Saka termenung sesaat seakan memikirkan apa yang di katakan oleh Dino. Namun rasa kecewa yang ia rasa terlebih dahulu, telah membuatnya merasa sakit hati terhadap ibu kandungnya sendiri.
Entah apakah Saka mau untuk bertemu kembali dengan ibunya seperti yang di sarankan oleh Dino atau, dia tetap memegang teguh keegoisanya untuk tidak bertemu kembali dengan sang ibu.
"Itu hanya pendapatku saja, ku rasa itu yang ada di pikiran ibumu. Jadi Saka, temuilah ibumu sekali lagi agar tidak ada kesalah pahaman atau penyesalan." Bujuk Dino.
"Hmm... Besok aku akan mengantar pulang Rio, dan mungkin aku akan menemuinya."
Setelah mengatakan itu Saka berjalan menghampiri Rio yang sedang makan es krim di meja makan.
"Anak itu, ku tebak dia tidak mau menemui ibunya." Gumam Eza.
"Ya aku sependapat denganmu. Anak keras kepala seperti itu... Tapi kita juga tidak bisa menyalahkannya, karena orang tua yang bercerai dan ayahnya menikahi seorang wanita yang sadis, jadi wajar saja jika dia tumbuh seperti ini." Seru Dino.
"Meski pun kita juga merawatnya, tetap saja tidak dapat merubah sifatnya."
"Lagi pula, bagaimana kita bisa merubah sifatnya itu? Kita saja tumbuh besar tanpa orang tua, selain itu kita ini seorang penipu."
"Kau benar."
Beberapa menit kemudian Saka dan Rio pergi keluar rumah, saat ditanya hendak kemana, Saka hanya menjawabnya pergi jalan jalan.
Saka dan Rio tiba di sebuah perusahaan, sebuah gedung yang sangat besar dan Saka menemui receptionist untuk memintanya bertemu dengan CEO perusahaan tersebut.
Namun karena tidak ada janji, mereka berdua tidak bisa masuk dan bertemu.
"Aku tau orang tua itu ada di ruangannya, apa susahnya sih hubungi dan katakan jika ada orang yang ingin menemuinya." Bentak Saka, sementara Rio hanya melihat sekelilingnya karena orang orang terus memandang mereka.
"Maaf tapi tanpa janji anda tidak dapat menemui pak Kato. Selain itu, tolong jaga mulut anda. Lancang sekali anda bicara seperti itu kepada pak Kato.
Apa anda tidak di ajarkan sopan santun sama orang tua anda? Masih muda tapi sangat tidak sopan sekali, lebih baik sekarang anda pergi sebelum saya panggil security!"
"Jika anda ingin tau apa saya di ajarkan sopan santun atau tidak, tanyakan saja pada orang tua itu.
Sudah cepat hubungi dia, dan katakan padanya bahwa anak muda yang tidak tau sopan santun ini ingin menemuinya, dan anak ini bernama Saka!"
"Tidak akan! Saya mohon dengan hormat cepat pergi dari kantor ini."
Saat Saka sedang berdebat, datang seorang pria menghampiri kami.
"Saka? Apa ini benar tuan muda Saka? Sudah lama saya tidak melihat kau, nampaknya kau tumbuh dengan sehat tuan muda Saka." Ucap pria tersebut.
Saka melihat ke arahnya lalu berkata, "Kau... Kuga benar? Anjing setia dari orang tua itu."
"Hahaha... Tuan muda Saka, kemana perginya sopan santun mu? Padahal dulu kau begitu ramah dan sopan dalam berbicara."
"Maaf, tolong antarkan aku menemui orang tua itu. Ada hal penting yang ingin ku bicarakan, selain itu... Nenek sihir serta anaknya tidak ada disini kan?"
"Nenek sihir? Bahkan hingga saat ini kau masih memanggilnya nenek sihir hahaha."
"Dan kau bahkan tidak pernah berubah, slalu saja tertawa dalam hal apa pun."
"Mereka tidak ada disini, mereka sedang pergi keluar kota dan akan baru pulang malam nanti.
Baiklah tuan muda, saya akan mengantarkan mu ke ruangan pak Kato. Silahkan ikuti saya."
"Tapi pak Kuga, siapa anak ini? Kenapa anda membiarkannya masuk setelah bicara tidak sopan? Dan kenapa anda memanggilnya tuan muda?" Keluh receptionist yang berusaha menghalangi jalan Saka.
"Oh maaf kalau kamu tidak tau, anak ini sebenarnya..."
Disaat Kuga ingin mengatakan kalau Saka merupakan anak kandung dari pemilik perusahaan ini, ucapannya terhenti oleh Saka yang mencubitnya begitu kuat pada pinggangnya."Adaaaaaw..." Teriak Kuga kesakitan.
"Itu bukan urusanmu, dan selesaikan saja urusanmu itu!" Ketus Saka dengan tatapannya yang dingin. Dan kemudian mendorong Kuga agar terus berjalan dan Rio hanya mengikutinya.
"Apa apaan itu? Kenapa tuan muda mencubit saya?" Tanya Kuga saat mereka berada di dalam lift.
"Aku tidak mau jika ada yang tau kalau aku anak dari orang tua itu, dan aku juga tidak mau kalau sampai nenek sihir tau aku datang kesini."
"Saka, dimana selama ini kau tinggal? Ayahmu selalu berusaha mencarimu, beliau sangat merindukanmu."
"Jangan membuatku tertawa, bagaimana mungkin dia merindukanku? Sementara dulu, dia lebih sayang dan percaya kepada Ben sialan itu.
Setelah di usir, aku menjalani hidupku dengan sangat baik bahkan tanpa adanya kesulitan. Sekarang saja aku sudah memiliki rumah serta mobil."
"Wow itu luar biasa, pekerjaan apa yang kau lakukan sampai kau bisa memilikinya di usia mu yang masih muda? Terlebih lagi, itu hasil jerih payah sendiri."
"Kau mau tau?" Tanya Saka dengan senyumannya yang licik.
"Katakan padaku tuan muda." Ucap Kuga dengan antusias.
"Maaf tapi itu rahasia, aku tidak bisa mengatakannya ke pada orang lain."
"Lalu untuk apa kau menanyaiku jika ujungnya kau tidak mau mengatakannya. Ngomong ngomong, siapa anak kecil ini?"
Saka melirik Rio dan matanya seakan mengatakan untuk Rio diam tidak mengatakan apa pun.
"Kau tidak perlu tau siapa dia."
"Kau benar benar kejam tuan muda, padahal aku selama ini terus mencarimu dan mencemaskanmu.
Begitu kita bertemu, kau sudah banyak berubah dan menjadi sangat dingin terhadapku. Nah, kita sudah sampai. Ini ruangan ayah anda tuan muda."
"Tok tok tok..." Kuga mengetuk pintu ruangan tersebut dan di jawab dari dalam untuk menyuruhnya masuk.
"Maaf mengganggu waktu anda pak Kato, tapi ada yang ingin bertemu dengan anda pak." Seru Kuga pada ayahnya Saka.
"Bertemu? Bukankah aku tidak memiliki janji dengan siapa pun? Selain itu ku dengar di bawah ada keributan, apa yang terjadi sana?" Tanya ayahnya Saka kepada Kuga.
Saat itu Saka masuk ke dalam ruangan ayahnya beserta Rio.
"Itu aku, aku yang membuat keributan tersebut." Ucap Saka.
"Saka? Oh berani juga kau menampakkan wajahmu setelah meninggalkan rumah begitu saja." Ujar ayahnya Saka.
"Pak Kato, tidak seharusnya anda mengatakan itu pada Saka yang saat ini datang untuk menemui anda." Seru Kuga dan ayahnya Saka hanya membuang muka.
"Maaf Kuga, tapi bisa tinggalkan kami? Ada hal penting yang ingin ku katakan pada orang tua ini." Sambung Saka.
"Baiklah kalau begitu, silahkan nikmati waktu kalian." Ucap Kuga yang kemudian keluar dari ruangan ayahnya Saka.
"Meninggalkan rumah kah? Apa anda sudah terlalu tua untuk mengingat apa yang terjadi pada saat itu.
Apa anda lupa jika anda yang mengusir saya dari rumah! Baik, lupakan. Saya tidak mau lagi mengingat kejadian yang menyakitkan itu yang bisa membuat saya emosi.
Jika bukan karena anak ini, saya tidak mau lagi untuk bertemu dengan anda. Meski pun anda memaksanya, yaa itu tidak mungkin juga terjadi."
Kedua pundak Rio di genggam oleh Saka saat ia mengatakan bahwa karena Rio, Saka datang untuk menemui ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Ended) [Revisi]
General FictionAkan di revisi! Cerita ini terinspirasi dari drakor yang berjudul "The Legend of The Blue Sea.". Saat usia ku 11 tahun ibu ku pergi meninggalkan ku karena ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang merupakan teman ibuku. Aku bertahan di rumah dari...