Sesampainya di rumah, Rio di bangunkan oleh Chita sang ibu. Sementara Saka membawa tas mereka berdua masuk ke dalam rumah.
"Ini rumahku, masuklah. Aku akan taruh tas ibu ke kamar." Seru Saka dan di ikuti oleh Chita yang menggandeng tangan Rio yang masih mengantuk.
Rio meloncat ke kasur dan melanjutkan tidurnya, sementara sang ibu duduk di dekat Rio sembari mengusap usap kepalanya dengan lembut.
"Istirahatlah dulu bu, aku juga mau tidur, aku sangat lelah." Ucap Saka dan pergi menuju kamarnya yang berada di samping kamar ibunya.
Beberapa jam berlalu, bahkan jam makan siang pun tlah terlewati dua jam lamanya.
Chita mengetuk kamar Saka namun tak ada jawaban, dan saat itu Dino menghampiri ibunya Saka.
"Siang tante, saya Dino temannya Saka. Senang bertemu dengan tante." Ucap Dino.
"Nak Dino, panggil saja saya ibu. Terima kasih banyak karena sudah merawat Saka selama ini.
Ngomong ngomong Saka dimana? Ibu mengetuk kamarnya tidak ada jawaban. Apa dia lagi pergi keluar?" Tanya Chita.
Dino membuka pintu kamar Saka dan berkata, "Dia masih tidur bu, Saka masih butuh istirahat yang cukup karena lukanya belum sembuh betul."
"Luka? Luka apa?" Tanya Chita nampak khawatir.
"Aah itu..."
Belum usai Dino berkata, Saka yang baru saja terbangun segera menyapa mereka berdua."Ibu, kak Dino... Apa yang kalian lakukan di depan kamar ku?"
"Kau sudah bangun nak? Ibu mau menanyakan mu ingin makan siang dengan apa, ibu akan membuatkannya." Ucap Chita dengan tersenyum.
"Apa saja bu."
"Kalau nak Dino mau makan apa?" Tanya Chita kepada Dino.
"Aku tidak masalah dengan makanan apa pun bu." Jawab Dino.
"Baiklah kalau begitu, ibu ke dapur dulu untuk memasak."
Chita pun berlalu dan menuju ke dapur dengan perasaannya yang bahagia, karena setelah bertahun tahun lamanya, kini ia memasakkan kembali makanan untuk anak sulungnya.
"Selamat siang bu." Sapa Eza yang berada di dapur untuk mengambil minuman.
"Siang, kau pasti temannya Saka yang selama ini merawatnya bersama Dino ya? Siapa nama mu nak?" Tanya Chita.
"Eza bu."
"Nak Eza. Terima kasih banyak karena sudah merawat dan menjaga anak ku hingga saat ini. Apa Saka banyak menyusahkan kalian?"
"Tidak terlalu, hanya saja anak itu terlalu menutup dirinya dan kenakalannya dulu slalu membuatku geram." Keluh Eza yang kemudian menegak minuman yang ada di tangannya.
"Atas nama Saka, ibu minta maaf yang sebesar besarnya."
"Jangan seperti itu bu, karena aku slalu membalas lebih dari apa yang dia lakukan. Bahkan aku pernah membuatnya menangis."
"Siapa yang menangis? Aku tidak pernah menangis sekali pun saat kau menjahiliku." Saut Saka dari atas yang mendengar perkataan Eza, dan Saka segera menghampiri bersama dengan Dino.
"Apa kau mau ke rumah sakit?" Tanya Eza pada Saka.
"Bukan urusanmu. Bu aku pergi dulu, aku akan memakan masakanmu nanti saat aku pulang." Ujar Saka pada ibunya.
"Kau mau ke rumah sakit? Apa kau sakit nak?" Tanya Chita cemas.
"Aku baik baik saja, aku pergi untuk memeriksa kesehatanku."
Saka pun pergi, tinggalah disana Chita bersama Dino serta Eza. Chita sedang menyiapkan bahan bahan yang akan di masaknya dan berkata, "Sebenarnya apa yang terjadi pada Saka?"
Keadaan menjadi hening untuk beberapa detik, Dino dan Eza saling memandang. Chita sambil memasak untuk makan siang yang sudah telat mendengar apa yang di jelaskan oleh Dino.
"Sebenarnya ada seseorang yang berusaha membunuh Saka, belum lama ini ada yang menikamnya, dan sebelum itu ada yang berusaha membuatnya mati dalam kecelakaan mobil.
Kita tidak tau siapa pelakunya, dan karna suatu hal, Saka tidak melaporkan kejadian ini kepada polisi.
Sepertinya anak itu ingin mencari tau sendiri, dia tidak pernah mengatakan apa pun pada kami.Meski pun kami dekat dengannya, tapi dia tidak pernah bercerita apa pun pada kami. Seakan akan rasa kepercayaan yang ia miliki sudah benar benar hilang."
"Kita hanya beranggapan mungkin karena ayahnya tidak percaya dengan apa yang di katakan olehnya, jadi itu penyebab hilangnya rasa percayanya kepada orang lain." Sambung Eza.
"Apa anakku tumbuh dengan menjadi orang yang memiliki musuh?" Gumam sang ibu, Chita.
"Itu tidak mungkin bu, Saka seorang hikikomori. Jangankan musuh, teman saja dia tidak punya. Dia selalu menghabiskan waktunya di dalam rumah dan bermain main dengan laptopnya." Saut Eza.
"Lalu apa mungkin Hana?"
"Hana?" Tanya bingung Dino serta Eza.
"Hana merupakan ibu tirinya Saka, saat aku bertemu dengan Saka dia mengatakan kalau Hana selama ini menjahatinya.
Saka menceritakan semua itu pada ayahnya, hingga akhirnya mereka berkelahi dan ayahnya mengusirnya."
"Itu bisa jadi. Ya mungkin kita harus diam diam mengikutinya, bisa saja dia bertindak gegabah dan melakukan itu semua sendiri." Seru Dino.
"Aku sangat mengkhawatirkannya." Ucap Chita.
"Bu, kenapa kau tidak tinggal disini saja jika sangat khawatir dengan Saka? Lagi pula rumah ini dibuat olehnya agar kalian dapat tinggal bersama." Ucap Dino.
"Tapi aku bekerja disana, selain itu dua tahun lagi sekolah Rio akan usai. Kasian juga kalau harus pindah."
"Aku tidak apa bu jika harus pindah, aku ingin punya teman! Disana aku tidak bisa memiliki teman karena semuanya membully ku.
Mereka slalu mengatakan aku anak haram hanya karena tidak pernah melihat ayah. Aku lelah bu dibully seperti itu terus." Keluh Rio yang baru bangun dan berseru karena ingin pindah dan tinggal bersama dengan kakaknya.
"Rio, kau sudah bangun nak. Tunggu sebentar lagi ya, sedikit lagi makanannya akan matang." Ucap Chita mengalihkan ucapan Rio.
"Nah sudah di putuskan, aku siap kapan pun untuk kesekolahan Rio dan mengurusi kepindahannya.
Lalu untuk ibu, lebih baik urusi surat pengunduran diri dari tempat anda bekerja. Karena kita semua akan tinggal bersama disini." Saut Dino.
"Tapi kita harus bertanya terlebih dahulu dengan Saka." Ujar Chita.
"Aku yakin Saka pasti setuju, tapi memang lebih baik jika kalian bicara terlebih dahulu." Seru Eza.
"Lalu selama ini, dimana ibu tinggal? Saka terus mencari anda tapi tidak pernah membuahkan hasil." Sambung Dino.
"Aku tinggal disuatu desa yang tertinggal hingga usia Rio tujuh tahun, setelah itu aku pindah ke kota sebelah dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga." Tutur penjelasan Chita.
"Apa karena itu Saka tidak bisa melacak keberadaan mu bu? Saka terus memantau cctv jalanan bahkan dia menerobos data pemerintah untuk mencari anda bu." Ucap Dino.
"Soal itu, aku tidak pernah mengurusi data kepindahanku."
"Hah, pantas saja. Yah, semua sudah berlalu dan sekarang kalian sudah saling bertemu. Itu sudah sangat cukup!
Perutku sudah sangat kelaparan, bagaimana jika kita makan bersama. Masakannya sudah matang kan bu?" Seru Dino.
"Iya sudah bisa di makan, ayo kita makan bersama." Seru Chita dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Ended) [Revisi]
General FictionAkan di revisi! Cerita ini terinspirasi dari drakor yang berjudul "The Legend of The Blue Sea.". Saat usia ku 11 tahun ibu ku pergi meninggalkan ku karena ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang merupakan teman ibuku. Aku bertahan di rumah dari...