"Sebelum Tama menikah dengan ibumu, aku sudah mengandung Ben. Ketika aku ingin mengatakan hal itu padanya, Tama datang padaku bersama dengan Chita.
Mereka berdua mengatakan padaku jika mereka akan menikah minggu depan, karena kedua orang tua mereka saling menjodohkannya.
Baik itu Tama atau pun Chita, mereka tidak bisa membantah apa yang di katakan oleh orang tuanya.
Hingga akhirnya aku mundur, membiarkan mereka menikah dan membuatku menderita karena harus membesarkan Ben seorang diri.
Bagaimana orang orang di sekelilingku selalu mencemooh ku, dan orang tua ku yang mengusirku setelah tau aku hamil.
Kau tidak tau betapa menderitanya aku selama ini! Seharusnya dulu, aku katakan saja pada Tama kalau aku tengah mengandung anaknya.
Seharusnya dulu aku tidak pernah mundur dan membiarkan mereka menikah.
Tapi melihat wajah Tama saat itu, wajah bersalahnya, wajah yang berkata tidak bisa berbuat apa apa untuk memperjuangkan hubungan kita.
Membuatku harus mundur, aku harus mengalah demi Tama. Itu yang ku pikirkan tanpa memikirkan diri ku sendiri.
Setelah waktu berlalu, aku ingin merebut Tama kembali. Agar Ben bisa merasakan kasih sayang seorang ayah yang tidak pernah ia rasakan selama ini.
Dan aku harus membuat semua harta Tama jatuh ke tangan Ben, sebagai ganti karena dia telah membuatku menderita." Tutur Hana menjelaskan.
"Bruuuaaaak..." Suara pintu yang terbuka dengan sangat kuat.
"Ben!?" Ucap Hana terkejut melihat anaknya berada di gudang kosong yang jauh dari keramaian, dimana Hana sedang bersama Hans dan juga Saka.
"Jadi ayah itu benar ayah kandung Ben? Dan Saka memang adik Ben, bu?" Ujar Ben yang sebelumnya tengah mencuri dengar.
"Itu benar sayangku, itu sebabnya ibu berjuang dengan sangat keras agar kau sebagai anak pertamanya Tama memiliki apa yang seharusnya kau miliki. Dari mana kau tau kalau ibu ada disini?" Ucap Hana.
Dan Ben melangkahkan kakinya ke arah Hana, ibunya. Dengan berkata, "Aku mengikutimu bu..."
"Hmmm... Jadi Ben, apa kau mau membantu ibu untuk menyingkirkan Saka? Karena yang seharusnya mendapatkan harta Tama itu kamu nak, bukan Saka."
"Apa yang harus ku lakukan bu?" Tanya Ben kepada ibunya.
Hana mengeluarkan botol kecil yang berisikan air dan menyerahkannya kepada Ben.
"Buat Saka meminum ini, setelah itu kau bisa pergi dan sisanya biar ibu dan Hans yang melanjutkannya."
"Apa ini bu?"
"Itu racun dengan dosis yang tinggi, minum semua itu dan Saka akan mati dalam hitungan detik.
Dia akan merasakan sekujur tubuhnya kesakitan sesaat sebelum ia mati. Ayo Ben, cepat buat Saka meminumnya."
Saka yang tangan dan kakinya di ikat pada bangku tidak bisa melarikan diri, dia hanya bisa meronta berusaha dapat terlepas dari ikatan tersebut.
Ben membuka tutup botol itu dan mendekatkan dirinya kepada Saka hingga membelakangi Hana serta Hans, dengan tatapan matanya yang tajam Ben membuka mulut Saka dan menuangkan racun tersebut.
Saka menjerit kesakitan, dan ia tidak bisa diam menggerakkan seluruh badannya hingga akhirnya ia terjatuh dan tidak bergerak lagi.
"Kerja bagus anakku. Sekarang kau bisa pergi dan biarkan ibu mengurus jasadnya agar tidak ada yang tau kalau dia mati di bunuh." Seru Hana yang mendekati Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Ended) [Revisi]
Художественная прозаAkan di revisi! Cerita ini terinspirasi dari drakor yang berjudul "The Legend of The Blue Sea.". Saat usia ku 11 tahun ibu ku pergi meninggalkan ku karena ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang merupakan teman ibuku. Aku bertahan di rumah dari...