Bab 8

40 7 0
                                    

Pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok Andre yang berbalut selimut tebal, wajahnya tampak merah seperti kepiting rebus.

"Nai? Tumben ke sini?" tanya Andre.

"Masuk gih, di luar dingin," sahutnya lagi.

Naina masuk dan duduk di sofa tamu, Andre kembali dari dapur dengan dua cangkir teh hangat.

"Minum dulu."

"Makasih," jawab Naina menyesap sedikit teh aroma melati itu.

"Kamu mau pindah?" tanya Andre melirik tas besar Naina.

Gadis berhidung mancung itu mengangguk, lagi, ia menyesap teh yang menurutnya sangat enak itu. Membuatnya sedikit tenang.

Andre memandangi wajah Naina yang polos tanpa make up, tetap cantik dan manis, tak sadar ia senyum-senyum sendiri.

"Ngapain senyam-senyum?" tanya Naina heran.

"Eeh, enggak," sahut Andre gelagapan. "Jadi mau pindah ke mana? Mau aku carikan apartemen?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Gak perlu," jawab Naina santai.

"Jadi?"

Seketika Andre sadar apa maksud Naina. Ia tersenyum senang, akhirnya gadis itu menerima ajakannya.

"Boleh, boleh, tapi ada syaratnya," jawab Andre tersenyum jahil.

"Hah? Niat bantu gak sih? Katanya boleh," sungut Naina manyun.

"Denger dulu, baru protes."

"Jadi apa syaratnya?" tanya Naina tak sabar.

"Kamu bantu bersih-bersih sama masak."

"What!? Serius?" tanya Naina tak percaya, bahkan selama ini gadis itu jarang sekali memasak. Meski untuk dirinya sendiri.

Andre mengangguk pasti, Naina menatap memelas, tapi tak dihiraukan oleh lelaki itu.

"Kamu tuh, nyari kekasih bayaran, apa pembantu bayaran sih, kesel tau," ucap Naina mengerucutkan bibir.

"Bukan dua-duanya, tapi lagi nyari calon istri, cuma bukan yang bayaran, ahaha," ucap Andre tertawa senang.

"Andreee!"

Lelaki itu bangkit dan berlari, menghindari kejaran Naina yang ingin menimpuknya. Terjadilah aksi kejar-kejaran khas Tom and Jerry.

"Stop, Nai. Capek, hah ... hah," ucap Andre menyerah. Lelaki itu terduduk di lantai. Wajahnya yang putih tampak merah dan pucat, dadanya naik turun mengatur napas.

"Kamu gak papa?" tanya Naina cemas. Amarahnya meluap begitu saja, membantu Andre berdiri dan duduk di sofa.

Perlahan ia menempelkan punggung tangannya ke kening Andre, panas menyengat kulitnya. Gadis itu terhenyak.

"Astaga! Panas banget, kamu ini lagi sakit malah lari-lari," celoteh Naina cemas sekaligus kesal.

Lelaki itu hanya tersenyum mendapat omelan dari Naina, ia justru merasa senang diperhatikan oleh gadis itu.

Naina kembali dari dapur, membawa air hangat dan handuk bersih. Telaten, ia mengompres kening Andre setelah lelaki itu berbaring.

"Kamu belum sarapan ya?" tanya Naina memecah keheningan.

Lelaki itu menggeleng, tersenyum simpul yang menyiratkan sebuah makna. Naina menatap binar mata itu, seperti tatapan anak kecil meminta lolipop. Gadis itu mengangguk pasrah.

Pertama, Naina membuka kulkas. Kosong. Gadis itu berdecak, bagaimana mau masak kalau gak ada bahan sama sekali? Astaga!

"Ndre, aku belanja dulu ke minimarket. Di kulkas gak ada apa-apa," ucap Naina bersiap keluar.

Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang