Setelah pertemuan terakhir dengan Keano di rumahku, komunikasi kami makin intens. Kadang dia cerita tentang resep yang dibuatnya. Tentang makanan favoritnya. Dia juga sering berbagi resep makanan terbaru padaku.
Bahkan dia sempat mampir ke sekolahku untuk mengantarkan makanan buatannya. Waktu itu saat pulang sekolah. Dia sempat menelponku agar menunggunya. Dia mau aku menjadi orang pertama yang mencoba resep terbarunya. Tentu saja aku sangat tersanjung karena itu.
Tidak hanya itu. Pernah dia menjemputku ke sekolah hanya karena mengajakku memasak bersama. Dia membawaku ke rumahnya. Dia mengajakku membuat makanan yang kusukai. Aku memutuskan membuat coto makassar.
Saat memasak dia memperhatikanku, tentu saja aku salah tingkah jika diperhatikan oleh pria manis ini.
“Lu koki termanis yang pernah gw lihat, Ka.” Pujinya saat itu.
Bisa kupastikan pipiku memerah saat itu. “Gw bukan koki, Ke. Lagian, masih banyak koki yang lebih manis dari gw.”
“Sungguh. Gw gak bercanda. Lu manis banget. Apalagi saat lu memasak. Lu sangat bersemangat,” pujinya lagi.
Aku terus-terusan tersenyum. Entah kenapa, jantungku benar-benar berdetak dengan cepat mendengar itu dari Keano.
Aku menyelesaikan masakanku. Aku menaruhnya di dalam mangkuk dan memberikannya pada Keano. Aku ingin dia mencicipi dan jujur dengan bagaimana rasa masakanku. Dan ku harap itu pujian, tentu saja.
Dia mencoba cotto makassar yang masih hangat tu.
“Lu tau gak?”
“Apa?”
“lu bersemangat banget, Ka. Bahkan masakan lu lebih baik dari masakan teman-teman gw.”
“Gak usah gitu kali mujinya, Ka. Gw mana bisa dibandingin sama anak tata boga dari sekolah lu. Sekolah lu kan terkenal sama anak-anaknya yang pintar masak.”
Dia sedikti berpikir, “Lu salah satu yag terbaik kalau gitu,” jawabnya dilanjutkan dengan tawanya yang sungguh candu bagiku.
“Tapi soal koki termanis, gw gak menarik predikat itu dari lu,” pujinya untuk kesekian kali.
Tidak hanya sekali itu saja Keano mengajakku ke rumahnya.. Dalam seminggu ini, Keano tiga kali mengajakku memasak di rumahnya. Setiap pertemuan dengannya membuat hatiku semakin jatuh padanya. Perlakuannya padaku, setiap kata manis yang selalu diucapkannya padaku membuat aku benar-benar gila padanya.
Dalam minggu ini, aku benar-benar sibuk memikirkannya. Entah kenapa, dia selalu jadi orang yang selalu membuatku tersenyum, bahkan dengan hanya memiirkannya. Orang yang selalu membuat wajahku merah seperti tomat masak karena setiap perlakuan manisnya. Bahkan saat berbelanja bahan masakan, dia membiarkanku memilih apa yang kuinginkan dan tidak mengizinkan aku membawa belanjaan.
“Hari ini, lu koki nya, manis. Gw bakalan jadi asisten lu,” ucapnya saat itu.
Tapi, tentu sajasemua itu tidak diketahui Ale. Maksudku, dia tahu aku pergi. Hanya saja aku tidak pernah memberi tahunya aku pergi kemana. Aku hanya memberi tahunya jika aku pergi ke rumah teman. Akupun menyuruhnya langsung pulang. Tidak perlu menunggu atau mencariku.
Alhasil, aku mendapatinya selalu cemberut di depan sofa. Bahkan dia tidak lagi banyak bicara. Dia juga membeli makan malamnya di luar. Terakhir, saat aku pulangd ari rumah Keano, dia tidak tidur di kamarku. Dia tidur di sofa di ruang tengah. Dan dia selalu tidur di sofa sampai hari ibuku pulang. Bahkan, saat dia pulang ke rumahnya, dia tidak pamit kepadaku. Aku pun tidak ambil pusing dengan tingkah Ale.
****
Hari ini aku dijemput Keano dan diajak ke rumahnya. Tiba-tiba saja tadi saat aku pulang sekolah dia sudah berdri di depan gerbang sekolahku. Saat meihatya dari jauh, dia telah tersenyum padaku dan melambaikan tangannya. Aku sedikit berlari ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Love
RomanceAkankah Arka mengakui perasaanya pada Ale, seorang dengan wajah dingin tapi bisa menghangatkan dirinya? Atau dia malah menyimpan semua rasa sakit di hatinya?