Pindah Rumah (episode 13)

1.8K 94 31
                                    

Banyak pertanyaan di benak Lukman. Kenapa si Ranti ini cuma enam bulan berkerja di sini? Apakah setelah enam bulan itu dia dipecat, mengundurkan diri, atau bagaimana?

Kenapa pula bersamaan dengan itu dia meninggalkan rumah kontrakannya?
Lantas di mana dia sekarang? Apakah pindah kerja ke perusahaan atau kota lain? Apakah dia masih hidup? Atau, jangan-jangan dia dibunuh dan menggentayangi pohon sirsak?

Jika iya demikian, siapa yang membunuhnya? Kenapa dibunuh?

Untuk menjawab semua pertanyaan itu dia harus mulai menggali informasi dari awal, yaitu mengetahui dulu mula keberadaan Ranti di perusahaan ini.

Untuk itu, Lukman memanggil salah seorang staf dari bagian personalia.

"Bu, Winda, saya lihat Arsip lama, rupanya tahun 2013 bos punya sekretaris bernama Ranti Pusparini, ya?"

"Iya, benar, Pak." jawab staf personalia yang sudah cukup senior itu.

"Namun, data penerimaan gaji atas nama dia hanya ada enam bulan. Apa memang cuma enam bulan dia kerja di sini?

"Iya, Pak. Memang cuma enam bulan."

"Kenapa? Apa dia mengundurkan diri? Atau dipecat?"

Bu Winda agak ragu. Tapi kemudian menjawab.

"Gini, Pak Lukman. Bulan ke enam itu, Ranti dibawa Bos meeting dan kunjungan kerja ke berbagai kota. Cukup lama. Kalau saya tidak salah dua - tiga minggu.

Nah, setelah itu dia tidak pernah masuk kantor lagi. Nomor HP-nya juga sudah tidak bisa lagi dihubungi.

Tidak ada yang berani menanyakannya pada bos.

Akhirnya saya yang memberanikan diri bertanya. Sebab saya bingung, gajinya sudah disiapkan tapi dia tidak pernah lagi masuk kerja. Juga tidak bisa lagi dihubungi. Apa tetap harus dibayarkan gajinya?"

"Lantas, apa jawaban bos?" sela Lukman.

"Bos cuma menjawab singkat, stop aja gajinya, dia sudah tidak kerja lagi. Hanya itu, Pak. Dan saya tidak berani bertanya apa-apa lagi.

"Hmm ... aneh juga ya," ujar Lukman setengah bergumam.

"Dulu dia bekerja di sini melalui proses seleksi, nggak, Bu?"

"Sepertinya cuma seleksi formalitas saja, Pak. Dia itu kan awalnya mahasiswa akademi sekretaris yang magang di sini. Sejak magang itu dia terlihat sudah cukup dekat dengan bos. Setelah masa magangnya selesai, bos menawari dia bekerja sebagai sekretaris pribadinya."

"Coba Ibu ambilkan data-data pribadinya, ya, saya mau lihat," pinta Lukman.

Bu Winda segera kembali ke ruangannya. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa beberapa berkas.

"Ini, Pak. Dalam map ini ada data pribadi yang dulu dia serahkan sebagai bahan lamaran pekerjaan. Seperti yang saya bilang tadi, dia tetap memasukkan surat lamaran kerja dan menjalani seleksi."

Lukman mengambil berkas itu dan Bu Windapun kembali ke ruangannya.

Lukman termangu sejenak. Lalu dia buka berkas itu. Ada surat lamaran kerja, curriculum vitae, foto copy KTP, ijazah SMA, dan berbagai sertifikat kursus.

Ijazah yang dia lampirkan cuma SMA. Berarti dia memang belum lulus ketika mulai kerja, atau sedang proses mau wisuda, makanya belum memiliki ijazah akademi.

Selesai mencermati berkas itu, Lukman kembali tertegun.

