tulisan jaemin di layar Hpnya. Setelah satu minggu menghindar,. akhirnya Seoyun kangen juga sama percakapanpercakapan dunia maya mereka. Maka, malam itu, dia pun menyapa Jaemin. Dan seperti biasa, mereka pun asyik ngobrol tentang hal-hal nggak penting. Tentang pelajaran, guru-guru, atau tingkah polah teman-teman.

Jaemin
Eh, gue jadi inget penggemar Io yang suka ngirim chat itu. Gimana? Udah bener-bener habis tumpas gitu? Lo udah get over him?

Seoyun tercenung membacanya.

Hmmm... Ini dia. Ini dia. Ini dia.

Seoyun
Gue malah udah lupa!
Nggak ada kelanjutannya lagi tuh,

Jaemin
Lo nggak pa-pa?

Seoyun
Nggaklah.


Jaemin
Bagus. Gue seneng dengernya

Dan entah kenapa Seoyun tersenyum membacanya. Ada nada care di dalam kalimat singkat itu. Seoyun. Kalau Io nebak, siapa kira-kira yang cocok jadi si pengirim chat? Gue sih yakin orangnya satu sekolah sama kita.

Diam yang cukup lama.

Seoyun

Jaemin?


Jaemin
He-eh. Siapa ya kira-kira? Hmmm... gue nggak tahu ah. Kalo Io nebaknya siapa?

Seoyun terkesiap tegang, ragu antara menuntaskan semua ini sekarang juga atau berlagak nggak curiga. Tapi kalau dia dan Jaemin nggak bisa jujur dan terus terang satu sama lain, apa gunanya mereka berteman, ya kan? Apalagi berteman seperti akhir-akhir ini. Berteman baik.

Seoyun
Elo... 🙂


Jaemin
Hahahahahaha... beneran?
Hmmm... Kalo bener gue gimana?
Lo marah?

Seoyun menelan ludah. Marahkah dia? Ditelitinya hatinya dengan hati-hati. Dulu, mungkin. Sekarang... ah, rasanya nggak. Ya, nggak. Dia nggak marah. Oh, kenapa jantungnya memburu berdetak-detak? Mengapa jemarinya terasa dingin?

Seoyun
Gapapa. Masa sih gue marah?

Gue cuma pengin tahu, kenapa?

Jaemin
Karena gue kepingin temenan sama lo... tapi gue malu. Lagi pula, gue takut lo Iangsung nolak gue, karena...

Seoyun

Karena semboyan norak gue
yang antipacaran itu?

Diam lagi.

Jaemin
Maaf kalau kesannya gue mempermainkan elo. Gue sama sekali nggak bermaksud begitu. Buat gue, Io cewek yang amat sangat menarik. Cerdas, pegang prinsip, dan manis.

Seoyun langsung tersipu-sipu membaca semua ucapan Jaemin itu. Belum pernah ada cowok yang nekat muji-muji dia begini. Belum ada yang berani melakukannya. Bahkan dulu winwin nggak.

Seoyun
Jaemin... jangan bikin gue malu ah!
Udah! Serius amat...

Diam lagi

Seoyun
Jaemin?

Jaemin
Ya?

Diam yang panjang.

Seoyun

I'm so glad it was you.
Really.

Jaemin
Me too, yun. Me too. ☺️


Dan betapa lega hati Seoyun malam itu. Betapa bahagia. Betapa benar rasanya, menjalin persahabatan dengan cowok ini, tanpa desakan, apalagi tuntutan, meskipun Jaemin tahu dia harus menunggu sedikitnya satu'dua tahun lagi, sebelum Seoyun bisa menjawabnya dengan cinta.

****


Areum udah bermenit-menit guling-guling nggak jelas di tempat tidurnya. Sekilas dia melirik jam dinding dan melihat jarum pendeknya ada di angka sepuluh. Dia teringat Pada Renjun.

Dia menghela napas dan mendesah panjang. Malam ini betapa ingin rasanya dia menelepon dan mengobrol dengan cowok itu. Menceritakan harinya bersama Chenle tadi. Menceritakan kegalauannya yang akhirnya sirna. Menceritakan betapa Chenle akhirnya memeluknya dan betapa Areum akhirnya yakin bahwa cowok itu benar-benar menyayanginya, bukan hanya cemburu buta karena obsesi seperti yang dikhawatirkan Seoyun.

Bercerita betapa bahagia dirinya. Dan betapa, entah mengapa, sampai sekarang masih ada satu tempat kecil kosong yang dulu selalu diisinya dengan obrolan bareng Renjun hampir setiap malam.

Sekali lagi Areum mendesah. Itu salah satu hal yang sulit dimengertinya. Bahwa, meskipun dia merasa bahagia dengan hidupnya sekarang ini, dia selalu dan selalu berharap di dalam hati dia bisa menceritakan semuanya kepada Renjun. Kayak dulu.

****

Yura suka hari ini. Suka rasa yang ditimbulkan oleh perpustakaan, garis-garis yang lahir di permukaan kertas gambarnya, dan kedekatan aneh dengan cowok bernama Renjun. Kedekatan yang dijembatani garis, arsiran, dan warna. Dan Areum. . .

Aneh banget, pikir Yura. Bahwa dia pernah berharap menjalin hubungan istimewa dengan cowok ini. Bahwa dia pernah membayangkan mereka jadian. Tapi sekarang keinginan itu entah pupus ke mana, dan Yura menemukan dirinya menyukai kedekatan mereka seperti sekarang ini. Tenang. Hanya teman.

Yura senyum sendiri. Aneh memang, sesuatu yang kita anggap penting banget di suatu saat, ternyata kemudian nggak penting lagi. Ah, nggak ada yang abadi. Kita juga. Apa kata Renjun tadi?

"Areum adalah potongan puzzle gue yang hilang...."

Kata Renjun, itu petikan lagu Puzzle piace , Monik belum pernah mendengarnya sama sekali. Tapi kata Renjun, itu lagu yg dia nyanyikan untuk Areum.

Yura mendesah. Nggak seharusnya Renjun menyembunyikan cintanya untuk Areum seperti ini. Kalau saja Areum tahu, pikir Yura. Kalau saja.

*****

Renjun jadi teringat lagu itu.

Dan hari ketika Areum meminta renjun menyanyikan itu untuknya .
Seolah-olah lagu Puzzle piace khusus untuk Areum , yang  Renjun nyanyikan malam itu.

Betapa khusyuk rasanya, betapa tak terlupakan, saat ia tau arti lagu itu.  Ia ingin mengingat moment saat ia menyanyikan Lagu ini kepada Areum.

Ia masih ingat, wajah nya berbinar binar.

Ah ia suka melihat nya.

Gitar di ujung sana ia ambil. Lalu terduduk di halaman belakang. Merasakan desiran angin malam ini.

Jengg, Jengg,

Ia mulai memetik gitar nya.

Perlahan Suara nya mulai terdengar.

You're my missing puzzle piece
Neomuna nunbusin
Neul honja matchwogadeon
Sesang sok han jangmyeoni dwae jun
Kkwak kkiwojin son ppael su eopdeusi
Neoreul ppaegon wanseongdoel sun eopseuni
Urin seorol ileobeoriji ankil
My missing puzzle piece
My missing puzzle piece

Tapi malam itu Lagu Puzzle piace itu jadi milik Renjun. Untuk areum

Ah. Malam itu.

Dan entah mengapa mengingat malam itu membuat kesepian malam ini terasa begitu abadi.

Puzzle Love | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang