43 | modusin, jangan?

209K 22.7K 1.9K
                                    




43 | modusin, jangan?



"WIDIIIH, siape nih, cantik bet? Sekarang udah pantes lo menyandang klan Tanjung, biar gak malu-maluin Pak Chairul Tanjung, punya nama belakang sama kayak lo!"

Seperti biasa, Timothy yang demen menilai orang dari penampilan langsung berkomentar begitu melihat Sabrina memasuki lobby.

Semua sedang berkumpul di sana kecuali Mbak Iis. Dan Zane, yang kemungkinan belum datang. Mungkin masih asyik ribut dengan Rachel di apartemennya. Main lempar-lemparan piring. Atau main lempar-lemparan pisau. Sabrina tidak peduli.

"Pantes dateng telat. Dandan dulu. Biasanya juga nggak pakek mandi, nggak pake nyisir." Juned menambahkan.

Sebenarnya Sabrina masih punya dendam kesumat padanya, tapi terpaksa menahan diri. Pasalnya, project Juned menghasilkan banyak bonus akhir-akhir ini, dan itu orang lumayan royal pada teman setim.

Ucup yang lagi nyapu pura-pura tidak mendengar, sadar betul obrolan para sesepuh ini bisa merusak akhlaknya.

"Better come late than come ugly." Sabrina mendengus, songong.

Karen dan yang lain kontan ngakak.

Sabrina menanggapi dengan senyum saja. Toh memang selama ini dia jarang dandan karena cemas bakal ada kegaduhan di kantor. Bisa ribet kan, semisal ada sepasang calon pengantin datang sebagai klien, si cowok malah salah fokus padanya? Dia jelas tidak ingin menjadi penyebab batalnya pernihakan orang, dan batalnya teman-temannya mendapatkan nafkah.

"Biasanya, cewek yang pada dasarnya males dandan tiba-tiba jadi peduli sama penampilan gini, berarti dia abis diputusin. Tapi kan kemarin-kemarin Sabrina jomblo, ya? Berarti abis ngelihat gebetan ama cewek lain. Atau ... abis ditolak cowok. Elo yang mana, Sab?" Karen membuat hipotesis dengan entengnya.

Sabrina kontan melengos.

Mulut teman-teman kantornya memang jahanam semua. Kalau didebat malah bahaya, bisa membuat semua rahasia malah terkuak.

Akmal mesam-mesem.

Sabrina memelototinya, mengancam agar dia tidak buka mulut.

"Tebakan gue sih, abis ngelihat gebetannya mesra-mesraan sama cewek lain." Jun sotoy. Lima puluh persen benar, tapi tidak boleh dibenarkan.

"Kalo gue nebak yang terakhir, abis ditolak." Timothy ngakak.

Akmal yang dari tadi menahan tawa, kontan pecah. Sabrina langsung mencubit pinggangnya keras-keras.

"Ada apaan, sih, kok kayaknya kalian berdua berkonspirasi?" Karen melipat kedua tangan di depan dada, mendelik, merasa gerak-gerik Akmal mencurigakan.

"Konspirasi apaan?" Sabrina melotot. "Orang gue mau ketemu klien."

Jawabannya jelas tidak membuat yang lain puas.

"Lo dandan gini cuma mau ke Sheraton doang?" Gusti mendengus, kemudian geleng-geleng kepala, tidak percaya.

"Yep. Siapa tau ketemu mantan, ya kan? Jangan sampe ada mantan yang mikir, syukur deh udah gue putusin, makin tua makin jelek ternyata." Sabrina mencoba memberi jawaban. "Atau, ketemu cogan mapan, yang potensial dijadiin calon imam."

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang