Bab 24

3.6K 135 2
                                    


Lagi. Akan seperti ini kalau sudah bertengkar. Aku yang salah. Padahal aku hanya butuh jawaban, dan dia tidak perlu marah apalagi sampai meninggalkan aku seperti ini. Bayangkan jika kamu sedang di acara keluarga kekasihmu tapi kalian malah bertengkar. Siapa yang akan sungkan? Tentu saja aku.

Aku membuang nafas secara kasar, mata ku sudah berkaca kaca. Aku butuh tempat untuk menangis. Tidak. Aku tidak boleh menangis disini, akan terlihat buruk oleh keluarga Kak Selo. Lebih baik aku pulang.

Aku beranjak sambil membawa gelas bekasku minum tadi lalu menuju dapur. Setelah mencuci gelas itu, aku mendatangi keluarga Kak Selo termasuk Kak Selo yang sedang berada di meja makan. Bahkan Kak Selo enggan menatapku, aku tahu dia sadar aku ada. Tahan Mei, jangan nangis.

"Hey sayang, ayo makan. Mama cari kamu dari tadi lho," sapa Mama Rin

Aku tersenyum canggung, "Ma, aku... Izin pulang ya"

Ku lihat Kak Selo menatapku tajam.

"Loh, kenapa Mei?" Sahut tante Ren

"Iya mei, kenapa? Makan dulu ah jangan pulang"

Aku menggigit bibir bawahku, Semakin ada yang menahan, kenapa aku justru ingin menangis?

"Heh, cewe lu mewek tuh! Lo apain?" Sialan si banci kenapa malah sadar kami sedang bertengkar.

"Eh, engga. Bunda katanya ga enak badan, jadinya aku mau pulang aja" sanggahku cepat. Ku lirik Kak Selo tatapannya semakin tajam.

"Maaf ya tante" aku menoleh pada tante Ren seraya menunduk sedih

"Eh gapapa sayang, yaudah sampaikan salam tante ya" jawab tante Ren

"Mei, kalau gitu nanti Mama ke rumah ya," ucap Mama Rin

Aku menoleh "Gausah ma, mama kan masih acara nanti cape"

Mama Rin tersenyum "Gapapa sayang"

Aku balas tersenyum "Yaudah kalau gitu aku pamit ya semua assala_"

"Eh ga di anter Selo?" Sanggah Kak Nancy

Aku meringis " Enggak Kak, aku sudah pesan ojol, assalamualaikum" ucapku cepat dan segera pergi meskipun aku sadar mereka masih memandangku heran.

Sampai didepan rumah Nino, aku berjalan cepat sambil membuka ponsel dan memesan ojol, tapi sialnya air mataku malah mengganggu penglihatanku bahkan jatuh tepat di atas ponsel

"Ahhk!!! Sial!"

Prakkkk

Double shit. Aku malah melempar ponselku. Tuh kan Mei, rusak. Aku memandang sendu ponselku yang sudah hancur tepat di aspal jalan. Aku menangis, entahlah ku rasa tangisan ini bukan karena ponselku. Bukan. Aku menutup mulutku menahan isakan.

"Hiks, Kak Sel...lo ja jahat"

"Hiks hiks hiks"

Aku berjongkok menumpukan wajahku diatas lutut "hiks hiks"



"Bangun"

Aku mendongak. Tangisku semakin kencang, melihat dia ada dihadapanku.

*****


Ayo ayo vote lagi kalau mau lanjut hehehe :*


POSESSIVE BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang