Halaman Tujuh

1K 135 17
                                    

Dunia ini gila, atau kau saja yang terlalu waras?

Braakk!!

"ARGHHH!!!!"

"YA TUHAN!!!"

"AMBULANS, AMBULANS, ASTAGAA!!"

Sore itu, 3 Oktober 2018 sirine mobil ambulance saling bersahutan dengan sirine 3 mobil kepolisian memekakkan telinga semua orang.

Punn dan Claire yang sedang menikmati langit senja berlari kearah kerumunan polisi untuk melihat sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Claire menutup mulutnya sendiri, menahan jeritannya dengan satu tangan lainnya menggenggam erat lengan Punn.



"Jack!!! Cepat bangun!!". Jo mengelus rambut kembarannya yang tengah tertidur pulas diatas sofa menggunakan kaki kirinya. Tidak ada respon apapun dari Jack, akhirnya membuat Jo mengambil jalan pintas yakni memukul dirinya sendiri dengan botol air mineral

"Aw/aw!"

"Ai Jo!!!". Jack bangun dari tidurnya dan berniat memukul kepala Jo, yang tentu saja ia urungkan.

Nanti kepalaku juga sakit, sial.

"Lo tidur kaya kebo sih anjir! Gak denger diluar ribut-ribut?". Jo melemparkan jaket abu-abu tua miliknya kearah Jack "Pake tuh jaket gue, kita liat ke bawah ada apaan"

Jack mengangguk, memakai jaket kembarannya lalu mereka bergegas keluar dari kamar Jo.

"Jo, Jack!"

Diwaktu yang bersamaan, Claire berlari dengan wajah merah karena tangisnya "Cepat kebawah, bantu Punn". Dengan tangan gemetar, Claire mengguncang bahu Jack

Jo dan Jack saling berpandangan, mereka berniat bertanya apa yang terjadi tapi Claire sudah berlari menjauh

"Claire, kau sendiri mau kemana?!"

"Mencari Wave"



"Apa kau mengenal korban?"

"Ya, kami berada di kelas yang sama". Jawab Punn tanpa melepaskan pandangannya dari darah segar yang membasahi tanah didepannya

Polisi yang menanyainya itu mengangguk lalu kembali mencatat sebelum perhatiannya teralih pada seorang perempuan dengan pakaian olahraga yang tengah berlari sambil menangis sesegukan.

"Mon, kemarilah". Punn membuka pelukannya saat melihat Mon menghampiri mereka, Mon menangis sesegukan dipelukan Punn

"Aku hiks.. tidak percaya di..dia bunuh diri Punn, tidaak". Mon menangis sampai jaket hitam yang Punn pakai terasa basah

"Tenanglah Mon"

Punn mengelus pundak Mon untuk menenangkannya dengan hati Punn sendiri sebenarnya dipenuhi rasa sesak

"Permisi..". Polisi tadi kembali menginterupsi, membuat Mon melepaskan pelukannya dari Punn
"Apakah kalian bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian?"

Mon mengangguk, matanya yang sembab itu tidak berhenti mengeluarkan air mata bahkan tangisnya kembali pecah saat melihat beberapa orang polisi memasang Garis polisi di tempat yang sedaritadi ia lihat

GIFTED CLASS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang