Chapter 23 — Wanita Pilihan Katanya? CUIH!!
“Ketika kedua tangan tak bisa baku hantam, kita masih punya satu mulut besar untuk menghujat dan mengumpat!”
🌙—Kamu bangsat!
***
Sebuah keberuntungan untuk Sehun. Suji kembali bahkan sebelum Sehun menyampaikan rencananya. Awalnya Sehun sedikit khawatir, takut Suji tidak bisa buru-buru pulang seperti keinginannya tapi wanita itu di sini, sibuk menonton acara televisi di apartemennya.
Langkah Sehun tertata, mendekat pada wanita itu. Duduk di samping Suji dengan salah satu tangannya merangkul Suji membuat wanita itu menoleh dan tersenyum.
"Bagaimana Provence?" tanya Sehun.
Kening Suji menciptakan gelombang halus, wanita itu mengesah napas pelan lalu memeluk perut Sehun. "Menyebalkan, indah tapi menyebalkan."
Sehun terkekeh ringan, mengusap punggung Suji dengan satu tangannya sementara satu tangannya lagi menggenggam jemari Suji. Sehun diam hingga suasana hening mengambil alih. Benaknya memerintah untuk segera mengatakan rencananya tapi entah kenapa Sehun meragu, lagi. Karna Sehun tahu, Suji itu ... "Apa kau ingin berhenti bekerja dan menikah denganku?" ... Sangat mencintai pekerjaannya.
Tubuh Suji kaku dalam pelukan Sehun. Bahkan wanita itu secara naluri menahan napasnya dan secara perlahan melepaskan diri dari pelukan Sehun. "Hm?"
Sehun mengulum bibir sejenak. Menatap Suji dengan tatapan teduhnya, tangan yang semula menggenggam jemari Suji beralih mengusap pipi wanita itu. "Kau ingin menikah dengan ku?" tanya Sehun, suaranya rendah dan terdengar tulus, tak main-main.
Suji mengerjap. Wanita itu diam untuk waktu yang lama. Memainkan kuku jemarinya dengan gelisah, Suji melirik Sehun yang masih setia menunggu. "... Ya," jawab Suji, suaranya hampir menyerupai sebuah bisikan.
Senyum Sehun tercipta kemudian. Menunggu jawaban singkat ini kenapa rasanya sangat membuat sesak dan gusar tapi Sehun tak pernah menyangka saat akhirnya bisa mendengar jawabannya. Rasanya ... sulit digambarkan dengan kata-kata yang jelas semuanya begitu melegakan seperti sebuah beban berat itu terangkat dari dirinya. Singkatnya Sehun bahagia.
Suji pasrah saar tubuhnya tertarik dan jatuh ke dada bidang Sehun. Sehun memeluk erat tubuhnya seakan ingin membagikan perasaan bahagia yang membucah itu. Suji bersandar pada dada tegap Sehun sementara siempu sibuk mengusap rambutnya. "Tapi ... bagaimana dengan wanita itu?" pertanyaan Suji membuat gerakan Sehun berhenti. Suji mengesah napas pelan, berusaha menguasai diri. "Sehun! Aku tidak ingin bersembunyi!" sengut Suji seraya melepaskan diri dari Sehun.
"Karna itu, aku ingin kamu datang bersamaku untuk menemui Dad," kata Sehun, menjeda beberapa saat, "Dad harus mengenalmu, agar dia tahu kalau pilihanku selama ini tidak salah," sambung Sehun.
Suji tak bisa menyembunyikan senyumnya, ia kembali memeluk Sehun dan menjatuhkan kembali kepalanya pada dada tegap Sehun. Ia tak pernah membayangkan ini akan terjadi dalam hidupnya.
Sejak tahu Sehun akan menikah karna perjodohan. Suji menyerah. Menurutnya tidak akan ada gunanya untuk bertahan bahkan mengemis pada seseorang yang jalan hidupnya sudah ditentukan. Suji tidak ingin menjadi seorang yang rendah, rela melakukan apapun hanya untuk satu orang atas nama cinta. Baginya itu hanyalah hal klise yang memuakan.
Saat itu juga, Suji memutuskan untuk hidup bebas seperti burung. Terbang dari satu Negara ke Negara lain, mengitari satu Samudera ke Samudera lain dan menjelajah satu Benua ke Benua lain. Sampai perasaan bosan itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Pak Dosen [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[FANFICTION] R17+ "I'm not afraid to fall in love. But I'm afraid of being the only one who falls." - Jabatannya Dosen di salah satu universitas ternama. Masih muda, tampan, cerdas, tajir, gentle. Singkatnya idaman. Apa lagi yang kurang? --- "Say...