"Naina, kamu masih membenciku?"Naina tampak panik, tangannya terulur kebelakang, berusaha menghubungi siapa pun di seberang sana.
Suasana kian mencekam kala lelaki itu hendak melangkah kembali, ia terus menatap Naina dalam diam. Membuat detak jantung gadis itu semakin bergemuruh.
"Jangan mendekat!" teriak Naina lagi, ia sangat ketakuan sampai lututnya gemetar. Gadis itu hampir menangis.
Seolah tak mendengar cicitan Naina, lelaki itu terus melangkah hingga sebuah bogem mentah melayang di sudut bibirnya.
Andre kembali secepat kilat, usai mendapat telepon dari Naina dan mendengar suara yang janggal. Firasatnya buruk.
Lelaki itu terhuyung, berusaha berdiri tegap kembali tetapi segera mendapat pukulan bertubi dari Andre.
"Naina! Aku sudah sangat baik padamu!" desis lelaki itu.
"Aku akan ingat kejadian malam ini!" serunya seraya menghilang di balik pekatnya malam.
Andre segera mendekati Naina yang terduduk lemas tanpa energi. Seluruh tubuhnya gemetar, ia terus meracau dengan tatapan kosong.
"Di-dia ke-kembali ... tidak! Tidak!"
"Naina! Tenanglah! Kamu sudah aman!"
Andre memeluk Naina erat, menenangkan gadis itu, terlihat jelas ia tampak syock berat.
Andre berusaha menarik Naina bangkit, tapi tiba-tiba ia jatuh pingsan membuat lelaki itu panik dibuatnya.
Segera ia bopong Naina menuju mobil yang ia tinggalkan begitu saja dengan mesin menyala, pelan, diletakkannya gadis itu di jok belakang. Melesat menuju rumah sakit terdekat.
.
Sudah dua jam, gadis itu belum juga sadar. Seolah ia memang enggan untuk membuka matanya. Andre duduk di samping ranjang, menggenggam lembut jemari gadis itu.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah panggilan mengusiknya. Segera ia angkat.
"Halo, Ma."
"Andre! Kamu di mana? Mama kan sudah bilang harus datang ke acara ulang tahun adikmu, gimana sih!"
"Ada urusan mendesak, Ma."
"Apalagi kali ini? Pekerjaan? Mama kan sudah bilang, kamu resign saja dari perusahaan itu, lanjutkan bisnis keluarga kita."
Andre terdiam saat Mamanya mengungkit resign lagi, enggan menjawab pertanyaan yang sama.
"Pokonya besok makan siang kamu harus pulang! Mama gak mau tahu!"
Tutt ....
Panggilan diputus sepihak, Andre menghela napas kasar, ia tahu persis rencana Mamanya. Mau tak mau besok harus pulang jika sang Ratu sudah memberi titah mutlak.
Andre kembali duduk, menatap wajah Naina yang tertidur dengan tenang. Pikirannya berkecamuk, siapa sebenarnya lelaki itu sampai membuat gadis pemberani ini sangat ketakutan.
Andre menjaga Naina sepanjang malam, membuat ia tak sadar terlelap di sisi ranjang.
Tepat saat matahari mulai menyingsing, perlahan kelopak mata itu terbuka, menampilkan manik coklat yang menerawang sekitarnya.
Naina kaget mendapati dirinya di rumah sakit, saat hendak duduk, ia baru sadar Andre menggenggam tangannya erat. Gadis itu tersenyum samar, sedikit lega karena lelaki dihadapannya datang tepat waktu.
"Kamu sudah sadar?" serak Andre bertanya khas orang bangun tidur.
"Kamu yang bawa aku ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)
RomanceNaina, mencoba kembali menghadapi masa lalunya.