Happy reading 😊
🍁🍁🍁🍁
"Taeyong? Ambilkan Jisung dan kembalikan Jaemin!" Teriak Jisoo yang dapat Taeyong dengar dari dapur. Percayalah, semenjak melahirkan Jisoo menjadi suka sekali berteriak. Buru-buru Taeyong menyelesaikan kegiatannya mencuci botol susu.
"Jisung yang mana?" Tanya Taeyong polos menatap tiga box bayi di depannya. Hanya dua yang terisi, sedangkan satunya berada digendongannya. "Kanan atau kiri?" Imbuhnya sembari meletakan Jaemin di box yang tengah.
"Kau sendiri yang mengurutkan mereka dari yang tertua." Cibir Jisoo yang akhirnya mengambil Jisung dengan tangannya sendiri.
"Ah benar. Jeno, Jaemin, dan Jisung." Gumam Taeyong menghafalkan letak anak-anaknya.
Karena percayalah, ketiganya sangat mirip dan sulit dibedakan. Bobot tubuh ketiganya sama, berbeda pun hanya beberapa ons sehingga tidak terlalu terlihat. Wajah mereka masih terlihat sangat mirip karena masih bayi. Jadi, jangan salahkan Taeyong yang tidak bisa membedakan.
"Tidak mau susu sambung saja? Kau tidak kewalahan?" Tanya Taeyong menghampiri sang istri yang sedang menyusui Jisung.
"Kita memang menggunakannya."
"Maksudku lepas dari ASI." Ralat Taeyong cepat.
"Tidak, aku ingin memberi mereka ASI selagi bisa." Jawab Jisoo menolak untuk kesekian kalinya.
Ya bukan kali pertama Taeyong menanyakan hal semacam itu. Bukannya apa, dia hanya kasihan kepada Jisoo. Sudah tenaganya terkuras banyak, ditambah harus memberikan ASI kepada tiga bayi. Terkadang Taeyong merasa tidak becus sebagai suami dan ayah.
"Mau memperkejakan pengasuh?" Tawar Taeyong yang ditolak langsung oleh Jisoo dengan gelengan tegas.
"Baiklah, asisten rumah tangga saja."
"Kenapa?"
"Aku tidak ingin kau lelah, Jisoo." Gemas Taeyong karena Jisoo selalu tidak peka atas rasa khawatirnya.
"Aku bisa melakukannya, Taeyong sayang."
Taeyong berdecak, "Mengurus anak sudah sangat melelahkan. Tidak ditambah mengurus rumah, Jisoo."
"Aku hanya memasak untuk kita. Apanya yang mengurus rumah? Bersih-bersih saja tidak pernah dan tidak akan. Rumah sebesar ini aku tidak akan sanggup membersihkannya." Timpal Jisoo dengan nada ngeri di akhir. Jasa kebersihan saja membutuhkan banyak orang.
"Ya benar juga, tetapi-"
"Kenapa?" Potong Jisoo pelan dengan senyum manis dan tatapan lekat. Taeyong lemah. Dia tidak kuat jika harus dihadapkan dengan wajah meneduhkan Jisoo itu.
"Aku mengalah." Akunya sebelum membaringkan diri di pangkuan Jisoo. Ya meskipun wajahnya akan bertemu langsung dengan bokong anaknya, itu bukan masalah besar. Yang penting dia bisa ikut bermanja, tidak hanya ketiga anaknya saja yang digendong sayang.
Tangan kanan Jisoo yang bebas, mengusap surau hitam Taeyong. Senyum samar terlihat di wajah keduanya sebelum Taeyong menarik tangan tersebut. Dikecupnya berulang kali tangan mungil yang tersemat cincin pernikahan keduanya.
"Terima kasih." Bisik Taeyong yang dibalas kekehan kecil oleh Jisoo.
"Jangan berterima kasih sekarang karena aku masih akan terus menyuruhmu. Taruh Jisung dan ambil Jeno." Perintah Jisoo merusak momen dadakan mereka barusan.
Bukannya kesal, Taeyong malah mendengus geli sembari menerima Jisung. Dibawanya dengan hati-hati anak bungsunya yang sudah kembali terlelap. Setelah memastikan Jisung tidur dengan nyaman, Taeyong beralih mengambil Jeno, anak sulung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Producer ::✓::
Fanfiction‼️ BELUM DIEDIT ‼️ Pandangan terhadap perjodohan: "Menurutku akan berakhir sama saat aku mencari sendiri dan dicarikan. Akan sama-sama diawali dengan perkenalan, kemudian pendekatan, saling memahami, dan berakhir bersama." -Lee Taeyong Pandangan ter...