35 | nggak ada zane, bantal pun jadi

215K 20.6K 710
                                    




35 | nggak ada zane, bantal pun jadi



SELAIN wanginya yang memanjakan hidung, Sabrina suka betapa Zane terasa sangat pas dipelukannya. Sabrina suka saat lelaki itu mengusap lembut belakang kepala dan punggungnya. Apalagi saat Zane memeluknya balik.

Nyaman, hangat.

Ah, kalau begini ceritanya, sih, guyonan tentang si Mila lama-lama bisa jadi kenyataan!

Sabrina langsung melek karena ngeri dengan khayalannya sendiri.

Dosa, Sab! Eliiing! Sabrina mengingatkan diri sendiri

Dan ternyata Zane sudah tidak ada di kasur. Malah bantal yang ada di pelukannya. Pantas, nyaman, hmm!

Dasar jablay!

Sabrina kemudian bangkit duduk, mencoba beradaptasi dengan situasi kamar yang gelap.

Dia mencari-cari tombol lampu tidur di nakas, seraya memandang jendela balkon yang gordennya terbuka. Diluar memang sudah gelap, hanya ada cahaya temaram dari lampu balkon yang menyala.

Sekarang sudah jam delapan lewat.

Lumayan lama dan nyenyak juga tidurnya tadi, gara-gara mimpi dielus-elus Zane. Kampret memang.

Sabrina lalu berjalan ke pintu, memutar kenopnya. Masih terkunci.

Demi Tuhan, Sabrina cuma bisa bersabar.

Dengan malas, perempuan itu menoleh ke sekeliling kamar, mencoba menebak-nebak di mana Zane berada.

Hanya penasaran, sih. Sebenarnya dia juga nggak peduli-peduli amat semisal Zane ternyata sudah melompat terjun dari lantai empat puluh gara-gara frustasi.

Kemudian dia menyeret kakinya ke balkon.

Memang benar Zane ada di sana. Rebahan dengan posisi tengkurap di swing bed. Sambil baca buku.

Sabrina berjalan tanpa suara menghampirinya. Jiwa isengnya ingin langsung menyergap dan memeluknya dari belakang. Tapi nggak jadi.

Nggak lucu aja membayangkan Zane tiba-tiba kesal sungguhan dan menguncinya di balkon.

Terkunci di kamar Zane saja sudah sial, apalagi terkunci di balkon?

"Bang ...." panggilnya pelan, kemudian beringsut ke pinggiran swing bed, lalu menggerakkan kakinya pelan supaya ayunannya bergerak.

Zane menoleh.

"Lo ngapain pindah di sini?" tanya perempuan itu basa-basi. Dia harus akur dengan teman sekamar, ya, kan?

"Ck. Pake nanya, lagi. Nggak sadar situ tidurnya kayak kuda?" Zane menyahut judes, lalu kembali menekuri bukunya.

"Ya sorry. Gue kan biasa tidur sendiri." Sabrina manyun. "Udah makan?"

"Belom."

"Mau makan apa?"

"Nggak nafsu."

"Ih, ngambek." Sabrina menggelitik pinggang Zane.

Ini orang lama-lama kalau dilihat jadi mirip Liam Hemsworth. Sabrina jadi ingin menertawakan pikirannya sendiri.

Zane melotot. "Kerjaan makan, tidur, makan, tidur terus, lama-lama badan lo jadi selebar kulkas."

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang