Malamnya, Abbas kembali mengunjungi apartemen Andre, kali ini dengan tujuan berbeda. Ia ingin melihat Naina, ditekannya bel beberapa kali.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan raut tak senang melihat kedatangan adiknya, Andre menatap curiga.
"Ngapain ke sini?" tanya Andre tanpa mempersilahkan Abbas masuk.
"Mau lihat, Naina."
"Dia sudah tidur, pulang sana."
Abbas menatap nyalang pada Andre, giginya bergemeletuk menahan amarah yang siap meledak. Tangannya mengepal sampai buku jarinya memutih.
Andre menutup pintu kasar, menyisakan Abbas yang terbakar amarah tanpa bisa meluapkannya.
"Hah!" teriaknya kesal menonjok dinding.
Lelaki itu berbalik, melangkah pulang. Sedangkan Andre, setelah demamnya turun, ia merasa lebih baik sekarang.
Naina sudah masuk ke kamar tamu sedari tadi, lelah katanya. Malam semakin larut, menyisakan Andre yang menatap langit kamar hampa.
"Nai ... apa yang kamu pikirkan tentangku?" lirih Andre pada dirinya sendiri.
"You're the only one who really touches my heart."
Andre tersenyum, menarik selimut sebatas dada. Kemudian mulai menghitung domba. Berharap bertemu Naina, juga dalam mimpinya.
.
Roti isi dan susu hangat sudah terhidang di meja bersamaan dengan munculnya semburat cahaya menyapa bumi.
Naina sudah selesai membuat sarapan, segera ia bereskan cucian piring dan bersiap mandi.
Segar, setelah berendam air hangat. Usai berganti pakaian, gadis itu menunggu Andre di depan meja makan, lelaki itu tak kunjung keluar dari kamar utama, entah apa yang dilakukannya.
Lima menit, sepuluh menit pun berlalu. Naina geram, ia tak tahan menunggu lagi. Diketuknya pintu bercorak itu seraya memanggil nama Andre, tetapi tak ada sahutan sama sekali.
Gadis itu mulai dilanda pikiran aneh, apa mungkin terjadi sesuatu? Pikirnya. Pelan, ia mencoba menekan handle pintu yang ternyata tak dikunci.
Perlahan pintu terbuka, menampilkan sosok Andre yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggang.
Untuk sesaat Naina terpesona melihat garis otot dan lekuk tubuh Andre, sedetik kemudian ia sadar dan berteriak. Semburat merah muncul di pipinya.
"Andre, dasar gila! Kenapa gak pakai baju!" teriaknya menutup kembali pintu dengan kasar.
Naina bersandar pada pintu, ia memegangi dadanya yang bergemuruh. Ia merasa seperti pencuri mesum.
"Ah, sial! Tapi badannya beneran bagus, aah!" gerutunya malu sendiri.
Tiba-tiba pintu dibuka dari belakang, Naina terkejut dan tak sempat mengendalikan diri. Alhasil ia pun jatuh ke dalam pelukan Andre.
Naina sempat menghidu aroma tubuh Andre, wangi sekali. Malu, ia berusaha berdiri dengan susah payah.
"Kamu udah gak sabar jadi istriku ya?" goda Andre.
"Apaan sih, itu kan, karena kamu lama," ucapnya salah tingkah.
"Benarkah?" tanya Andre seraya memangkas jarak.
Deru napasnya mengenai wajah Naina, yang membuat gadis itu semakin kikuk dan sesekali menutup mata.
"Kalau kamu begini terus, aku bakalan gak tahan lo," ucap Andre memperingati.
Naina mendorong Andre menjauh, wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)
RomanceNaina, mencoba kembali menghadapi masa lalunya.