"Apa yang terjadi pada anak ini? Dimana dia sekarang? Apakah aku harus mencurigai bos?" Kembali berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya.

*****

Hari minggu siang, Lukman, Fitri, Ikhsan, dan Novi, kembali berkumpul di ruangan keluarga rumahnya.

"Aku sudah mengetahui siapa itu Ranti Pusparini. Ternyata dia pernah bekerja di kantorku. Tapi cuma enam bulan.

Mungkin dulu dia mengontrak rumah kita juga karena rekomendasi teman di kantor.

Apa Mama nggak tahu?" tanya Lukman pada istrinya.

"Nggak tahu, Pa. Ketika Mama tanya kerja di mana, dia cuma menjawab karyawan swasta." jelas Fitri.

"Ada fakta menarik soal dia. Dia kerja cuma enam bulan, kemudian menghilang setelah ikut bos meeting dan kunjungan kerja ke berbagai kota selama tiga minggu.

Nomor telponnya juga sudah tidak bisa dihubungi lagi semenjak itu. Orang di kantor  tak satupun yang mengetahui keberadaannya sampai sekarang.

Gimana menurut kalian? Apa yang bisa kita duga atas kondisi ini?"

"Yang pasti, kita harus cari tahu dulu keberadaan si Ranti itu sekarang, Mas. Kalau dia ditemukan, berarti kan tidak ada masalah.

Mas Lukman mungkin menduga dia dibunuh dan bosnya Mas Lukman terlibat, kan?" Ikhsan coba menyimpulkan.

"Iya, San. Itu dugaanku. Sebab, menurut teman-teman di kantor, bos kesannya menutup-nutupi masalah ini. Pernah ditanyakan oleh seorang teman, dia cuma menjawab singkat. Seperti tidak nyaman hal itu diungkit-ungkit.

Tapi kau benar. Jika Ranti kita ketahui keberadaannya, maka persoalan selesai. Berarti berubah jadi angkernya rumah itu tidak ada kaitannya dengan dia.

Jadi, kesimpulannya, soal si Ranti ini, kita harus mencari tahu keberadaannya, ya?" ujar Lukman lagi.

"Papa sendiri gimana? Dapat informasi tambahan apa soal Sumadi?" Kali ini Novi yang bertanya pada suaminya.

"Ah, iya, San. Ada fakta baru, kah?" imbuh Lukman.

"Belum ada info tambahan yang cukup penting sih. Aku cuma berfikir, Sumadi ini malah lebih berpotensi untuk kita curigai.

Para biduanita yang silih berganti datang itu bisa saja salah satunya ada yang dicelakai dan mati penasaran, kan? Nah, arwah penasaran itu lah yang menggentayangi rumah kita. Karena mungkin kasusnya tidak terungkap.

Bahkan, bisa jadi tidak ada yang pernah tahu atau peduli ada seorang perempuan anggota grup kesenian yang tiba-tiba lenyap, kan?

Kemungkinan lain, bisa jadi bau kemenyan yang saban Jumat tercium itu adalah bagian dari pelaksanaan ritual sesat. Ritual itu yang mengundang datangnya makhluk-makhluk gaib bersemayam di pohon sirsak.

Kata beberapa tetangga, memang tiap malam Jumat, bersamaan dengan terciumnya aroma kemenyan, dari rumah terdengar suara-suara seperti teriakan atau nyanyian. Hanya saja, tidak bisa disimpulkan, itu bagian dari latihan kesenian atau pelaksanaan ritual sesat." Ikhsan menguraikan analisisnya panjang lebar.

"Ya, sampai di sini, kita masih buntu. Belum bisa menyimpulkan apapun. Semua kemungkinan baru dugaan saja." ujar Lukman.

Tiba-tiba Novi berseru.

"Barusan Aku iseng nyari-nyari akun medsos atas nama Sumadi dan Ranti Pusparini. Coba kalian lihat juga di HP masing-masing!"

-Bersambung-

Pindah RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang