Part 1: Tanpa Mimpi

257 9 2
                                    


Prolog

Seperti anak ayam, mereka berjinjit sembari berbaris. Tangan mereka memegang senter yang menyala. Anak perempuan yang berada di tengah menggenggam kaos temannya dengan erat. Mereka berhenti sebentar saat mendengar suara akar yang terkoyak dari tanah karena salah satu dari mereka tersandung.

"Ups, maaf," disambut desahan lega yang lainnya. 

"Kau duluan."

Mereka mengirim temannya yang bertubuh kurus dan cungkring maju ke depan. Wajahnya pucat pasi. Ia terkenal di sekolah sebagai pemuda bengal yang punya segudang nyali. Reputasinya harus terjaga dengan baik.

Ia memajukan tangannya. Bunyi krekk terdengar. Mereka saling mendorong di belakangnya. Ia melebarkan matanya dengan paksaan.  Pelan-pelan pintu itu dibuka agar tidak menimbulkan bunyi teror dari engselnya yang berkarat. Angin malam pun merembes dari  pintu itu. Ketika pintu itu semakin bergeser,  bau pengap menyebar dari dalam. 

Kakinya bergetar saat mendarat selangkah demi selangkah. Mereka terkantuk, mengumpat, dan mendorong.

"Arghhhhh...." teman perempuannya berteriak saat ia meletakan senternya di bawah dagu.

"Dasar penakut!"

Anak laki-laki lainnya yang dari tadi terdiam dan sok menjadi pahlawan sudah bisa terkekeh dalam keremangan. 

"Sudah kubilang, kan? Tidak ada yang bisa meremehkan Bang Yedam!"

Teman perempuannya mundur. Menerobos keluar tanpa memberikan penjelasan. Seorang temannya yang bertubuh gembul dan selalu mengekornya minta izin untuk pulang lebih dulu.

"Kenapa sih?" 

Bang Yedam menoleh. Di atas tangga, sosok gelap berdiri. Bulu kuduknya menengang dengan kompak seperti paduan suara di stadion opera yang selalu memancing rasa cemasnya. Kenangan akan lengkingan wanita sopran yang begitu dibencinya mengetuk amigdalanya.

Lari! Alarm itu berbunyi dengan spontan dalam kepalanya.

"LARI!" Teman-temannya mengambil langkah seribu, meninggalkannya seorang diri berhadapan dengan sosok itu. Jelas peringatan verbal itu tidak berfungsi untuknya.

Ia gagap dan menoleh pada kegelapan di luar sana dengan rasa putus asa. Ia mengangkat kaki kanannya dengan tangan. Menghentakan saraf-sarafnya agar sadar dan menyelamatkan tubuhnya yang lemah tak berdaya.

Tapi sialnya. Ia gagal.

Apa dia akan mati? 

Pikiran itulah yang terakir kali berputar dalam benaknya. 

************

"Dasar anak-anak nakal!"

Suara serak khas lelaki renta terdengar dalam kegelapan. Ia menyorot tubuh di lantai itu dengan senternya.

Jungkook menapaki tangga kayu yang berderit setiap kali ia melangkah. 

"Kita harus membawa tubuh itu dan meletakannya di luar gerbang," katanya. 

Mereka mengangkat tubuh kurus itu, memindahkannya dari kursi belakang mobil,  dan membaringkannya di tanah. 

"Besok ia akan bangun dan menyesal telah datang ke sini," ujar Jungkook.

"Sebenarnya, apa yang membuatnya pingsan?" tanya lelaki tua itu. Ia melirik pada Jungkook dan terkejap sendiri. Kadang ia lupa, setiap kali tanpa sengaja bertatapan dengan Jungkook. 

Lisa Part

BRAAAK...!

Baju-baju menyemburat dari koper yang setengah terbuka karena resletingnya ditarik dengan terburu-buru. Cat, t-persegi, jangkar, gelas lindeks, dan kabel gambar juga menyeruak dari kotak kayu perkakas. 

FINDING UNKNOWN LOVE(Sisi Gelap Jungkook dan Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang