Bab 6

40 8 0
                                    


Naina bangkit dari duduknya, memeriksa pintu masuk. Nihil. Tak ada siapa pun di sana. Ia mulai meragukan firasat yang baru saja ia rasakan.

'Ah, mungkin perasaanku saja karena banyak yang terjadi akhir-akhir ini,' batin Naina.

Gadis itu kembali duduk di bangkunya, mengambil sebuah novel yang ia bawa dan mulai membacanya.

Di sisi lain, sepasang mata itu beranjak menjauh. Ia sudah cukup puas hanya dengan melihatnya dari kejauhan untuk saat ini.

Tak terasa waktu sudah beranjak siang, Naina turun dan menemui Andre di kantornya. Pas sekali karena lelaki itu baru saja selesai dari urusannya.

"Maaf ya, membuatmu menunggu lama," ucap Andre menatap Naina lekat.

Gadis itu tersenyum simpul, "Gak masalah kok."

"Ayo, temani aku makan siang," ajak Andre seraya menarik lengan Naina.

Naina menurut saja, berjalan beriringan menuju parkiran, Andre segera mengambil mobil, sedang Naina menunggu di pintu keluar.

"Kak," bisik suara tepat di belakang telinganya.

"Astaga, kamu!" teriak Naina kaget.

"Apaan sih, Kak. Segitu kagetnya liat ketampananku ya," ucap Abbas dengan percaya diri.

"Ish, sok narsis banget sih," sungut Naina.

"Kok sendirian, nungguin aku ya."

"Ngaco."

Naina tampak geram, Abbas justru semakin tersenyum menggoda. Ia mengerling pada gadis itu yang hanya ditanggapi acuh tak acuh.

Tin!

Suara klakson mobil menginterupsi, muncul wajah Andre yang tampak kesal melihat Abbas terus mendekati Naina.

"Ayo."

Andre menarik Naina masuk, sedangkan matanya terus mengawasi adiknya. Abbas tak peduli dengan tatapan membunuh dari sang kakak.

Mobil pun melesat meninggalkan Abbas. Di dalam kendaraan, Andre fokus menyetir. Keheningan menyelimuti. Naina pun tak tahu bagaimana untuk menjelaskan.

Lima belas menit kemudian, mereka memasuki area kediaman keluarga Kurniawan. Naina sedikit terkejut, tak menyangka lelaki itu mengajaknya makan siang di sini.

"Ayo, Mama memintaku makan siang di rumah" jelas Andre seraya membuka pintu mobil untuk Naina.

Gadis itu mengangguk serta menerima uluran tangan Andre. Bergandengan memasuki ruang tamu, di sana hanya beberapa pembantu yang menyapa. Masuk ruang makan, ternyata keduannya sudah ditunggu Nyonya dan Tuan Kurniawan.

Tak lupa, salah satu penyedap suasana. Ayesha. Gadis itu sudah duduk manis di sebelah sang Nyonya.

"Siang, Pa, Ma."

"Ayo duduk," sambut Tuan Kurniawan ramah.

Andre dan Naina duduk bersebelahan, tak lupa tangan lelaki itu menggenggam erat jemari Naina. Membuat sepasang mata menatap benci.

"Siapa dia, Ndre?" tanya Nyonya dengan raut yang tak bisa dipahami.

"Dia Naina, Ma. Pacar Andre," jawab lelaki itu tenang.

Tuan Kurniawan hanya mengangguk-angguk, ia tak begitu peduli. Sedangkan Ayesha tampak sibuk main mata dengan sang Nyonya.

"Ndre, ikut mama sebentar," ucap Nyonya Kurniawan dengan wajah dingin. Seraya beranjak meninggalkan ruang makan.

"Tunggu sini, ya."

Naina mengangguk. Andre mengusap punggung tangannya kemudian segera menyusul mamanya.

Kekasih Bayaran (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang