Bab 3

8.3K 237 3
                                    


"Hallo?" Aku mengangkat telpon dari kak Selo sedikit berbisik karena sedang diperpustakaan.

"Hallo doang ay?" Ujar kak Selo

Aku menarik napas sambil memutar bola mata "Hallo ayang, ada apa ayang?" Aku berkata agak keras dan penuh penekanan.

"Ssst tolong jangan berisik!" Tegur bu Manja penjaga perpus. Namanya Manjani, orangnya gendut pake kacamata. Matanya sipit, seperti mamanya jayen. Iya itu musuhnya nobita yang nakal.

Aku meringis.

"Ko kayak terpaksa gitu sih ay ngomongnya" masih aja kak Selo ngebahas hal spele kayak gitu.

"Ya ampun ay aku ga terpaksa. Kamu udah selesai PMnya?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Belum sih tapi aku udah keluar nih udah bawa tas juga" ujar Kak selo santai tanpa beban.

"Hah? Ko udah keluar? Kan setengah jam lagi ay?" Alhamdulillah aku ga lupa nyebut dia 'ay'.

"Udah ay cepetan keluar aku udah diparkiran"
Aku mendenggus. Mulai deh bossy.

Aku kembali ke salah satu meja ditengah ruang perpus mengambil tas sambil berlalu keluar. Aku menyelipkan hp diantara telinga dan bahu sambil memakai sepatu.

"Yaudah ay ini aku otw parkiran" jawabku. Lalu memutuskan panggilan sepihak.

Saat dikoridor aku bertemu beberapa teman kelasku. Mereka menyapa, aku balas dengan senyum. Aku dikelas memang tidak punya teman. Oh bukan, maksudku tidak punya teman dekat atau yang biasa disebut sahabat. Sebenarnya ada sih beberapa, Ana, Qila, Riri. Tapi semenjak Kak selo memergoki aku dan mereka di club aku tidak boleh lagi berteman dengan mereka.

Lho Mey ko nurut sih? Lho kalian ga tau? Setelah kejadian itu teman temanku tertimpa masalah. Ana yang tadinya sekelas denganku, besoknya pindah dikelas terakhir, kelas yang paling dia hindari. Qila sang sekretaris osis, tiba tiba turun jabatan jadi anggota biasa, padahal dia mati matian berjuang biar bisa deket sama ketua osis. Riri, hampir setiap hari setelah kejadian itu ban mobilnya pecah selama sebulan berturut turut.

Aku diam? Iyalah aku terlalu takut untuk membantu malah nanti jadi boomerang lagi. Akhirnya aku diam saja dan menuruti apa yang Kak Selo katakan.

Kak Selo sudah mulai terlihat, santai banget dia berdiri aja disamping pintu kemudi padahal ini masih kegiatan PM. Aku langsung buka pintu mobil dan masuk, setelah itu Kak selo menyusul.

Mobil mulai jalan meninggalkan sekolah. Oh iya ada yang harus aku bicarakan sama Kak Selo.

"Ay, semalem ayah ke kamar terus kata ayah itu mobil hadiah ulang tahunku tahun lalu harus dipakai ke sekolah supaya ga rusak mesinnya kalau cuma disimpan digarasi" ujarku menunggu respon Kak Selo.

Lampu sudah hijau, sambil mengemudi dia menjawab "Terus?" Tanyanya tanpa menoleh ke arahku.

Aku menelan ludah sebelum menjawab "Ya kamu gausah anter aku lagi kan besok aku bawa mobil" aku menoleh ku perhatikan wajahnya dari samping sambil menunggu responnya.

Dia diam. Aku juga diam lalu menuduk sambil memilin jari. Ku coba bicara lagi.

"Kan disekolah kita masih ketemu Ay, nanti gampanglah kalau kita mau jalan ya mobil salah satu tinggal disekolah aja terus kalau males balik lagi ya suruh aj--"

Brakkkk

Aku menatap lurus ke depan, mataku membola. Aku membekap mulutku dengan kedua tangan. Ya Tuhan.... Kak Selo nabrak!!!

POSESSIVE BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang