Permintaan #4

4.2K 265 2
                                    

Sherlita yang sedang terduduk di kursi meja makan dibuat terdiam menunduk, menyadari laki-laki itu masih berdiri tak jauh darinya sembari menyilangkan tangan memandanginya dengan sorot mata tak habis pikir.

Bagaimana tidak? Sherlita jauh-jauh dari Jakarta, diculik sekelompok pembunuh bayaran, tiba dan datang begitu saja di Manado lalu bertemu dengan laki-laki itu. Perlu digaris bawahi, tanah Manado! Dengan catatan mereka berdua secara tidak sengaja bertemu untuk kedua kalinya. Benar, tidak salah lagi bahwa Sherlita benar-benar dibawa dan terdampar ke tanah Manado nan jauh bagai ujung paling utara dari negara Indonesia.

Tentu saja, Sherlita masih mengingat sosoknya yang tak lama ini ia mintai bantuan untuk bisa lolos dari jerat pertanyaan awak media. Meski begitu, Sherlita masih belum mendapati nama dari laki-laki tersebut.

Sesekali Sherlita mendongak dan mengintip hingga masih mendapati sosoknya yang mengurut kening berpikir keras. Dalam sekejap, Sherlita sempat dibuat kaget dengan laki-laki itu yang menarik satu kursi di samping dan ikut duduk menyangga kedua siku di atas meja.

Jujur, meski begitu, tetap saja dalam hati Sherlita terus mengagumi betapa tampannya laki-laki yang sempat menyelamatkan dirinya tadi meskipun hanya mengenakan kaos lengan panjang seragam yang fit in dengan badannya. Agaknya Sherlita mulai berpikir, semesta hanya akan membantunya di saat ia sudah pasrah kali ya?

"Terima kasih udah... bantuin gue tadi," celetuk Sherlita.

Sialan, padahal hanya butuh sekedar ucapan dua kata saja tetapi rasanya begitu sulit bagi Sherlita untuk mengucapkannya. Ia tidak terbiasa berterima kasih pada siapapun itu. Tapi mengingat kejadian tadi, dirinya serasa berhutang nyawa.

Rio yang tadinya masih melihati Sherlita secara lekat dibuat mengerjapkan mata dan menarik nafasnya dalam.

'Aih, dia nafas aja tetap keliatan ganteng banget,' batin Sherlita memuji.

"Lo... ada hubungan apa sama orang tadi?" tanya Rio dengan suara bass dan renyah lembut ketika terdengar oleh telinga Sherlita.

Laki-laki itu tidak menjawab ucapan terima kasih darinya. Dih dasar songong! Pun kalau Sherlita masih meninggikan egonya, tidak mungkin ia akan berterima kasih dengan ekspresi memelas seperti tadi.

Mendengar pertanyaan itu, membuat Sherlita lagi-lagi tertunduk lengkap menampilkan ekspresi ketakutan. Terlihat dari bagaimana tangannya yang masih gemetar dan sorot mata getir. Apakah Rio salah berucap tadi?

Lagi lagi realita menghantam kesadaran Sherlita. Dirinya hanya tidak habis pikir. Sherlita mengira, bahwa persaingan antara dirinya dengan Dani hanyalah persaingan sebuah profesionalitas semata. Hingga apa yang baru ia lalui tadi mengubah semua pemikirannya. Bahwa Dani tidak ingin menyingkirkan Sherlita dengan strategi, tetapi menggunakan cara-cara kotornya.

Sialan, baru Sherlita sadari bahwa hidupnya kini benar-benar kacau. Tidak ada orang yang bisa ia percaya, tidak ada orang terdekatnya, semua kekayaan dan kekuasaannya tertinggal di Jakarta, ayahnya yang tak pernah lagi dekat dengannya, dan kenyataan pahit lain adalah bahwa ia terdampar di suatu daerah yang antah berantah. Benar-benar antah berantah. Apakah ini jawaban baginya saat Sherlita pernah berucap bahwa ia ingin sekali terdampar ke suatu daerah tak dikenal tempo hari lalu?

Tak sadar setetes demi setetes air mata jatuh. Melihati hal itu spontan membuat Rio kelabakan sendiri dibuatnya. Benar dugaannya bahwa pertanyaan tadi agaknya menyinggung diri gadis itu.

"Huaaa," rengek Sherlita tak bisa ia tahan.

Spontan Rio dibuat kebingungan. Tangannya bersiap ia angkat ke udara untuk menenangkannya namun lagi-lagi ia urungkan tidak tahu harus berbuat apa.

Perfect Date, Kapten RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang