Bab 6

6K 210 1
                                    


Ku tatap tajam mata lentik itu.

"Bisa ga sih No, kamu sekali aja jangan ember itu mulut" kataku menahan geram.

"Yaelahhh ya kaga bisalah, lumayan kan sekali begini dapet kuota seratus ribu" sahutnya sambil memainkan hp.

"Nanti aku beliin deh No, asal kamu jangan ngadu ngadu lagi" sahutku pelan mencoba membujuk banci matre ini.

"GAK! DANNNN stop penggal nama gue jadi 'No', terlalu jantan sist, penggalnya jadi 'Nin' aja lebih enak gue denger" Dia mengedipkan mata berkali kali. Rasanya pengen aku colok itu mata biar picek sebelah.

"Lagian ya Mei, tenang aja kali kan pak Edo ga jadi masuk tuh" Sekarang dia malah sibuk selfie. Memiringkan kepala sambil tersenyum.

"Huffft" Aku melipat tangan lalu menjatuhkan kepalaku.

Aku takut, nanti harus bilang apa sama kak Selo. Dia pasti sudah menerima bukti entah foto/video yang dikirim si banci itu. 8 menit lagi bel pulang berbunyi tapi rasanya aku mau lebih lama dikelas dibanding harus keluar dan ketemu kak Selo. Huh! Resiko punya pacara galak. Semangat Mei!

"No, nanti bangunin ya kalau udah bel, aku ngantuk" kataku sambil menoleh lalu kembali menelungkup.

"Hmm" sahut Nino

Ruang Kelas
14.45

Tringgggg tringggggg tringggg

PLAKKKK

"WADAWWW!!! IH NINOO SAKITT" Aku mengusap usap kepalaku setelah disabet menggunakan kipas hello kitty nino.

"Lah tadi minta bangunin, udah ah gue cabut.bye!" Dia berlari keluar kelas.

Aku masih mengusap kepalaku, sumpah sakit banget jadi pusing gini.

"Ayo pulang" tiba tiba kak Selo sudah ada dikelasku. Suaranya dingin.

Aku masih pusing, aku diam dulu.

"Nanti dulu kak, aku pusing" Aku tidak bohong. Kepalaku pusing dan lagi tadi saat istirahat tidak sempat jajan karena sibuk mencari buku.

"Gausah manja Mei, ga perlu kamu pura pura gitu. Masih betah kamu dikelas? Ada yang kamu tunggu?" Dia ngomongnya datar tapi kata katanya bikin aku sebel.

"Apa sih kak, aku beneran pusing. Aku gamau ribut." Sahutku masih tidak beranjak

"Siapa yang mancing keributan? Kamu kan? Ngapain kamu nerima buku dari cowo itu, supaya apa? Mau pdkt kamu sama dia? Jangan centil jadi perempuan"

Kak Selo semakin membuat aku pusing, air mataku sudah hampir turun, aku ini cengeng. Apalagi kalau dia sudah marah kemana mana bicaranya.

"Kalau aku centil kenapa kakak mau sama aku?" Sahutku sambil tersenyum miring. Air mataku sudah jatuh. Ku hapus air mataku.

Dia diam.

"Jadi kamu ngaku kalau kamu centil? Jangan nangis! Hapus air mata kamu! Air matamu ga akan buat aku luluh!" Dia bicara sambil melempar sapu tangannya padaku.

Cukup.

Tangisku malah makin jadi.

"Aku bilang kan jangan nangis kam---"

"CUKUP KAK!" jawabku sambil berdiri bahkan sampai bangku yang ku duduki jatuh terdorong.

"Kalau kakak memang ga suka aku cengeng hiks dan kalau menurut kakak aku itu centil terus ngapain kakak masih sama aku? Kakak sadar ga sih hiks hiks selama ini selalu aku yang salah terus dimata kamu? Huh? JAWAB KAKAK JANGAN DIAM AJA! hiks hiks hiks"

Dia maju, mengambil tangan kananku tapi tidak. Aku menghindar. Aku butuh waktu sendiri.

Aku menepis tangannya. Menghapus air mata, menarik napas.

"Stop kak, kasih aku waktu untuk sendiri. Aku gatau disini siapa yang sebenarnya salah, bahkan kakak aja selalu percaya sama Nino dibanding tanya langsung ke aku dan mendengar penjelasanku. Dimata kakak aku itu salah dan salah. Aku pulang, kakak hati hati dijalan. Permisi" aku berjalan melewatinya, dia masih diam. Bahkan saat aku melewati jendela kelasku dia masih belum beranjak.

Sudahlah, ku biarkan saja. Entah bagaimana hubunganku dengannya nanti. Aku butuh waktu sendiri saat ini.


POSESSIVE BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang