Plak!"Dasar mesum! Cari kesempatan dalam kesempitan ya!" hardik Naina menepis tangan Andre yang nangkring di dadanya.
"Bukan gitu! Kan tadi ngumpet di belakang badut ini, biar gak ketahuan ya aku terpaksa peluk kamu," kilah Andre.
"Hish! Dasar! Tau ah!" seru Naina seraya melangkah menjauh. Bibirnya mengerucut karena kesal.
Andre mengekori Naina dengan rasa bersalah, ia pun kesal karena tak sadar saat tangan laknatnya memegang bagian terlarang. Berkali-kali ia merutuki kesalahannya.
"Nai, senyum dong?" bujuk Andre mentoel lengan Naina.
Gadis itu mendengkus kesal serta mempercepat langkahnya. Tujuannya saat ini adalah pulang.
Tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti membuat Andre hampir saja menubruknya, untung dia sigap kali ini. Gadis itu terdiam, ia baru menyadari area taman bermain ini sangat luas.
Naina menoleh ke belakang, menatap Andre lekat, yang ditatap justru senyum-senyum tak jelas. Membuat gadis itu memukul lengan Andre dengan kesal.
"Kita tersesat," ucap Naina pelan.
"Jadi?"
"Ish! Malah balik nanya, cari pintu keluar satunya dong! Masa iya kita muter balik ke depan, ntar kalau penguntit itu masih di sana gima- ...?" racau Naina yang langsung dibungkam Andre dengan bibirnya.
Lelaki itu tak tahan lagi melihat bibir ranum itu terus bergoyang di depannya. Ciuman keduanya semakin memanas.
Naina sangat terkejut dibuatnya, sekuat tenaga ia mendorong Andre sampai lelaki itu terjengkang ke belakang.
"Andreee!" teriaknya kesal.
"Apa sih, Nai? Kamu gak liat nih, aku kecebur kolam?"
"Rasain!"
"Eeh, Nai, tungguin dong! Naina!" teriak Andre melihat gadisnya ngeloyor pergi.
Andre bangkit dengan basah kuyup, udara malam berembus membuatnya kedinginan.
"Haatsi! Haatsi!"
Naina menoleh melihat Andre bersin-bersin, ada rasa iba di hatinya. Akhirnya ia berbalik dan menggandeng tangan lelaki itu.
Andre tersenyum senang meski kini hidungnya gatal, lumayan juga kecebur kolam kalau endingnya bisa gandengan tangan sama sang pujaan.
Setelah berputar-putar setengah jam lebih, akhirnya mereka berhasil keluar setelah kerumunan pengunjung banyak yang pulang.
Sebenarnya kalau niat, sepuluh menit pun sudah ketemu pintu gerbang. Dasar Andre yang ingin lama-lama bergandengan, ia memutuskan berputar beberapa putaran.
Naina tampak tersenyum senang, mereka segera memesan taksi dan meluncur pulang.
Sesampainya di depan gang tempat Naina tinggal, Andre ikut turun dari taksi yang membuat gadis itu heran
"Ngapain turun?"
"Mau anter sampai depan pintu lah."
"Gak! Mendingan kamu cepet pulang deh, hidungmu udah merah banget tahu," tolak Naina.
"Tapi, Nai ...,"
"Gak ada tapi, Ndre. Lagian udah deket nih. Ntar sakit gimana?"
"Gak papa sakit, kalau yang ngerawat kamu."
"Pulang!" titah Naina seraya mendelik.
"Asyiap, Bos."
Andre segera masuk kembali ke dalam taksi, menatap Naina tak rela. Gadis itu terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)
RomanceNaina, mencoba kembali menghadapi masa lalunya.