Happy reading
🍁🍁🍁🍁
Hari Minggu adalah waktu yang ditunggu oleh hampir setiap orang. Hari di mana kita bisa bermalasan sesuka hati tanpa takut terlambat. Sama halnya dengan Jisoo, gadis itu masih terlihat bergulung dengan selimut meskipun jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Suhu yang kebetulan dingin sisa hujan semalam, menambah rasa malas Jisoo untuk beranjak.
Akan tetapi, sering mendengar jika gangguan pasti ada saja saat sedang ingin bersantai bukan? Karena saat ini radar Jisoo sudah mendeteksi akan terjadinya gangguan dalam beberapa detik yang akan datang. Gangguan itu terasa semakin dekat saat sisi kasur miliknya mulai bergerak.
"Bangun!" Teriak gangguan yang bukan lain adalah Taeyong tepat di telinga kanan Jisoo.
Brak!
Suara cukup keras tersebut langsung diikuti ringisan kecil dari Taeyong yang terjatuh. Siapa lagi pelakunya jika bukan kaki bertenaga Jisoo.
"Tidak usah menggangguku." Geram gadis itu sembari membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.
Taeyong mendengus singkat dan langsung menarik paksa selimut Jisoo. "Ayo bangun, aku ingin memperlihatkan sesuatu."
"Lima belas menit kau sudah harus siap. Jika tidak, aku akan membelikanmu selusin baju berwarna oranye!" Ancamnya yang hanya dibalas decihan oleh Jisoo.
"Tidak percaya? Aku pesankan sekarang." Imbuh Taeyong sembari membuka ponselnya. Jisoo yang perasaannya tiba-tiba tidak enak, perlahan membuka matanya untuk mengintip apa yang pria itu lakukan.
"Jangan bercanda!" Sergahnya cepat merebut ponsel sang suami yang menampilkan berbagai model baju berwarna oranye.
Taeyong beranjak dan menimpali dengan santai, "Aku serius, tetapi kau menganggapnya bercanda."
Akhirnya mau tidak mau Jisoo beranjak bangun untuk mandi. Entah kenapa semenjak menikah dengan Taeyong, dirinya menjadi sensitif terhadap warna mencolok. Apalagi berbicara dengan pria itu, rasanya tekanan darah Jisoo selalu berada dilevel tertinggi.
---
"Sudah siap?" Tanya Taeyong saat Jisoo baru saja keluar dari kamar.
"Mau ke mana?"
"Garasi."
Jawaban santai pria itu seketika menghentikan langkah Jisoo yang baru saja mengekori Taeyong. Gadis itu sudah akan mengomel sebelum sadar jika mereka akan mengambil mobil terlebih dahulu. Ya, ternyata dirinya sudah berprasangka terlebih dahulu. Benar-benar tidak baik.
Setelah perjalanan menuju garasi yang dipenuhi keheningan, akhirnya keduanya sampai juga. Ini pertama kalinya Jisoo masuk ke garasi milik Taeyong yang berisi koleksi mobil pria itu. Diam-diam Jisoo menghitung jumlah mobil Taeyong sembari mengikutinya di belakang. Mulutnya terbuka tanpa sadar saat selesai menghitung mobil yang ada di dalam garasi tersebut. Bayangkan saja, 25 mobil dengan harga yang pastinya fantastis. Benar-benar orang kaya sungguhan.
"Mana mobil yang sering kau gunakan?" Tanya Jisoo yang sejak tadi sudah gatal ingin bertanya.
"Hitam, silver, dan abu-abu." Tunjuk Taeyong ke tiga mobilnya.
"Lainnya?"
"Hanya saat ingin saja."
"Hanya saat ingin?! Berarti ada yang belum pernah dipakai sama sekali?"
"Sudah semua, paling tidak satu kali."
"Kau tidak berniat menjualnya?"
"Menjualnya?"
"Hmm, bukankah lebih baik membeli gedung atau hotel atau mall ketimbang mengoleksi mobil? Itu jauh bermanfaat dan juga bisa disewakan."
"Kau ingin gedung? Aku bisa membelikannya." Timpal Taeyong santai yang mana membuat Jisoo gemas. Dia sedang tidak memberikan kode terselubung jika dia ingin gedung, dia benar-benar bertanya. Di saat mengode saja tidak terbaca, eh saat tidak mengode malah dianggap melakukannya. Dasar pria.
"Bukan itu maksudku."
"Lalu?"
"Lupakan saja. Itu hobimu, aku tidak perlu protes. Lagipula kau membelinya dengan uangmu bukan uangku, aku tidak akan rugi sama sekali." Ujar Jisoo sembari kembali menatap mobil-mobil di sekitar mereka.
"Oh iya, kita mau ke mana?" Tanyanya saat tersadar tujuan awal mereka.
"Ke mana?" Ulang Taeyong sedikit bingung.
"Bukankah kita akan pergi ke suatu tempat? Kukira kau ingin mengajakku memilih mobil mana yang ingin digunakan?"
"Kurasa aku sudah mengatakan akan ke garasi."
"Ya, ke garasi. Untuk mengambil mobil bukan?"
"Tidak. Aku hanya ingin menunjukkan koleksiku padamu."
Raut Jisoo seketika berubah datar. Jadi, tadi dia tidak sekadar berprasangka saja jika Taeyong hanya mengajaknya ke garasi? Karena pada kenyataannya hal itulah yang pria itu lakukan. Sudah berpikir negatif dan langsung diubah ke positif, tetapi kenyataannya malah pemikiran negatifnya yang terjadi. Kemirisan macam apa yang Jisoo dapatkan di hari Minggunya kali ini?
"Jadi, kau..." Jeda Jisoo sembari mengambil napas dalam-dalam. "...benar-benar hanya mengajakku ke garasi? Untuk menunjukkan koleksi mobilmu?"
"Hmm. Ada yang kau suka? Kau bisa memilikinya." Jawab pria itu santai.
Gadis itu mendesis kesal, "Jika kau lupa, aku bahkan tidak bisa menyetir."
Jisoo merasa sia-sia mandi dan berpakaian layak untuk pergi jika hanya melakukan tur di garasi. Apalagi di hari Minggu, benar-benar membuat moodnya hancur. Ingin rasanya gadis itu menggigit Taeyong sekeras mungkin untuk meredakan emosinya saat ini.
"Bercanda. Sebenarnya aku ingin menyuruhmu memilih mobil mana yang tidak kau sukai. Mungkin aku akan menjualnya?"
Raut berbinar tanpa Jisoo sadari langsung menghiasi wajahnya. "Sungguh?!"
"Hmm, dalam mimpimu." Timpal Taeyong diakhiri seringaian laknat. Mengerjai dan membuat Jisoo kesal adalah kesenangan baru bagi pria itu.
"Brengsek!" Umpat Jisoo yang tidak tahan lagi. Yang mana hal tersebut membuat lengkungan di wajah Taeyong semakin melebar. Untung saja tadi dia sudah beranjak sebelum gadis itu mengumpat. Jika tidak, dapat dipastikan tangan mungil Jisoo mendarat di atas kepalanya.
Pluk!
"Aww!" Ringis pria itu sebelum berbalik menatap Jisoo dengan tatapan tajam. Taeyong lupa jika sepatu gadis itu bisa saja menggantikan tangan mungilnya untuk mendarat di kepalanya.
---
Tbc
P: 25 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Producer ::✓::
Fanfiction‼️ BELUM DIEDIT ‼️ Pandangan terhadap perjodohan: "Menurutku akan berakhir sama saat aku mencari sendiri dan dicarikan. Akan sama-sama diawali dengan perkenalan, kemudian pendekatan, saling memahami, dan berakhir bersama." -Lee Taeyong Pandangan ter...