resume

20 5 0
                                    

(a/n)
biasa wa, nyalain video di media for extra something. and again, sebetulnya lagu di atas nggak terlalu nyambung sama cerita ini, tapi vibe nya cocok sama relationship onje dan tiur. soo enjoy xx

"COCOOO!" aku menyapa girang ketika maltese putih lucu itu berlari dan menghambur ke pelukanku.

Tolong ingatkan aku kalau Mama alergi dengan bulu binatang, karena Coco selalu berhasil membuatku ingin mengadopsi seekor puppy.

"COCO DOANG YANG DISAPA? AKU NGGAK?!" teriak seseorang dari arah ruang tengah.

Dengan Coco dalam gendonganku, aku menghampiri sumber suara, "Ngapain nyapa Onje? Aku 'kan mau main sama Coco? Ya Coco, ya? Iya?" ucapku sembari mengusap-usap sisi kepala Coco dengan pipiku.

Ketika Coco mulai menjilati pipiku dengan lidah kecilnya, Onje manyun-manyun najis.

Onje ini mantanku, dan nama aslinya bukan Onje. Namanya Youngjae, Youngjae Ardhi Choi Hadinoto. Ganteng sebenarnya. Tapi gesrek.

Ibunya orang Korea yang udah lama tinggal di Indonesia, Romonya orang Jawa. Onjenya jadi hobi nonton drakor dan dengerin musik koplo.

"Koplo is life." Begitu kata si Mas Mantan.

Sekali waktu ketika kami sedang pdkt, aku bertanya pada Onje, kenapa nama belakangnya Choi Hadinoto, bukan Hadinoto doang?

"Nggak tau, maunya Papa begitu," jawabnya waktu itu.

Kenapa aku masih main ke rumah mantan, you may ask? Aku dan Onje ini putusnya baik-baik. Onje kuliah di Surabaya, sementara aku tetap di Jakarta sini. Aku nggak mau LDR.

Selain itu, aku juga sebetulnya masih sayang Onje. Jadi, tetap dekat dengan Onje dan keluarganya begini sangat menguntungkanku.

Masih sayang kok maksa putus, Ti? Bego.

"Ibu sama Mba Ayu mana?" tanyaku celingak-celinguk.

"Sumpah ya, Tiur. Nggak ada gitu niat nanya, Onje apa kabar? Onje kok pulang cepet dari Surabaya? Onje udah makan?"

"Ih, males banget. Gue aja ke sini mau ketemu Ibu sama Mba Ayu."

Karena aku dulu udah dekat dengan keluarga Onje, dekat banget bahkan, dan kami pisahnya juga damai, aku masih suka main dengan Ibu dan Mbanya Onje. Bahkan saat Onje lagi di Surabaya. Ibu suka mengajakku masak bareng di rumahnya, dan Mba Ayu suka mengajakku nge-mall bareng, kadang Ibu juga ikut.

"Eh, Tiara. Lagi main sama Coco ya? Kapan datang?" sapa Romo Onje yang baru keluar dari kamar.

Romonya Onje ini polisi, Brigjen. Jadi kehadirannya siang bolong di rumah begini adalah pemandangan langka.

Aku menyalami pria 50 tahun itu dan menjawab dengan senyuman, "Iya Romo, baru aja datang tadi."

"Yang lagi main sama Tiara tuh aku, bukan Coco," protes Onje nggak terima.

"Wong yang digendong Tiara Coco kok, bukan kamu," Romo Onje membalas sembari melempar tubuhnya ke sofa ruang tengah, meraih remote TV di coffee table.

"Ya Allah gusti, masa iya aku harus ikut digendong juga?"

Tanpa menghiraukan anak lelaki bungsunya yang lagi misuh-misuh, sang bapak jenderal menoleh ke arahku, "Tiara mau buat kue bareng Ibu sama Mba ya? Romo baru ingat."

"Iya Romo, Ibu sama Mba di mana ya?"

"Lagi pada belanja bahan buat kuenya Ti, ditunggu aja ya. Main aja dulu sama Coco dan Onje."

Maka aku dan Onje beranjak ke halaman belakang rumah Onje, duduk lesehan di teras sambil main throw and catch dengan Coco.

"Lo kenapa pulang cepet, Nje? Katanya baru pulang minggu depan?" tanyaku sembari melempar bola kecil milik Coco ke rerumputan.

Yang ditanya nyengir kuda, "Kangen aku sama kamu."

Aku memutar bola mata mendengar rayuan nggak pentingnya.

Nggak penting atau nggak penting? Lo aja degdegan gitu, you hypocrite.

"Ngelunjak lo diliat-liat?"

"Hehehehe, aku nggak jadi liburan sama temen-temen ke Jogja. Lagian aku beneran kangen sama kamu tau." Onje memang udah cerita padaku kalau dia berencana pergi dengan teman-temannya ke Jogja di minggu pertama liburan semester satu ini, baru setelahnya langsung pulang ke Jakarta.

Dan iya, Onje memang udah kembali menggunakan sapaan aku-kamu padaku selama dua bulanan terakhir. Tapi aku tetap kukuh dengan gue-lo, walau kadang kelepasan juga ikut-ikutan aku-kamu.

Kalau soal genitnya, sejak seminggu setelah putus pun si gendeng itu juga udah genit lagi padaku. Tapi memang dua bulan ini sedang genit-genitnya, sih.

"Tiur," panggilnya.

"Hm?" gumamku tanpa mengalihkan pandang padanya, sibuk memberi treats untuk Coco.

"Aku kepikiran, mulai semester depan pingin pulang sebulan sekali aja ke Jakarta."

For your information, ini adalah kepulangan Onje yang pertama sejak masuk kuliah beberapa bulan lalu. Ibu sempat memintanya pulang for the weekend setelah UTS selesai, tapi Onje sok sibuk. Yang mana agak mengejutkan, karena dia sebetulnya anak mami banget.

"Kok tiba-tiba? Kemarin aja pas diminta pulang sama Ibu, lo sok sibuk gitu."

"Ih, aku betulan sibuk tau. Aku 'kan ikut kepanitiaan acara fakultas waktu itu." Onje tanpa protes, bagaikan ambulans tanpa wiu-wiu.

Aku terkekeh melihat wajah nggak terimanya yang lucu itu, "Tapi emang kenapa, kok tiba-tiba pingin pulang sebulan sekali?"

Ia tersenyum tipis, menghela nafas dan memandangi Coco yang tengah bermain dengan bolanya di tengah halaman, "Aku lagi ngejar cewek, orangnya di Jakarta. Dia nggak mau LDR, tapi aku juga nggak bisa pindah kuliah ke Jakarta. Aku harap, sih, aku pulang sebulan sekali bisa bikin dia pertimbangin buat nerima aku."

Deg.

Sakit nggak, Ti? Dulu lo yang mutusin, sekarang lo yang ditinggal. Mampus.

"O-oh.." hanya angguk-anggukan sok tabah yang bisa aku berikan pada Onje.

"Menurut kamu gimana?"

Pake nanya.

"Ya silahkan aja sih, siapa tau berhasil." Ibu sama Mba Ayu di mana, sih? Aku nggak kuat terlalu lama bareng Onje di sini.

"You think so?" tanya Onje lagi.

Tolong dong, Romonya Onje panggil aku kek, Ibu tiba-tiba pulang kek, atau bola Coco nyemplung ke kolam ikan kek. Aku akan meletus kalau harus di samping Onje terus.

"Mm-hmm." Pray for Tiara. Justice for Tiara. Bebaskan Tiara.

"Jadi Tiur mau balikan sama Onje?" []

(a/n)
gimanaa, suka nggak? semoga suka yaa. vomments kalian sungguh berarti. once again, ku open request ya. bisa drop di comments atau ketuk dm aku.

btw, ku lagi sedi liat jackson kurusan :(

love,
t.

piecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang