45 | anti downgrade-downgrade club
ZANE menutup pintu mobil Rachel yang dipinjamnya dengan kesal.
Rachel ketawa-ketiwi di bangku teras coffee shopnya.
"Kurang kopi, Pak?" tanya perempuan itu saat dia lewat, melemparkan remote kunci mobilnya.
Zane mendengus. "Laper gue. Makan, yuk."
Rachel menggeleng. "Udah brunch tadi. Masih kenyang."
Zane mendengus lagi.
Rachel ngakak melihat muka kusutnya. "Mau makan apa, sih? Gue orderin."
"Apa aja yang bisa bikin kenyang."
"Oke. Bapak bisa tunggu di ruangan, nanti gue anter ke atas buat Bapak tersayang."
"Order di tempat yang deket aja, biar nggak lama-lama."
"Yoi."
Kemudian Zane berlalu, meraih handle pintu depan kantornya, melihat Timothy sedang memperhatikannya dari front desk dengan mata menyipit.
Mood Zane jadi jelek lagi.
Dia butuh Sabrina untuk diomeli, yang pasti sekarang sedang makan siang berlama-lama dengan Sang Mantan, dan nanti kalau kesorean saat kembali ke kantor, akan berdalih kejebak macet, atau ngantre dokternya lama.
"Acara seminar lo udah beres, Tim, persiapannya? Dua hari lagi, kan?" tanyanya sambil membuka pintu, kemudian berjalan mendekati meja karyawannya itu.
Timothy mesem. "Udah. Seminar kit lagi diambil Sabrina. Gampang lah, tinggal masuk-masukin doang ke goodie bag."
"Emang Sabrina belum balik, pergi dari tadi pagi?" tanyanya lagi, berlagak bego. Toh nggak ada yang tahu kalau dia pergi ke Sheraton juga tadi, dan bahkan bertemu dengan perempuan itu di sana.
"Belum. Katanya mampir ke dokter dulu. Lagian masih jam makan siang, kali." Timothy membela rekannya, membuat Zane menggeretakkan gigi.
"Ya acara lo kan lusa, harusnya udah beres semua, dong. Itu yang dipesen kalo masih ada yang cacat gimana?"
Timothy mesem lagi, jelas mencoba bersabar. Kadang Zane heran sendiri, kenapa karyawan-karyawannya pada darah tinggi semua, padahal dia sudah susah payah mengusahakan gaji mereka jauh diatas UMP meski bisnis nggak selalu lancar. "Gue udah paham manajemennya kali, Bos. Nggak perlu khawatir gitu. Bulan ini aja jadwal seminar gue seminggu sekali, kurang paham gimana, coba?"
"Nah ini yang gue nggak demen, pada ngeremehin, mentang-mentang udah pengalaman!"
Karen yang sedang berada di pantry tiba-tiba melongokkan kepala keluar, menoleh ke Timothy. Timothy yang kebetulan juga sedang menoleh padanya hanya mengangkat bahu sedikit.
"Oke, gue telepon Sabrinanya biar cepet balik, ya." Timothy akhirnya menurunkan nadanya sampai membuat Zane merinding dan segera berjalan menuju tangga, menuju ruangannya.
Siang ini kantor sepi. Jun dan Iis meeting dengan klien Jun. Akmal ke venue projectnya, dan baru saja disusul Gusti.
Zane menyandarkan diri ke sandaran kursinya, menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]
Humor[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara di Event Planner startup milik seniornya di kampus. Tentu saja, dia nggak berharap banyak. Berurusan...