Perlahan kelopak mata itu terbuka, langit-langit putih bersih dengan aroma obat yang menyengat menyapanya, perasaannya seperti de javu. Gadis itu menoleh ke sisi ranjang.
Tangannya digenggam erat oleh seseorang, dia Andre. Lelaki itu tampak lelap dalam tidurnya, Naina berusaha menggerakkan tangannya, terasa berat dan lemas sekali.
Merasakan getar halus, lelaki itu terbangun. Menatap kejora itu tak percaya, mata elangnya tampak berbinar.
"Nai? Kamu sudah sadar? Syukurlah," ucapnya tampak lega seraya menciumi punggung tangan Naina.
"A-apa yang terjadi?" tanya Naina parau.
"Hari itu kamu ditemukan pingsan bersimbah darah, ada yang mencoba mencelakaimu," ucap Andre berapi-api.
Naina mulai teringat, saat terakhir sebelum ia pingsan. Ia melihat sosok gelap yang tinggi dan terasa familiar. Ia memegang kepalanya yang diperban terasa nyeri.
"Berapa lama aku gak sadarkan diri?"
"Satu minggu, Nai."
"Satu mi-minggu?" tanya Naina tak percaya.
Andre mengangguk pasti, digenggamnya jemari lentik itu, menyalurkan kekuatan.
"Kamu sempat dioperasi, ada jaringan yang rusak di dalam, gegar otak ringan," ucap Andre menjelaskan perlahan.
"Apa? Sampai operasi?" tanya Naina tampak lebih syock dari sebelumnya.
"Tenang aja ya, sekarang sudah tidak apa-apa," jawab Andre menenangkan.
Brak!
Tiba-tiba pintu dibuka kasar, Abbas muncul dengan amarah yang meluap. Ia menerjang Andre, menarik kerahnya kasar dan melayangkan bogem mentah.
"Apa-apaan sih, kamu!" teriak Andre tak terima.
"Busuk lo, Bang! Tega banget nyembunyiin Naina dari gue, apa hak lo, hah!" teriak Abbas tak kalah garang.
"Cukup!" teriak Naina memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
Keduanya tampak khawatir dan mendekat.
"Nai, kamu gak papa kan?" tanya Andre.
"Nai, lo baik-baik aja?" tanya Abbas resah.
"Keluar! Aku mau sendiri," ucap Naina melemah.
"Ini semua gara-gara kamu!" desis Andre menatap nyalang sang adik.
Abbas melengos dan keluar dari ruang rawat, disusul Andre yang tampak kesal.
Naina memejamkan mata, lelah. Pikirannya menerawang, siapa yang begitu ingin mencelakainya? Apa ia begitu dendam? Ahh, kepalanya sakit memikirkan banyak hal.
Ditambah kedua kakak adik yang seperti tom n jerry, membuatnya semakin pusing dan lelah.
.
Tiga hari kemudian, Naina diperbolehkan pulang. Abbas dan Andre sudah bersiap membantunya pulang, keduanya tampak akur di depan gadis itu. Tetapi tidak jika sudah berdua saja.
Naina ingin pulang ke rumahnya sendiri, ada rindu yang menelusup dalam dadanya. Mobil pun melaju menuju tempat Naina tinggal.
Sesampainya di sana, Abbas dan Andre terus mengawal Naina. Gadis itu memutar kunci, menekan handle pintu pelan.
Pintu terbuka, pemandangan bak kapal pecah menyapu penglihatan ketiganya. Bulir bening turun dari sudut mata Naina, ia luruh dan hampir limbung jika Andre tak gegas menangkapnya.
"Siapa yang tega berbuat kayak gini?" ucap Abbas tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kita balik ke apartemen aja ya, Nai," bujuk Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)
RomanceNaina, mencoba kembali menghadapi masa lalunya.