Setelah menyuruh anak tersebut untuk mandi dan membiarkan menggunakan kaos Saka yang menurutnya sudah sangat kecil dan cukup untuk ia kenakan.
Saka mencuci baju anak tersebut dan menjemurnya.
Ia buatkan teh hijau panas untuk dirinya sendiri dan anak tersebut."Sudah selesai mandinya? Kemarilah, aku sudah membuatkan mu teh hijau panas." Seru Saka dengan tangan yang ia lambaikan agar anak tersebut datang ke arahnya.
Anak itu berjalan menghampiri Saka yang sedang duduk di sofa ruang santai. Begitu ia duduk di dekat Saka, ia memberikan secangkir teh hijau tersebut.
"Siapa nama mu? Namaku Saka." Tanya Saka pada anak tersebut.
"Sakamoto Rio." Jawabnya dan ia kembali meniup teh tersebut yang masih panas.
"Sakamoto..." Gumam Saka yang teringat akan suatu hal.
"Ada apa?" Tanya Rio.
"Tidak apa, hanya saja... Marga mu sama dengan marga ibu ku yang selama ini ku cari. Dimana kau tinggal?"
"Di kota sebelah."
"Kota sebelah? Lalu kenapa kau bermain sejauh ini? Kau ini masih bocah, jangan buat orang tua mu khawatir."
"Aku kesini untuk mencari ayah dan kakak ku, aku ingin bertemu dengan mereka, setidaknya hanya sekali saja.
Aku juga tidak masalah jika melihat mereka dari kejauhan, yang penting aku dapat bertemu dengan mereka."
Mata Rio mulai membendung air mata, seakan akan hatinya penuh dengan rasa sesak namun ia tidak dapat untuk meluapkannya.
"Katakan padaku dimana mereka tinggal? Aku akan mengantarkan mu kesana hingga kalian dapat bertatap muka sampai kau puas."
"Tidak perlu sampai sejauh itu, aku cukup puas dengan melihatnya dari kejauhan. Lagi pula aku tidak tau dimana mereka tinggal."
"Kenapa, apa kau punya masalah dengan ayahmu? Selain itu bagaimana kau bisa menemukan mereka jika kau saja tidak tau dimana mereka tinggal."
Tiba tiba saja Rio mulai menangis namun tak bersuara, air matanya terus menerus berjatuhan membasahi pipinya.
Dan entah kenapa melihat hal ini membuat dada Saka terasa sesak, tubuhnya seakan ingin memeluk anak tersebut dan menghapuskan air matanya.
Pada akhirnya Saka memeluk Rio, karena diri ini semakin tak kuasa melihatnya menangis.
"Teruslah menangis sampai kau lega, setelah itu kau dapat menceritakannya padaku apa yang sebenarnya kau alami saat ini."
Beberapa menit kemudian, Rio mula tenang dan menyeka air matanya. Teh hijau yang sudah mulai dingin ia minum untuk membuatnya semakin tenang.
Setelah itu, barulah Rio membuka mulutnya untuk bercerita pada Saka.
"Aku tinggal di kota sebelah bersama dengan ibu, sejak aku lahir hanya ada ibu yang ku miliki.
Aku slalu di hina oleh anak anak yang tidak menyukai ku karena aku tidak punya ayah.
Bahkan ada yang menghina ku bahwa aku anak dari seorang pelacur, anak haram, dan lain sebagainya.
Aku tidak kuat terus menerus mendengar hinaan itu, dan ku tanyakan pada ibuku soal keberadaan ayah.
Lalu ibu pun menceritakan padaku, bahwa ibu dan ayah bercerai saat ibu mengandungku di usia kandungannya dua minggu.
Ayah tidak tau menau soal kehamilan ibu, dan ibu menunjukkan padaku foto ayah serta kakak ku.
Aku sangat senang dan slalu membawa foto ayah serta kakak ku itu, ketika mereka menghina ku maka aku akan tunjukkan foto tersebut agar mereka diam.
Tapi makin lama aku tidak bisa menahan rinduku untuk bertemu mereka, aku bertanya tanya pada ibu dimana mereka tinggal.
Ibu mengatakan kakakku tinggal bersama ayah di kota ini, namun ibu tidak memberitaukan padaku dimana alamatnya.
Jadi aku memutuskan untuk datang kesini dan mencari mereka ketika uang tabunganku cukup."
"Masalah yang kau alami hampir sama dengan yang ku alami, jadi aku sangat tau seperti apa perasaan mu."
"Kak Saka juga mengalami hal yang sama?"
"Iya, kau saat ini berusia 11 tahun kan?"
"Usia ku 10 tahun..."
"Waktu itu aku usia ku 11 tahun, orang tua ku bercerai. Ayahku menikah lagi dengan teman ibu ku sendiri.
Ibu ku pergi meninggalkan ku bersama ayah dan ibu tiri serta anaknya.
Ibu tiriku slalu menyiksa ku, memukuli ku dan melakukan kekerasan lainnya.Saat aku sedang sakit ayah tidak ada untukku, bahkan ia tidak tau menau tentang keadaan anaknya sendiri.
Kakak tiriku slalu berusaha mengambil hati ayahku, hingga akhirnya aku tidak ada lagi di mata ayahku sendiri.
Apa pun yang ku katakan pada ayah, dia tidak mempercayainya. Aku slalu ingin bertemu dengan ibu kandungku, namun aku tidak pernah tau dimana dia tinggal.
Ayah mengetahui hal itu dan menyuruhku untuk melupakannya, karena sudah ada ibu yang baru untukku.
Tentu saja aku tidak mau itu, aku mengatakan pada ayah yang sesungguhnya.
Bahwa istri barunya selalu menyiksaku, namun ayah tidak percaya. Dan saat usia ku 16 tahun aku di usir oleh ayah. Sangat menyedihkan bukan? Hahaha... Maafkan aku yang menceritakan ini padamu, padahal kau masih bocah."
"Tidak apa, meski pun aku masih anak anak tapi aku merasa bahwa aku sudah cukup dewasa untuk anak seusia ku.
Mungkin itu karena keadaan keluarga ku yang sudah hancur, yang memaksaku jadi dewasa sebelum waktunya."
"Yaah... Entah kenapa aku merasa lega dapat menceritakannya padamu. Bahkan kepada dua orang kakak yang mengurusiku sejak aku di usir, aku masih belum dapat menceritakannya pada mereka."
"Mungkin karena nasib kita sama kak."
"Ku rasa begitu... Setelah pakaianmu kering, aku akan mengantarmu pulang ke rumah ibu mu."
"Tidak! Aku tidak mau pulang sebelum aku bertemu dengan ayah dan kakakku!"
"Baiklah aku akan membantumu, katakan padaku siapa nama ayah atau kakak mu itu?"
Namun Rio hanya diam tidak dapat menjawab pertanyaan ku yang sangat mudah ini.
"Kenapa diam?" Tanya ku kembali.
"Aku tidak tau siapa nama mereka, ibu tidak memberitaukannya padaku."
"Hah?! Lalu bagaimana kau akan mencarinya? Alamat tidak tau, nama pun tidak tau. Baiklah, bagaimana dengan fotonya?
Berikan padaku fotonya dan aku akan membantumu mencari melalui foto tersebut."
"Fotonya rusak karena beberapa minggu yang lalu aku kehujanan ketika datang kesini, dan aku tidak di berikan lagi pada ibu foto mereka."
"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?" Bujuk Saka agar ia bisa membuat anak ini pulang, karena Saka tidak mau dapat masalah karena menyembunyikan seorang anak yang kabur dari rumahnya.
"Kesepakatan apa?"
"Aku janji akan membantu mu mencari ayah dan kakakmu itu asal kau tau nama mereka atau fotonya."
"Benarkah? Kau mau membantuku kak?" Seru Rio dengan matanya yang berbinar binar karena merasa sangat senang.
"Iya tapi dengan satu syarat."
"Apa syaratnya?"
"Setelah pakaianmu kering, kau harus mau aku antar pulang ke rumah. Aku tidak mau mendapatkan masalah karena mu, dan aku akan memberikan nomer ponselku agar kau mudah menghubungiku."
"Tapi kau akan menepati janji mu kan kak Saka? Selama kau menepatinya, aku akan memenuhi syarat itu."
"Bagus, itu baru namanya anak pintar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Ended) [Revisi]
General FictionAkan di revisi! Cerita ini terinspirasi dari drakor yang berjudul "The Legend of The Blue Sea.". Saat usia ku 11 tahun ibu ku pergi meninggalkan ku karena ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang merupakan teman ibuku. Aku bertahan di rumah dari...