9.15 PM
"Maaf,,,", Ucapku seraya memegang erat tangannya.
" Maaf?? Untuk apa?", tanya akira kebingungan.
"Maaf aku,,, tadi sudah membentakmu dan membuatmu mengalami semua ini", ucapku padanya.Akira hanya diam dan mengangguk pelan, dan saat itu juga asistenku James datang.
"Tuan kau baik-baik saja??", James menghampiriku dan Akira dengan khawatir.
" Aku tidak apa-apa James, Apa kau membawa apa yang aku minta??", tanyaku pada James.
"Aku bawa tuan, ini,,", James menyodorkan kotak P3K padaku. Aku menghampiri Akira yang masih duduk termenung di kursi.
Aku bisa melihat dia masih ketakutan karena kejadian tadi, " Akira biar aku obati lukamu, kau tidak mau ke Rumah Sakit kan maka aku yang akan mengobatimu", ucapku padanya seraya membersihan darah yang menetes dilukanya.
"Aaaaawww,,,", erangnya menahan sakit. Aku meniup lukanya untuk menghilangkan sedikit rasa sakitnya.
" Sudah,,, aku rasa kacanya tidak menyentuh kulitmu terlalu dalam", ucapku padanya.
"Terimakasih", katanya lirih. Aku mengangguk " Apa kau merasa lebih baik sekarang?", tanyaku seraya menggenggam tangannya.
Dia mengangguk, "Aku,,aku mau pulang", ucapnya lirih sambil sedikit terisak.
" Baiklah, ayo kita pulang asal kau berhenti menangis,, jika kau tidak berhenti menangis aku tidak akan mengantarmu pulang", tanganku bergerak mengusap air mata di wajahnya.Aku membantu Akira berdiri dan menuntunya masuk kedalam mobil. "Ayo James jalankan mobilnya", ucapku pada asistenku setelah aku dan akira sudah duduk didalam mobil.
"Tuan kita akan kemana?", tanya James padaku.
" Tentu saja kita ke rumah kemana lagi", jawabku singkat. Aku lihat wajah Akira berubah kebingungan."Livian apa maksudmu?? Kau akan mengantarku pulang kan??", tanyanya padaku.
" Tidak, aku tidak akan mengantarmu pulang dalam keadaan seperti ini", jawabku tegas.
"Aa,,,apa maksudmu?? Aku baik-baik saja!! Pokoknya aku mau pulang! Hentikan mobilnya! Jika kau tidak mau mengantarku aku bisa pulang sendiri!!"
"Tidak James jalan terus, jangan pedulikam dia", perintahku pada asistenku." Liviannn!! Aku mau pulang ini sudah malam bibi pasti mengkhawatirkanku dirumah!", rengeknya padaku.
"Dengar Akira aku tidak bisa mengantarmu pulang dalam keadaanmu yang seperti ini, kau terluka, matamu sembab, dan kakimu yang berjalan tertatih-tatih. Aku tidak akan mengantarmu pulang, sementara kau akan menginap di rumahku untuk malam ini dan besok baru kau pulang", Jelasku padanya.
Tapi dia memang gadis yang keras kepala "Tidakk!! Aku tetap mau pulang!! Hentikan mobilnya atau aku lompat!!" ancamnya padaku.
"Tidak James jalan saja!, jangan pedulikan dia", perintahku pada James saat dia mendengar ancaman Akira.
" Kau pikir aku hanya main-main!!", ucap Akira padaku, lalu dia benar-benar mencoba membuka pintu mobil dan saat itu juga aku langsung menarik tangannya dan,,,
CUPP!
Aku menciumnya tepat di bibirnya yang berwarna kemerahan itu. "Duduklah dengan manis !!", bisikku dingin.
Aku melihat Akira terdiam dan tidak mengatakan apapun. Aku yakin ciumanku tadi cukup untuk membuatnya diam dan tidak memberontak lagi lebih-lebih aku menciumnya didepan asistenku.
----------***----------
10.00 PM
Aku sampai disebuah bangunan rumah yang cukup besar, tidak bukan cukup ini memang besar.
![](https://img.wattpad.com/cover/222915928-288-k550252.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny "Inside" Fate
Fiksi RemajaTanda?? Tanda apa yang dimaksud Livian. Aku menyentuh leherku lalu aku bangkit dari tempat tidur dan berdiri di depan cermin. Kualihkan rambutku dan benar saja aku lihat ada bekas berwarna merah gelap di leherku. Apa ini ulah Livian??! Sementara aku...