Sayap biru?

2.8K 284 6
                                    

It actually kills me when we don't talk, it kills me when you ignore me, it kills me when you're busy with your life.
.

.

.

Setelah Midorima selesai mengobati Kuroko, sayap Kuroko kembali muncul dan menghilang berganti dengan tato di tulang belikatnya,

Akhirnya Midorima bisa sedikit tenang, karena perintah untuk menyembuhkan Kuroko sudah di laksanakan dengan sebaik mungkin.

"Dan satu lagi, Shintaro.

Bisa kah kau melakukannya untukku?" ucap Akashi kini memeluk Kuroko seperti tengah frustasi.

'Hangat?

Apakah benar ini tangan Akashi Seijuuro yang dahulu begitu gencarnya menolak ku?' ucap Kuroko di dalam hatinya masih dengan mata terpejam.

"Apapun untuk anda, yang mulia. Nodayo" ucap Midorima berlutut kembali,

"Bisakah kau menukarkan jantungku dengan jantung Kuroko" ucap Akashi serius,

"I-itu?" seolah mengerti maksud dari tuannya ini,

"Apa yang kau fikir kan itu adalah benar,

Kalau jantungnya ada padaku, maka jantungnya akan berada dalam pertahanan mutlak,

Karena aku sendiri yang akan menjaganya,

Di sisi lain, Tetsuya yang memiliki jantungku dia akan hidup abadi layaknya vampir pada umumnya,

Apa lagi yang dia miliki adalah jantungku,

Melempar dua burung dengan satu batu, bukan?" ucap Akashi panjang lebar,

"Bila dia berencana membunuh dirinya sendiri, nodayo.

Maka andapun akan terkena dampaknya, nodayo" ucap Midorima memberi tahu resikonya,

"Menurutmu?

Setengah siluman dapat melukai seorang Raja Vampire, Shintaro.

Hmp!?" ucap Akashi penuh penekanan.

"Tentu saja tidak, yang mulia.

Akan hamba lakukan, nodayo" ucap Midorima kini berjalan mendekati keduanya, satu tangan menembus ke jantung Kuroko dan satunya ke Akashi tanpa melukai tubuh fisik keduanya,

Lalu Midorima memindahkan jantung Kuroko dan Akashi, hingga kini Akashi memegang jantung Kuroko pada tubuhnya dan begitupun Kuroko yang memiliki jantung Akashi pada tubuhnya.

.

.

.

Flash back

Akashi yang tidak dapat menyingkirkan tatapan mata Seichi padanya, itu selalu membuatnya bermimpi buruk,

Entah mengapa seiring berjalannya waktu, ada rasa penyesalan yang perlahan tumbuh dari ingatannya,

.

.

.

Di tempat Kuroko,

Kuroko tidaklah selemah dahulu, dia yang dahulu hanya manusia lemah tak dapat berbuat apapun sesuai kehendaknya,

Kini setidaknya dia setengah siluman, dia bisa setidaknya melangkah untuk dirinya sendiri.

Kuroko di dalam kamar seolah menunggu Akashi pasti akan kembali ke ruangan ini,

CEKLEK!?

pintu di buka, padahal tidak ada siapapun yang mengetuk, siapa lagi kalau buka sang Emperor, Akashi Seijuuro.

"Tampaknya kau sudah bangun, Tetsuya" Ucap Akashi menatap rendah Kuroko seperti biasanya.

"Yang mulia, anda telah kembali" ucap Kuroko.

"Tetsuya, kau tahu.

Yang perlu kau lakukan hanya lahirkan kembali mereka,

Seperti di kehidupan mu sebelumnya" ucap Akashi penuh intimidasi, sembari menyentuh perut Kuroko yang masih berbalut kain.

"Saya sudah mendengar mengenai sumpah dari Raja terdahulu" ucap Kuroko tiba tiba menarik perhatian Akashi,

"Hmp!?

Sumpah itu tidak akan menghalangi,

Kau tetap harus melahirkan mereka bertiga, Tetsuya.

Meski pada akhirnya mereka akan membencimu, layaknya aku" ucap Akashi masih belum move on pada Kuroko sang tumbal di kehidupannya yang lampau.

Lalu Kuroko tersenyum kecil kemudian berkata dengan keyakinan yang tak pernah Akashi lihat.

"Lalu apakah yang mulia ingin bertaruh dengan saya?" ucap Kuroko tiba tiba membuat Akashi cukup terkejut.

"Hmp!?

Apa maksudnya?" ucap Akashi mulai tertarik kemana pembicaraan ini.

"Saya akan melahirkan anak anak yang mulia, seperti yang mulia,

Yang mulia bisa menempatkan saya di manapun,

Mereka pasti akan kembali kepada saya,

Berapa lama pun waktunya, mereka pasti akan kembali kepada saya" ucap Kuroko seolah tak perduli dengan sumpah sang Emperor terdahulu.

"Jangan anggap remeh kekuatan sumpah seorang Emperor, Tetsuya.

Kau akan terluka nantinya" ucap Akashi.

"Hamba sudah sejak lama terluka Yang mulia, jadi bagaimana?

Apa anda mau bertaruh?" ucap Kuroko tersenyum lagi dan itu cukup membuat kepala Akashi sakit, karena di memorinya dia hanya bisa melihat merahnya darah Kuroko dan ke3 anak anaknya.

"Lalu sebagai taruhannya apa yang akan aku dapatkan,

Dan apa yang akan kau inginkan?"

"Aku menginginkan kekuatan yang mulia" ucap Kuroko tiba tiba terdengar seperti petir yang menyambar di tengah hujan,

"Hmp baiklah, kalau begitu aku menginginkan kau tidak menghilang dari pandanganku lagi" ucap Akashi,

'Ah

Apa kini dia menginginkan aku sebagai bonekanya?'

"Seperti yang mulia inginkan" ucap Kuroko memejamkan mata berarti mengerti.

"Lalu bagaimana kalau kita mulai saja, taruhan kita ini?" ucap Akashi menuntun Kuroko ke atas kasur,

BUKKK!!!!

"YANG MULI-A?" ucap Midorima masuk tanpa di ketuk, memperlihatkan Akashi yang tengah mencoba membuka pakaian Kuroko.

Kuroko yang malu langsung membenamkan tubuhnya di dada Akashi, Akashi pun menutupinya dengan selimut,

"Tidak bisakah kau mengetuk, Shintaro?

Jangan bilang kalau pintu itu hanya hiasan?

Jadi kau tidak perlu mengetuk nya?

HMP!?"tampak penuh penekanan di bagian akhir kalimat Akashi.

"Ma-maafkan hamba yang mulia, nanodayo" ucap Midorima langsung berlutut dan menunduk, tidak lagi melihat Akashi dan Kuroko agar Kuroko tidak bertambah malu.

"Lalu apa yang membawamu kemari?" ucap Akashi tajam.

"Sa-salah satu penjaga istana di serang bandit siluman di hutan sebelah selatan dekat manusia, nanodayo"

"Hmp, kalau begitu perintahkan Aomine Daiki untuk membereskannya" ucap Akashi santai.

"Aomine Daiki, itu berarti-" ucap Midorima namun segera di potong oleh Akashi.

"Mereka akan di bantai tanpa ampun, (smirk)

Kalau kau sudah selesai,

Jangan ganggu aku dan pergilah sampai aku memanggil mu, Shintaro" ucap Akashi.

"Baiklah, yang mulia"

TBC

Pengantin Dunia BawahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang