61 | jangan sampe milo sakit mata
SABRINA terbangun karena merasa ada yang aneh.
Perlahan dia naik turunkan kakinya yang melingkari pinggang Zane di bawah selimut, ingin memastikan.
Nah lho!
Mulut Sabrina kontan ternganga.
Ternyata bukan mimpi.
Memang benar kulit ketemu kulit.
Jelas saja Sabrina refleks menjauhkan kakinya, berusaha tidak sampai membangunkan Zane, lalu balik badan membelakanginya. Menahan diri dari godaan untuk menyingkap selimut yang menutupi tubuh Zane sampai sebatas pinggang.
Sumpah, ini sih porno abis.
Sabrina menyumpal mulutnya dengan ujung selimut supaya tidak bersuara.
Mendadak tubuhnya berkeringat dan dadanya bergemuruh.
Begini nih, kalau ganteng dan seksi datang sepaket dengan bego dan masa bodoh. Yang ada bikin orang lain stres.
Zane yang memakai baju lengkap, rapi, dengan setting tempat di kantor saja sudah sanggup membuat Sabrina ambyar saat melihatnya, eh, sekarang malah tertidur pulas hanya beberapa jengkal di sebelahnya, polosan pula!
Sabrina cuma bisa mengelus dada.
Semalam dia memang sudah keburu tidur menunggu Zane selesai mandi.
Yang ditunggu malah tidak langsung masuk kamar. Asyik main dengan Milo sambil menunggu mesin cuci.
Sabrina sampai heran sendiri.
Mesin cuci kok ditungguin!
Karenanya dia jadi tidak tahu kalau lelaki kampret---yang sialnya saat ini sangat disukainya---itu naik ke kasur tanpa berpakaian.
Stupid, kan?
Harusnya dia membangunkan Sabrina dulu. Paling tidak, meski tidak akan sedap dipandang, Sabrina bisa meminjamkan celana pendek padanya.
Kalau sudah begini kan Sabrina jadi susah sendiri. Bawaannya pengen ngambil cuti honeymoon, tapi apa daya---boro-boro dihalalin, ditembak juga enggak, biarpun Sabrina nggak butuh ditembak untuk mengikrarkan diri sebagai kekasih baru Zane Abram.
Lalu Sabrina merasakan pergerakan di sebelahnya.
Zane menggeliat. Mengerjabkan mata.
Sabrina mendekat. Merebahkan kembali kepalanya di dada telanjang itu.
"Good morning, Boss," sapanya kalem, kontras dengan isi perutnya yang serasa diaduk-aduk. Skill aktingnya memang nggak pernah mengecewakan. Yang perlu dilatihnya sekarang adalah menjaga denyut jantungnya tetap stabil di depan Zane, biar nggak kelihatan bucin-bucin amat. Malas dia melihat Zane makin melambung.
Zane mesem. Mengelus-elus punggungnya dengan satu tangan. Jari-jarinya terasa lembut dan hangat membelai kulit Sabrina di balik kemeja.
"Good morning," sahut lelaki itu, sama kalemnya. Terlihat B aja, seolah-olah situasi saat ini sangatlah normal.
Sabrina mengatupkan rahang. Jangan sampai cuma dirinya yang kelihatan doyan!
Dan kemudian perempuan itu mendapatkan kecupan singkat di dahi tanpa diminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]
Humor[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara di Event Planner startup milik seniornya di kampus. Tentu saja, dia nggak berharap banyak. Berurusan...