PD-22

1.3K 192 58
                                    

Chapter 22 — “Aku Tidak Ingin Sendirian.”

o0o


Yoona merundukan kepalanya, dalam. Matanya terpejam dengan perasaan takut menunggu respon dari kedua orang tuanya.

Beberapa saat yang lalu Yoona berhasil mengutarakan keinginannya untuk bercerai dengan Sehun, walau sampai saat ini kedua orang tuanya masih belum memberikan respon atas keinginannya itu.

Tak tahan. Yoona berdeham pelan, melirik takut pada Ayahnya yang masih memasang wajah keras dan tegasnya.

"Yoona."

Yoona meneguk ludah. Mengangkat wajah dan menatap Ibunya.

"Ibu tidak ingin mengatakan ini, tapi... bisa, kah, kau tahu diri sedikit?" kata Mrs. Lim yang jelas langsung menohok Yoona.

Yoona tahu apa maksud dari ucapan Ibunya, Yoona juga sadar bahwa keinginan Yoona kali ini akan sukar mendapatkan restu. Tapi jika Yoona diam saja, pada akhirnya Yoona juga akan dikalahkan oleh perasaannya sendiri. Yoona tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan menunggu seseorang yang tak ingin ditunggu olehnya yang pada akhirnya Yoona yang tersakiti, itu saja.

"Kau menolak untuk menjadi penerus tapi Ibu paham, kau yang bodoh ini takan bisa menanggung beban Allerie karna semua yang kau tahu hanyalah bersenang-senang dan menghabiskan uang," Mrs. Lim kembali bersuara, wanita setangah abad itu melengos keras lalu menatap putrinya. "Dan hanya ini yang bisa kau lakukan! jadi berhentilah manja dan lakukan dengan baik!" tambah Mrs. Lim.

Yoona menggigit bibir bawahnya dengan kuat, berusaha untuk tetap bungkam bahkan setelah mendengar kalimat menohok Ibunya.

"Apa yang Ibumu bilang itu benar, Yoona." kali ini Mr. Lim angkat suara. Pria yang hampir menginjak usia lansia itu beranjak mendekat pada Yoona yang kemudian menepuk pelan bahu putrinya. "Kami sudah memberikan hidup yang sangat layak untukmu, jadi kau bisa berterima kasih dengan cara ini," sambung Mr. Lim.

Sementara Yoona mati-matian menahan bulir hangatnya untuk tak luruh. Wanita muda itu menguatkan diri dan menatap Ayahnya. "Ta–tapi, Mister Sehun sudah memiliki kekasih, aku—"

"Laki-laki lajang takan bisa bertahan dengan satu wanita yang sama, Yoona." potong Mr. Lim. Kali ini pria tua itu mengambil alih dan duduk di sebelah putrinya.

"Ta–tapi—"

"Baiklah, Ayah akan mengizinkan kamu cerai dengan Sehun—"

"Sayang!"

Mr. Lim tersenyum meminta istrinya untuk tenang. "Tapi, kau harus melahirkan anak dari Sehun," sambung Mr. Lim kali ini senyum liciknya benar-benar bisa Yoona rasakan meskipun tanpa memandang wajah Ayahnya.

Yoona membulatkan kedua matanya, menatap tak percaya pada Ayahnya yang hanya tersenyum.

"Bagaimana? kau hanya harus melahirkan satu anak yang akan membawa sebagian harta Boneit dan setelah itu kau bisa bercerai dengan Sehun," kata Mr. Lim dengan enteng.

Yoona hampir saja mengumpat. Ayahnya pikir proses untuk menciptakan satu manusia itu hanya dengan meludah satu kali lalu terlahir seorang anak?!

"Ayah!"

"Sudah cukup Yoona, kau membuang waktu kami," suara Mrs. Lim kembali terdengar. Wanita itu mengela napas panjang, "keluar," usirnya.

[1] Pak Dosen [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang