Dari dalam mobil aku perhatikan Arumi dan Ayahnya seperti sedang berdebat. Lalu Arumi menghentak-hentakkan kedua kakinya sambil menunjuk-nunjuk boneka yang terpancang di pagar. Dia pasti merengek meminta Ayahnya segera mengambil boneka itu.
Kemudian, suami berlutut di depan Arumi dan berusaha membujuknya. Agaknya suami tidak mau mengambil boneka itu.
Tapi, sepertinya dia gagal membujuk. Arumi terlihat terus merengek. Akhirnya, suami berjalan menuju boneka. Dia pegang kedua kaki boneka lalu terlihat berusaha menarik-nariknya supaya terlepas dari ujung besi pagar.
Namun boneka tidak bisa terlepas. Aku tidak tahu, apakah suami berpura-pura atau boneka itu memang tidak bisa terlepas karena ada kekuatan magis yang menahannya tertancap di sana.
Suami kembali ke Arumi. Terlihat mereka kembali berdebat. Lalu Arumi lagi-lagi terlihat merengek dan menghentak-hentakkan kedua kakinya bergantian.
Suami tampak kesulitan menghadapi Arumi. Dia menggaruk-garuk kepala pertanda bingung. Sementara, Arumi terus-terusan menunjuk boneka.
Tak lama setelah itu, suami menggendong Arumi. Lalu mereka mendekati boneka. Masih dalam gendongan, Arumi berupaya menarik-narik kaki boneka itu.
Sepertinya Arumi tidak percaya bahwa boneka tidak bisa diambil, dan suami menggendongnya untuk membuktikan sendiri.
Berkali-kali Arumi mencoba, rupanya memang tidak bisa.
Akhirnya, masih sambil terus menangis, Arumi pasrah saja dibawa kembali ke mobil tanpa membawa boneka.
Sesampainya di mobil, Arumi masih saja menangis. Saat mobil beranjak dari TPU, dia terus melihat ke boneka kesayangannya itu sampai akhirnya hilang dari pandangan.
Setengah berbisik, aku bertanya pada suami, "Benar gak bisa dicabut tadi, Pa?"
"Sssttt ... " Suami menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. Memberi isyarat supaya aku diam.
Aku pun diam dan tidak bicara apa-apa lagi.
*****
Sesampainya di rumah Mas Lukman, Arumi mulai agak tenang karena langsung diajak bermain oleh sepupunya, Ayuni.
Putri bungsu Kakak iparku itu memang hanya lebih tua tiga bulan dari pada Arumi. Oleh karena itu, Arumi pasti senang kalau sudah bertemu dengan Ayuni. Mereka akan keasikan bermain.
Sesaat Arumi bisa melupakan soal bonekanya. Akan tetapi, itu tentunya cuma sementara. Nanti, dia pasti akan segera heboh lagi, terutama ketika mau tidur malam. Oleh karena itu, harus segera ditemukan solusinya.
Sementara Arumi, Naomi, dan Ayuni asik bermain, Aku, Mas Ikhsan-suamiku, dan Mas Lukman beserta Mbak Fitri-istrinya, ngobrol di ruang tamu.
"Mas, boneka Teddy Bear punya Ayuni apa masih ada?" Suami segera memulai percakapan.
"Ada tuh di kamarnya. Sudah hampir setahun ini kayaknya Ayuni tidak terlalu suka lagi memainkannya. Kenapa emangnya?" Respon Mas Lukman.
"Kalau begitu boleh dikasih untuk Arumi aja, ya, Mas?"
Lalu suami menceritakan semua perihal boneka milik Arumi. Termasuk keanehan yang baru saja terjadi.
Ternyata, tadi suami tidak bisa mengambil boneka itu dari besi pagar bukan pura-pura. Boneka itu memang menancap sangat erat di sana. Tidak bisa dicabut bahkan oleh kekuatan tenaga orang dewasa. Entah kenapa bisa begitu.
Yang jadi tanda tanya suami adalah, apakah orang lain juga melihat keberadaan boneka itu di sana atau tidak. Yang jelas, tidak menjadi perhatian sama sekali oleh orang-orang yang tadi lalu lalang di sana.