51

1.6K 145 12
                                    

[JANGAN NEXT NEXT!! Pasti akan aku next cuma gak tahu kapan dan itu pasti akan aku next tenang aja]


















































Nancy, Somi, dan Shannon nama dari ketiga arwah yang mempunyai rupa seperti noni belanda tersebut. Mereka memiliki rambut blonde panjang dan bergelombang, Somi dan Shannon menguncir rambut mereka sedangkan Nancy membiarkan rambutnya tergerai.

Awalnya Baekhyun dan Chanyeol sedikit terpesona melihat penampilan ketiga arwah wanita tersebut, tapi mereka kembali tersadar jika mungkin mereka salah ambil tindakan bisa fatal akibatnya.

Mungkin roh mereka tidak bisa kembali ke dalam tubuh aslinya.

Selama di perjalanan ada saja hal-hal baru menjumpai mereka, hal-hal yang mungkin mustahil ada di dunia nyata tetapi itu ada dan bisa terjadi di dunia para roh. Tidak terasa akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang cukup tua namun masih berdiri kokoh di tengah hutan.

Tadi juga Somi sempat ngejelasin kalau mereka gak bisa bantu banyak karena mereka juga punya batasan dalam hal ini tapi, mereka ngeyakini kalau mereka pasti bisa nyelesain masalah ini.

"Kalian duluan deh." kata Baekhyun menjulurkan tangan ke depan.

Dery menggeleng "Ladies first!." langsung di taplok sama Nancy katanya di mana-mana cowok itu pemimpin.

Mau tidak mau ketiganya pun berjalan di depan di ikuti oleh ketiga arwah noni belanda ini di belakangnya. Terdapat banyak ruangan di dalam rumah ini membuat mereka bingung ada di mana sebenarnya Oca, sampai terdengar suara Winwin yang mengatakan 'Lantai tiga kamar utama' membuat mereka bergegas menaiki tangga.

Sementara di dunia nyata Winwin seperti sedang kebingungan akan sesuatu, ia ke arah Kenta yang masih duduk di kursinya tadi.

"Boleh pinjem kunci mobil lo?." tanya Winwin berjongkok di depan Kenta.

Kenta yang sedang melihat ke arah jendela pun menoleh "Buat apa?." tanya Kenta kembali.

"Bentar saja." ucap Winwin berusaha meyakinkan Kenta akhirnya di berikan juga kuncinya, walaupun Winwin harus merogoh saku kemeja Kenta karena kedua tangannya terikat.

Kunci tersebut langsung ia berikan kepada D.o dan Lucas.

"Kalian ambil sebuah yang ada di mobil Kenta terus bawa keluar gedung, bawa bukunya ke tempat yang paling jauh terus bakar."

"Buku apa? Nanti kita salah ambil buku bagaimana?." betul juga pertanyaan D.o kali ini.

Winwin memijat hidung bangirnya pelan kembali lagi berbicara dengan Kenta lalu kembali menghadap D.o dan Lucas.

"Buku yang ada lambang salibnya karya Theodore Benedict."

Setelah mendengar perkataan Winwin tanpa menunggu aba-aba lagi mereka berdua langsung keluar dari dalam ruang rawat inap menuju basemant bawah. Sepergiannya D.o dan Lucas, Winwin kembali lagi memikirkan sesuatu.

"Kalian ada gak keluarga yang mungkin bisa juga ngelihat hal ghaib?."

"Ada! Pakde Shindong, eh bener kan ya?." tanya Kris di balas anggukan Xiumin.

Winwin juga mengangguk dan berkata "Biar masalah semakin cepat selesai, coba kalian telepon orangnya terus minta tolong bisa gak bantu buat nutup mata batin adik kalian." jelas Winwin.

Tidak perlu menunggu waktu lama akhirnya panggilan pun terangkat, ini pakai ponselnya Chen. Ya mau gak mau terpaksa juga dianya, bisa di gibeng sama Kris entar kalau pakai alasan gak ada pulsa.

