Pindah Rumah (episode 2)

1.1K 65 4
                                    

Aku langsung teringat Arumi.

"Apakah Arumi yang keluar?" Batinku.

Cepat-cepat aku ambil lagi senter, lalu segera menuju pintu belakang yang masih terbuka.

Setelah berdiri di depan pintu, aku sorotkan cahaya senter ke seluruh penjuru halaman belakang. Tidak ada siapa-siapa.

Kemudian sorot senter aku arahkan agak lama ke pohon sirsak. Dalam keadaan bergidik, aku sigi sekitaran pohon itu. Tapi juga tidak ada apa-apa.

Kesiur angin dingin terasa menerpa wajah. Bulu romaku meremang. Segera aku tutup pintu dan berlari ke kamar Arumi.

Sesampainya di kamar, "Alhamdulillaah." Aku lega. Ternyata Arumi masih tertidur pulas sambil memeluk Teddy Bearnya.

"Lantas, siapa tadi yang dari sudut mata kulihat lewat? Siapa yang membuka pintu belakang?" Aku mulai berfikir ada yang ganjil di rumah ini.

Akhirnya, malam itu kuputuskan tidur di sebelah Arumi.

Keesokan paginya, aku ceritakan semua kejadian itu pada suami. Tapi, suami terlihat santai saja menanggapinya.

Soal Arumi yang bicara-bicara sendiri di depan pohon sirsak, suami cuma bilang, "Ah, biasa kok, itu. Namanya juga anak-anak, suka berimajinasi. Teddy Bearnya pun sering dia ajak bicara, kan?"

Mengenai aku yang merasa ada sosok lewat ketika asik menjahit dan pintu belakang yang terbuka sendiri, suami juga ringan saja bilang, "Itu kamu nya aja paling yang 'halu' karena kecapean. Trus, juga lupa nutup pintu belakang. Udah, banyakin aja ngaji dan berdoa."

Untuk sementara, omongan suami itu aku anggap benar. Meski masih belum plong, aku coba berpikiran positif dan menepis segala kekhawatiran yang tidak-tidak.

Sejak hari kedua itu, memang tidak ada lagi kejadian-kejadian aneh. Cuma Arumi saja yang tiap sore selalu mematung sejenak di depan pohon sirsak, kemudian masuk lagi ke rumah dan bertanya, "Ma, tante dan adik kecil kok tidak pernah datang lagi, ya?"

Pertanyaannya itu tak pernah kujawab. Bahkan tak ku hiraukan sama sekali.

Sampai suatu malam, aku kembali mengalami kejadian ganjil.

Malam itu, suami tidak di rumah karena sedang di luar kota. Selepas Isya, aku 'nidurin' anak-anak dan ikut ketiduran.

Lewat tengah malam, aku terbangun. Aku lihat jam dinding, pukul 1 lewat 10 menit. Mumpung terbangun, aku putuskan untuk Tahajud. Aku langsung ke kamar mandi untuk berwudhu.

Keluar dari kamar mandi, langsung aku bentangkan sajadah di ruang tengah menghadap kiblat, dengan bagian depan agak mepet ke dinding.

Mulailah aku tahajud. Suasana yang hening membuat aku khusyu. Rakaat pertama aku benar-benar terhanyut dalam bacaan Shalat.

Hingga rakaat kedua, ketika baru saja duduk setelah sujud pertama, tiba-tiba aku merasa ada sesosok yang berdiri diam di sampingku.

Meskipun pandanganku fokus ke tempat sujud, namun dengan sudut mata aku bisa melihat sekilas, kira-kira 2 meter di sebelah kiri, ada sesosok yang berdiri diam seolah sedang mengamatiku.

Meski darah berdesir, aku tetap berusaha fokus. Tidak menoleh ke arah sosok itu. Karena, jika menoleh, tentu akan merusak kesempurnaan shalatku.

Aku lanjutkan bacaan shalat dalam posisi duduk di antara dua sujud. Aku abaikan bayangan sosok itu. Kekhusyukan shalatku sedikit terganggu. Tapi, aku kembali berusaha fokus.

Aku lanjut ke sujud kedua. Selesai bacaan sujud kedua, aku bangkit dari sujud dan duduk bersimpuh untuk Tasyahud akhir.

Sesaat setelah duduk Tasyahud akhir, fokusku kembali terganggu. Sosok tadi sudah menghilang. Tidak terlihat lagi dari sudut mata.

Pindah RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang