Pak Kato yang merupakan ayah kandung Saka menatap tajam Rio dan bertanya kepada Saka, "Siapa anak ini?"
Dengan menatap tajam ayahnya Saka memberitaukan kepada ayahnya tentang siapa Rio.
"Anak ini merupakan adik kandungku, yang berarti anak kandung anda dengan ibu ku.
Saat anda menceraikan ibu ku, saat itu ibu sedang mengandungnya. Ibu pun tidak menyadari akan kehamilannya hingga akhirnya kalian berdua bercerai."
"Anak ini anak ku?" Ucap pak Kato dengan terkejut seakan tidak mempercayainya.
"Namanya Rio, dia ingin bertemu dengan anda itu sebabnya aku datang jauh jauh kesini untuk memenuhi keinginannya.
Jika anda tidak percaya, anda bisa melakukan tes dna dengan mengambil rambutnya.
Selain itu aku harap, anda tidak pernah menceritakan ini kepada orang lain. Termasuk dengan istri anda, karena aku tidak mau membuat Rio merasakan penderitaan yang ku rasakan dulu."
"Nampaknya kau masih membenci Hana? Kau sudah dewasa sekarang, berhentilah berkata hal hal seperti itu."
Mendengar yang di katakan oleh ayahnya, Saka menjadi geram. Saka tidak menyangka bahwa ayahnya masih tidak dapat mempercayai ucapannya, dan Saka terus mengepal kedua tangannya untuk menahan emosi yang mulai berkecamuk.
"Selama ini aku tidak pernah memohon padamu, ini permintaan ku yang pertama dan yang terakhir kalinya. Tolong penuhi permintaan ku ini."
"Apa yang kau inginkan? Apa kau ingin kembali tinggal bersamaku? Apa kau sudah tidak betah hidup miskin bersama ibu serta adikmu?"
"Kita tidak..." Ucap Rio yang dihentikan oleh Saka dengan menutup mulutnya menggunakan tangan.
"Sayang sekali aku tidak pernah mengalami kesulitan dan kemiskinan seperti yang anda kira.
Permintaan ku pada anda yaitu, tolong ganti pengacara anda. Cari pengacara yang tidak akan mengatakan isi wasiat yang anda tulis kepada istri anda sekali pun.
Kedua, aku tidak butuh semua harta anda. Berikan harta tersebut kepada Rio, karena saat ini aku sudah cukup kaya.
Ketiga, jangan pernah mengatakan kepada siapapun tentang Rio yang merupakan anak kandung anda dengan ibuku.
Yaah ku rasa hanya itu saja permintaan ku, aku sangat berharap jika anda dapat memenuhi semuanya.
Oh satu hal lagi, jika anda ingin melakukan tes dna terhadap Rio, jangan sampai ada yang tau akan hal ini. Jika itu Kuga, aku tidak keberatan. Karena dia tidak akan mengatakan kepada nenek sihir itu."
"Kenapa aku harus memenuhi semua keinginanmu itu? Selain itu ada apa dengan pengacaraku? Selama ini dia bekerja dengan sangat baik."
"Bekerja dengan baik? Apakah membocorkan kepada istri anda tentang surat wasiat anda dapat di katakan bekerja dengan sangat baik?
Aku tidak sengaja bertemu dan mendengar obrolan mereka, nenek sihir itu bertanya kepada pengacara anda isi surat wasiat yang baru saja anda buat.
Rupanya dia sangat kesal karena semua warisannya jatuh ke tanganku dan tidak secuil pun untuk anaknya.
Padahal Ben selalu bersikap menjadi anak baik di depan anda, tapi siapa sangka kalau anda tidak memberikannya sedikit dari harta yang anda miliki.
Jika anda tidak mau mengganti pengacara tersebut, bagaimana jika anda menyewa pengacara lainnya dan memperbarui wasiat anda tanpa sepengetahuan nenek sihir serta anaknya."
Ayahnya Saka hanya terdiam mendengar apa yang di katakan oleh anaknya tersebut.
Rio menatap Saka dan ia hanya membalas dengan senyuman yang membuat Rio menjadi tersenyum dan berlari menghampiri ayahnya.
"A-ayah..." Ucap Rio dengan gugup.
"Iya ada apa nak?" Tanya ayah.
"Bo-bolehkah aku memelukmu?" Rio menatap ayahnya dengan penuh harap. Kemudian ayahnya memeluk Rio dan Rio memeluk ayahnya dengan erat serta air mata yang membanjiri kedua pipinya.
"Ayah ayah... Akhirnya aku bisa bertemu dengan ayah." Sambung Rio yang tak henti henti menangis karena bahagia.
Setelah Rio puas mengobrol dengan ayah, kini saatnya Rio dan Saka kembali ke rumah.
"Tidak mau mengambil rambutnya Rio untuk melakukan tes dna?" Ujar Saka.
Tanpa mengatakan apa pun ayahnya mengambil rambut Rio, ketika Saka dan Rio meninggalkan ruangannya, ia memanggil Kuga.
"Bawa rambut ini dan lakukan tes dna, jangan biarkan siapa pun mengetahui hal ini. Bila hasilnya nanti keluar, kau pergi dan ambil hasilnya.
Beri taukan padaku saat kita berada di kantor dan disaat tidak ada Ben atau pun Hana." Seru pak Kato.
"Baik pak, saya permisi."
Kuga segera menuju rumah sakit sesuai perintah dari pak Kato.Ia penasaran dan bertanya tanya, tapi ia cukup yakin jika rambut yang ia bawa ini merupakan rambut milik dari anak kecil yang datang bersama Saka.
Jadi Kuga mengurungkan niatannya untuk bertanya kepada pak Kato.
Keesokan harinya Saka mengantar Rio pulang ke rumahnya.
Sepanjang jalan Rio nampak begitu bahagia, karena sudah bertemu dengan ayah yang selama ini ia cari."Inget Rio jika nanti kamu bertemu lagi dengan ayah, dan bertanya tanya tentangku. Katakan saja seperti apa yang ku katakan pada ayah di kantornya.
Ayah mengira jika aku tinggal bersama kalian selama ini, orang tua itu... Bahkan ia tidak bertanya terlebih dahulu padaku bagaimana aku menjalani hidup selama ini." Ujar Saka.
"Apa kakak membenci ayah?" Tanya Rio.
"Apa kakak juga membenci ibu? Mungkinkah kakak juga membenci Rio?" Tanya Rio kembali dengan wajahnya yang sedih.
"A-apa yang kau katakan? Bagaimana mungkin aku membencimu."
"Jadi kakak sayang sama Rio?" Seru Rio dengan mata yang berbinar binar.
"Tentu saja kakak sayang sama kamu."
"Kalau begitu, nanti kakak menginap ya di rumah. Kita akan tidur bersama lagi."
"Maaf Rio tapi kakak tidak bisa karena ada kerjaan yang harus kakak kerjakan."
"Bagaimana kalau mampir sebentar? Ibu merindukan kakak lho, ibu ingin bertemu dengan mu."
Saka diam sejenak sebelum ia menjawab, "Maaf tapi kakak cuma bisa mengantarmu saja setelah itu kakak harus pulang karena ada tugas kuliah yang harus kakak kerjakan."
Mendengar apa yang di katakan oleh Saka membuat Rio menjadi sangat sedih dan nampak ingin menangis.
"Jangan sedih seperti itu Rio, maafkan kakak ya. Bagaimana jika minggu depan kau dan ibu menginap di rumah ku?
Minggu depan kau sudah libur sekolah kan? Aku akan menjemputmu di hari minggu, katakan juga pada ibu untuk meminta cuti kerja."
"Benarkah itu kak? Asiik, hore... Liburan dirumah kakak bersama ibu dan aku bisa bertemu lagi dengan ayah. Aku ingin kita berempat pergi bersama."
Saka hanya tersenyum melihat adiknya Rio bersorak gembira.
Sesampainya di rumah Rio segera turun dari mobil dan Saka segera kembali pulang. Sepintas Saka melihat ibunya yang sedang menatapnya dari dalam rumah, namun Saka mengabaikannya.Sebelum Saka pulang ke rumah ia mampir sejenak menuju restaurant untuk membeli makan malam untuk dirinya sendiri serta Dino dan Eza.
Ketika Saka ingin meninggalkan restaurant ia berpapasan dengan Ben yang datang bersama beberapa orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Ended) [Revisi]
General FictionAkan di revisi! Cerita ini terinspirasi dari drakor yang berjudul "The Legend of The Blue Sea.". Saat usia ku 11 tahun ibu ku pergi meninggalkan ku karena ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang merupakan teman ibuku. Aku bertahan di rumah dari...