Padahal memang bener.

"Halo Pakdhe!." seru Xiumin saat panggilan terangkat.

Yang di seberang langsung ngomel-ngomel, "Mbok yo salam dhulu! Ono opo le?." tanya Shindong.

"Gini Pakdhe tapi jangan marah yo, dengerin dulu."

"Iyo, napa?."

Xiumin pun menjelaskan secara detail seluruh kejadian ini kepada Shindong, tidak kurang dan tidak lebih semuanya pas ia jelaskan. Harap cemas takut Shindong marah besar karena mengetahui hal yang terjadi dengan keponakannya satu itu.

"EDAN!! Kok bisa sih sampe ngelakuin hal-hal begitu? Taruhannya nyawa le! Ini juga Baekhyun sama Chanyeol belum keluar kan?."

Xiumin mengangguk walaupun tidak dapat di lihat oleh Shindong, "Iyo Pakdhe."

"Mana temenmu Winwin itu, sini kasih hpnya ke dia."

Ponsel pun di serahkan kepada Winwin yang hanya mendengarkan obrolan mereka. Cukup lama Winwin berbicara dengan Shindong mana tadi sampai Chen juga di marahin habis-habisan juga, telepon pun akhirnya terputus.

"Bagaimana?." tanya Kris.

Kedua tangan Winwin mengacungkan jempol pertanda baik "Tenang aja, btw Pakde kalian kalau marah serem ya mana pakai bahasa jawa medhok." katanya bergidik ngeri.

"Lah memang lu ngerti?." celetuk Chen kembali lagi ke tempat asalnya, duduk di sebelah Oca.

Winwin menggeleng terus nyengir "Kaga,"












Di lain tempat D.o dan Lucas lagi grasak grusukin isi mobilnya Kenta, bingung banget di mana itu buku. Mana isi mobilnya banyak banget makanan ringan, Lucas nyomot satu sih tadi permen yupi. Mau ambil happytos malah di sleding sama D.o duluan.

Ya kan tidak sopan sekali.

"Yang mana sih bukunya?." ucap Lucas sudah capek milih nyalain ac mobil terus ngadem.

D.o juga sama tapi arah matanya ngelihat ke kaca depan yang ada di dalam mobil.

"Eh coba itu di jok belakang ada buku, lo lihat deh." tunjuk D.o ke belakang.

Lucas menoleh terus menggapai buku tersebut dan melihat ada tanda salib dan juga tulisan karya 'Theodore Benedict' terus di serahin ke D.o.

"Dih apaan sih ini, aneh banget. Coba lo lihat,"

"Gile lu ndro! Pantesan di suruh bakar, ngadi-ngadi bener isinya."

D.o mengangguk setuju sampai matanya melihat sebuah rosario.

"Ini gak di ambil juga?."

Lucas menggedikkan bahunya tidak tahu, "Janganlah kan kita cuma di suruh ambil buku bukan ini." katanya.

Mempersingkat waktu mereka kemudian pergi namun sebelum itu di kunci dulu mobilnya, ntar kecolongan yang ada mereka nanti di bejek-bejek sama Kenta.

"Eh bentar kita mau kemana? Terus naik apa?." tanya Lucas membuat langkah mereka berdua terhenti di depan rumah sakit.

D.o menyeka keringat yang turun di dahinya "Lo gak bawa mobil atau motor gitu?." Lucas menggeleng.

"Ojol ajalah."

"Gak naro duit gue tu lur."

"Mobil Kenta?."

Satu jitakan mendarat manis di atas kepala Lucas, "Bego di pelihara, kambing pelihara bisa gemuk. Janganlah nanti kita ada apa-apa di jalan gimana?." kata D.o sedikit emosi.

Lucas cuma manyun doang sambil ngusapin kepalanya nyeri.

"Angkot saja, uangnya patungan."

Mau gak mau mesti mau ini mah.

Protective Brother'12✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang