Bab 5

37 7 0
                                    

Kelopak mata itu mengernyit terkena sinar matahari yang masuk melalui jendela kaca. Naina tak ingat bagaimana ia bisa berakhir tertidur di lantai saking takutnya tadi malam.

Ting! Ting!

Suara notifikasi handphone mengusiknya, ia lekas mencari benda pipih itu yang ternyata tertutup selimut di kasurnya.

Lekas ia geser dan membaca pesan yang masuk, satu dari Andre. Satu lagi notifikasi berita lokal harian.

Ia lebih memilih membaca berita terbaru hari ini, di sana tertulis.

(Pukul tiga dini hari, minggu 12 Juni 20××, ditemukan sebuah mayat seorang perempuan berinisial "N" di area pembangunan kembali di Jl. Cipto Gang. Berduri. Korban diperkirakan dibunuh menggunakan benda tumpul, ....)

Naina menutup mulutnya dengan telapak tangan, tak sanggup meneruskan membaca. Inisial yang sama dengan namanya membuatnya bergidik ngeri.

Lokasi pembangunan kembali tak jauh dari sini, bagaimana ia bisa tenang menjalani harinya lagi? Naina menggigit bibir, ketakutan menyelimuti.

'Apa mungkin bayangan semalam?' batin Naina resah.

Lekas ia membuka pesan dari Andre, yang ternyata juga ada banyak panggilan tak terjawab darinya.

[Naina, sudah tidur?]
[Jangan begadang, lekas istirahat ya.]

[Naina, kamu baik-baik saja? Aku baca di berita ada pembunuhan di lingkunganmu.]

Ting Tong!

Bel rumah Naina tiba-tiba berbunyi, gadis itu beringsut mundur, menutupi seluruh badan dengan selimut. 'Siapa?' batinya.

"Bagaimana kalau pembunuh itu? Ini masih jam enam pagi, mana mungkin ada tamu sepagi ini?" gumam Naina sendirian.

Ting tong!

Bel berbunyi lagi, Naina tak berani bergerak. Seluruh tubuhnya gemetar, napasnya semakin memburu. Bagaimana ini? Ya tuhan! Batin Naina menjerit.

Brak! Brak!

Pintu didobrak. Sepertinya ia mulai tak sabar. Gadis itu berusaha mencari nomor Andre, tapi karena tanganya terus gemetar, membuat benda pipih itu justru terjatuh ke lantai di sisi ranjang.

Layarnya pecah, baterainya pun terlepas. Naina mendengkus kesal, kenapa harus di saat seperti ini? Batinya gelisah.

Tiba-tiba hening, tak ada gedoran pintu lagi, Naina menghela napas, mencoba tetap tenang.

Tak! Tak!

Naina terlonjak, kini jendelanya gantian diketuk. Samar, ia mendengar seseorang memanggilnya.

"Na! Naina!"

"Kamu ada di dalam?"

"Andre!" seru Naina seraya menyibak gorden.

Tampaklah wajah panik Andre, lelaki itu tampak ngos-ngosan, tapi sedetik kemudian berubah menjadi lega karena gadis yang ia cari akhirnya muncul.

Sebelumnya Naina tak mengira jika itu Andre, ia terlalu takut dan terkurung oleh imajinasinya sendiri. Sehingga membuatnya tak mampu berpikir jernih.

Segera Naina membuka pintu, Andre masuk dan duduk di ruang tamu. Segelas air ia suguhkan yang langsung diminum habis oleh lelaki itu.

"Kamu bikin aku takut," serak Naina berbicara.

"Habisnya kamu gak bisa dihubungi, aku takut terjadi sesuatu."

"Maaf, soalnya aku baru bangun, gak tahu kamu mengirim pesan dan telepon sebelumnya," cicit Naina.

Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang