PD: 14

4.7K 612 20
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Taeyong bersyukur ngidam Jisoo tidaklah neko-neko. Tidak sampai membuatnya kerepotan maupun kelimpungan. Paling hanya terkadang memotong waktu tidurnya di malam hari. Wanita itu lebih sering meminta makanan. Ya makanan yang bisa didapat dengan delivery ataupun memasak. Benar-benar tidak membuat Taeyong lelah.

Bahkan tidak terasa waktu berbulan-bulan sudah terlewati. Kini keduanya sudah akan menyambut kedatangan sang buah hati. Selama lima bulan terakhir, Taeyong tidak benar-benar bisa menemani Jisoo sebenarnya. Karena bagaimanapun proyek filmnya harus segera diselesaikan. Sebelum disibukkan dengan promosi dan penayangan di sana-sini.

Namun, yang membuat Taeyong bersyukur dirinya masih bisa pulang ke rumah untuk bertemu istrinya. Ya tidak terpisahkan jarak antar negara seperti waktu itu. Meskipun waktunya sebagian besar untuk bekerja, Taeyong tidak akan menyia-nyiakan akhir pekan.

Jika sebelum menikah dirinya acap kali bekerja meskipun di akhir pekan. Kini kebiasaannya berubah total semenjak Jisoo mengandung. Dia akan menggunakan akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama Jisoo atau membeli keperluan untuk anak mereka. Karena sudah dipastikan anak mereka semua berjenis kelamin laki-laki, alhasil sebagian besar barang didominasi warna biru dan abu-abu.

Setelah mempersiapkan segala kebutuhan anak mereka, kini keduanya sedang menanti cemas kelahirannya. Ya karena ini pengalaman hamil pertama Jisoo, wanita itu cukup takut memilih cara bersalin. Entah itu secara normal atau dengan cara sesar. Karena bagi Jisoo keduanya sama-sama menakutkan.

"Taeyong?" Panggil Jisoo pelan saat keduanya sudah bersiap akan tidur.

"Hmm?"

"Kau ingin menamai mereka siapa?"

"Emm, entahlah. Jujur aku belum memikirkannya."

"Kau harus memikirkannya sejak sekarang."

"Akan kucoba. Tidurlah, kau tidak mengantuk?"

"Belum. Aku gugup." Aku Jisoo jujur.

"Kenapa?"

"Aku akan melahirkan, bagaimana aku tidak gugup?"

"Kita akan menghadapinya bersama."

"Aku yang melahirkan, kau tidak." Ucapan sarat sindiran tersebut berhasil membuat Taeyong meringis. Ya mau dicerna seberapa besar pun perkataan Jisoo memang benar sepenuhnya. Wanita itu yang melahirkan, sedangkan Taeyong hanya bisa menemani.

"Semuanya akan baik-baik saja." Hibur Taeyong akhirnya yang tidak tahu akan mengatakan apa lagi. Jisoo tidak menjawab dan hanya memeluk suaminya dengan erat. Ya mengharap kehangatan Taeyong bisa menenangkan dirinya yang cemas itu.

---

Setelah percakapan keduanya tadi malam, siapa sangka ternyata keesokan harinya Jisoo merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya.

"Aku akan melahirkan sekarang?" Takut Jisoo dengan air mata yang sudah keluar.

"Hmm, kau tenang ya? Jangan panik, aku ada di sini."

"Tetapi ini baru bulan ke delapan, apa mereka akan lahir prematur?"

"Tidak, Jisoo. Memang sudah waktunya." Jawab Taeyong lembut.

Jisoo bertanya dengan nada tercekat, "Apa kembar selalu lahir lebih awal?" Wanita itu kelihatan menahan sakit diperutnya yang sejak tadi tidak tertahankan. Sebenarnya Jisoo tahu dirinya akan melahirkan sekarang, tetapi dia masih belum yakin karena kandungannya belum genap sembilan bulan. Semua itu membuat Jisoo takut kalau-kalau anak mereka kenapa-kenapa.

"Tidak selalu, ada yang lahir saat sudah sembilan bulan. Kau tenang ya? Mereka semua baik-baik saja. Kemarin kita baru memeriksanya dan tidak ada yang salah, mereka semua sehat."

"Jadi, tidak apa-apa aku melahirkan... sekarang?" Tanya Jisoo memelan diakhir karena perutnya yang terasa mengejang.

"Tidak apa."

"Tidak bisakah aku melahirkan secara normal?" Tanya Jisoo lagi dengan wajah yang sudah memerah padam. Ya kesakitan dan ketakutan sangat terlihat jelas di sana.

"Untuk kali ini tidak, sayang." Ucap Taeyong pelan. "Aku tidak mau mengambil risiko. Memang ada kelahiran bayi kembar secara normal, tetapi aku takut kau tidak... "

"Aku mengerti." Timpal Jisoo cepat saat sang suami tidak sanggup menyelesaikan ucapannya.

"Hmm, terima kasih. Berjuanglah." Kecupan manis Taeyong berikan sebelum istrinya dibawa masuk ke ruang bersalin.

Hembusan napas panjang terdengar dari Taeyong yang hanya bisa menunggu di luar. Ya Jisoo melahirkan dengan cara sesar. Entah sebenarnya Taeyong boleh masuk untuk menemani atau tidak, karena dirinya lupa menanyakan hal tersebut. Ya pikirannya cukup kalut saat ini.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Hibur Mama Lee yang dibalas anggukan singkat.

Hampir dua jam lamanya ketujuh orang itu menunggu di depan ruang Jisoo bersalin. Ya Jaehyun dan Rose menyusul tidak lama setelah Taeyong mengabari jika Jisoo akan melahirkan. Waktu yang sudah cukup lama itu, membuat mereka semua diliputi kecemasan.

"Mereka semua laki-laki?" Tanya Rose memecah keheningan.

"Hmm." Gumam Taeyong yang menjawab setelah diberi tepukan pelan oleh Jaehyun. Ya pengalihan yang cukup bekerja pada rasa cemasnya.

Semua orang kontan berdiri saat ruang tersebut dibuka. Raut cerah dari dokter tanpa sadar membuat mereka semua menghela napas lega.

"Selamat, mereka semua dalam keadaan sehat." Ucap dokter itu. "Hanya perlu memindahkan Nyonya Jisoo ke ruang rawat dan kalian bisa menemuinya." Imbuh dokter itu sebelum pamit.

---

"Jisoo?" Panggil Taeyong pelan sembari memberikan kecupan-kecupan kecil di seluruh wajah Jisoo. Ya mereka semua sudah bisa menemui Jisoo setelah wanita itu dipindahkan.

Jisoo tersenyum samar sebelum beralih menatap semua orang yang berdiri mengelilinginya. Tanpa sadar air matanya meluruh menatap wajah sang mama. Ya Jisoo kini merasakan seberapa besar pengorbanan mamanya melahirkan Jisoo.

"Di mana mereka? Aku ingin melihatnya." Pinta wanita itu pelan menatap Taeyong penuh mohon.

"Kurasa kau tidak bisa menggendong mereka sekaligus. Mungkin satu persatu?" Jawab Taeyong dengan senyum lembut yang diangguki oleh Jisoo.

"Mereka semua tampan." Bisik Jisoo saat anak pertama sudah berada di gendongannya.

"Mereka semua laki-laki, jelas akan tampan." Balas Taeyong dengan kekehan.

Semua orang tersenyum haru saat melihat wanita muda yang bersender di ranjang itu menggendong sayang buah hatinya. Ditemani sang suami yang menatap geli bayi di depannya alias di dekapan Jisoo.

"Dia aneh, kulitnya berwarna merah." Celetuk Taeyong dengan senyum geli.

"Kau mengatai anakmu aneh?"

Suara dengan nada datar dan dingin itu tanpa sadar membuat Taeyong meremang. Ditatapnya takut-takut wajah sang istri yang sudah menipiskan bibirnya. Gerakan pelan Jisoo memunggunginya membuat Taeyong mengumpat dalam hati. Kenapa dia tidak bisa mengontrol mulutnya? Kenapa otaknya tidak bisa memilih kata-kata yang lebih enak didengar?

Diam-diam ketujuh orang di ruangan itu menatap Taeyong iba. Namun, senyum geli jelas tidak tertinggal. Satu sisi kasihan, satu sisi mengolok. Ya karena bagaimanapun tidak ada seorang ibu yang suka saat anaknya dibilang aneh. Taeyong malah dengan bodohnya mengatakan hal itu. Bodohnya lagi itu anaknya sendiri.

---

Ada yg kemarin berpikir kok aku ga update? :))

Sebenernya kemarin mati lampu dan pas udah hidup aku keburu ngantuk berat, jadinya ga nulis deh hehe

Mungkin part depan akan ada sedikit kejutan(?) Entahlah nantikan saja
SEDIKIT loh yaa wkwk

---

Tbc

P: 08 Juni 2020

Producer ::✓::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang