“Inilah cinta: terbang menuju langit tersembunyi, membuat seratus cadar berguguran setiap saat. Pertama untuk melepaskan hidup. Akhirnya, untuk melangkah tanpa kaki.”
--Jalal al-Din Rumi (Jalaluddin Rumi: 1207-1273), penyair dan mistikus Persia
****
Waahh, kalau saya sendiri tidak sabar untuk menjelajah setiap sajak-sajak puisi nan indah penuh makna. Membaca dan menulis puisi bagi saya sendiri adalah sesuatu yang sangat melekat pada jiwa dan merupakan kegiatan rutin. Walaupun begitu tidak semua puisi saya baca. Tentunya saya memilih mana yang berkualitas dan cocok untuk menjadi bacaan saya. Seperti yang pernah dikatakan oleh IgGy “Di dunia ini, begitu banyak buku dan begitu sempit waktu yang kita miliki. Harus pintar-pintar memilih buku yang layak baca saja”dalam kisahnya The Visul Art of Love.
Kyaaa! Aku menganggap karakter IgGy benar-benar hidup dan auto manut dengan petuahnya. Kak Ary memang hebat!
Sebenarnya yang saya pakai untuk judul artikel ini “Terbang di Atas Awan Bersama Sajak-Sajak Kehidupan” belum ada sangkut pautnya dengan sang tokoh Rumi atau puisinya. Judul artikel ini mewakili perasaan penulis, nantinya tokoh dalam fiksi saya (kemungkinan) yang menyukai puisi.
Wait, kenapa saya membahas puisi? Karena saya sedang membahas Rumi juga. Rumi adalah sosok tokoh penyair terpopuler negeri Paman Sam. Nama lengkapnya adalah Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al Khattabi Al Bakri.
Dalam khazanah sastra Islam, nama Rumi tertoreh dengan tintas emas. Dialah salah satu penyair hebat yang menjadi kebanggaan dunia Islam. Akan tetapi, jangan dikira hanya umat Islam yang menikmati karya-karya emas Rumi. Sebab, masyarakat non-Muslim di Amerika Serikat pun terpesona pada puisi-puisi sang penyair Muslim ini.
Jalaluddin Rumi lahir pada 1207 di Vakhsh (Tajikistan), Rumi memiliki ayah bernama Bahauddin, seorang teolog terkemuka pada zamannya. Di usianya yang masih sangat belia, Rumi kecil diajak orang tuanya meninggalkan kota kelahirannya yang sedang terancam oleh invasi tentara Mongol.
Setelah sekian tahun lamanya berkelana, Bahauddin dan keluarga akhirnya menetap di Kota Konya. Atas permintaan pemimpin Dinasti Seljuk, Sultan Kaikobad, ayah Rumi pun menjadi kepala di sebuah sekolah lokal di kota tersebut. Rumi tinggal di sana pada Abad Pertengahan
Ada yang tahu Konya?Kyaa! Di sanalah ada sebuah bangunan yang disebut Kuil Rumi. Tepatnya di Konya, Turki sebelah Selatan Kota Ankara. Tempat ini dijelaskan di halaman pertama dalam buku Sacred Travels, bagaimana tidak? Saya tersenyum sendiri membacanya saat di perpustakaan sekolah. Seolah ide saya ikut membuncah keluar mengepul bersama awan-awan di langit.
Kuil Rumi berkubah hijau menjulang ke angkasa, tempat di mana Rumi dimakamkan; ornamen yang menghiasi interior kubah itu pun ikut berdenyut bersama alunan surgawi ketika dalam seluruh hiruk pikuk kota, sang muazin menyerukan panggilan untuk melakukan shalat (azan).
Kuil Rumi dikunjungi setiap tahunnya oleh ribuan umat Muslin dan non-Muslim. Kebanyakan dari mereka berkunjung pada 17 Desember, yakni tepat pada hari peringatan kematian Rumi. Rumi begitu cinta dengan Tuhan, sampai-sampai hari kematian rumi disebut sebagai hari di mana Rumi merasakan malam pengantin bersama Tuhan. Puisi-puisi Rumi menjadi bahan renungan dan meditasi banyak orang tentang kehidupan ini.
Pertemuannya dengan seorang sufi, Shams-e Tabrizi, membawa perubahan yang sangat besar dalam hidup Rumi. Saat bertemu Shams, usia Rumi hampir menginjak 40 tahun. Shams mampu menginspirasi Rumi untuk mempelajari sufi mistik secara lebih mendalam. Shams pula yang mendorong Rumi untuk mengeksplorasi musik dan tari sebagai sarana mengekspresikan cinta Ilahi.
Kala itu, sebagian kalangan menganggap metode tersebut tak lazim. Bahkan, Rumi pun dikritik oleh murid-muridnya. Rupanya, mereka cemburu dengan Rumi dan Shams. Mereka menilai, Shams memberikan pengaruh yang tidak baik kepada Rumi. Belakangan, mereka bersekongkol untuk memisahkan kedua sahabat ini.
Suatu ketika, Shams menghilang dan tidak muncul lagi di hadapan Rumi. Banyak yang menduga Shams hilang karena ia diculik dan dibunuh oleh para pengikut Rumi yang merasa cemburu dengan kehadiran Shams. Ada pula yang beranggapan Shams dibunuh oleh putra Rumi sendiri, Alauddin.
Selepas kepergian Shams, Rumi dilanda kesedihan dan kerinduan yang sangat mendalam terhadap sahabatnya itu. Sebagai orang yang berperasaan halus, Rumi kemudian mengekspresikan rasa sedihnya dengan memadukan musik dan puisi.
Pada masa dukanya ini, Rumi justru menghasilkan sebuah karya berupa kumpulan puisi berjudul Diwan-e Shams-e Tabrizi. Kumpulan puisi ini disebut-sebut sebagai karya emas Rumi yang pertama. Seperti halnya Masnawi, maka Diwan-e Shams-e Tabrizi dianggap sebagai salah satu teks penting dalam khazanah kesusastraan Persia.
Rumi wafat dalam usia 66 tahun. Sepeninggalnya, para pengikut Rumi mendirikan Tarekat Mawlawi. Berbeda dengan tarekat lainnya, tarekat ini mempraktikkan ritual zikir dibarengi dengan gerakan tarian berputar-putar seperti yang dulu kerap dilakukan Rumi.
Kini, karya-karya Rumi telah dibaca oleh banyak orang di seluruh penjuru Bumi. Sang penyair Muslim ini berhasil menembus batas-batas genre. Visinya tentang cinta yang universal dan kesatuan dengan Ilahi menemukan resonansi yang pas dalam dunia modern.
Kisah Rumi begitu menginspirasi dan hal itulah yang membuatnya layak menjadi idola banyak orang di Dunia. Puisi Rumi begitu menyentuh hati karena saat menulis Rumi memiliki dasar cinta tanpa batas kepada Sang Ilahi.
Bonus kutipan favorit puisi Rumi
“Jangan berduka. Apapun yang hilang darimu akan kembali lagi dalam wujud lain.”“Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang yang tidak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dam malam,”
“Perkecillah dirimu, maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia. Tiadakan dirimu, maka jati dirimu akan terungkap tanpa kata-kata,”
Terima kasih
~FatmaCahaya
PS. Saya kira pesannya sudah jelas.
Topik Tokoh Dunia
Sumber:
Buku Sacred Travels oleh Meera Lester
Kompasiana.com
Covesia.com
Gensindo.sindonews.com
Wikipedia.com
KAMU SEDANG MEMBACA
Basic Research
Não FicçãoBuku ini berisi tentang dasar-dasar riset saya untuk menuliskan sebuah cerita fiksi kelak. Buku ini diciptakan untuk mengikuti kegiatan intensif RAWS Batch 2. Melalui kegiatan ini saya belajar menjadi penulis yang baik. Selamat membaca dan berpetua...