Surai berwarna jingga bak api itu berkobar indah di tengah kegelapan. Hanya kegelapan yang mendominasi tempat itu. Namun untuk keempat gadis yang ada di sana, kegelapan tidak menjadi masalah. Mereka bergerak dengan sangat leluasa tanpa perlu menggunakan mantra terbang, tak ada penghalang seperti gravitasi.
"Sepertinya Anda sudah memilih pewaris, ya." Gadis bersurai kebiruan bagai aliran sungai yang tenang memulai topik.
Si Gadis Api itu mengangguk pelan. "Sepertinya dia anak yang cukup unik."
Gadis-gadis lainnya mulai menerawang anak yang dipilih oleh Si Gadis Api. Mereka menilai dengan cermat orang yang telah memikat The Origin.
"Sepertinya dia benar-benar anak yang cukup menarik." Gadis mungil bersurai coklat gelap bagai pertambangan bawah tanah menjawab dengan nada bersemangat dan terkesan angkuh.
"Saya tidak berpikir dia hanya cukup." Pernyataan dari gadis bersurai putih mutiara bak angin yang bertiup di musim semi berhasil menarik perhatian. Semua mata pun mengarah padanya. Raut wajahnya berubah menjadi gugup dan panik, dirinya masih tak terbiasa dengan orang-orang yang menatapnya, padahal sudah lama dia menghabiskan waktu bersama gadis-gadis lainnya. "Mak... maksud saya, kekuatan yang dimiliki anak itu jauh lebih kuat dari kita." Si Gadis Angin menjelaskan dengan terbata-bata. Penglihatannya semakin kabur.
"Aku tau." Jawaban Si Gadis Api menyelamatkan Si Gadis Angin yang hampir pingsan, meski dirinya tak dapat pingsan. "Aku juga merasakan kekuatannya. Hanya saja yang membuatku memilihnya adalah takdir yang dia putuskan untuk tulis."
Semua orang terheran-heran mendengar pernyataan Si Gadis Api. Mereka tak sehebat The Origin. Yang mampu mereka lihat tak sebanyak itu, paling jauh yang dapat mereka lihat hanya kekuatan terpendam.
"Anda dapat melihatnya?" Si Gadis Air bertanya memastikan. Jawaban dari Si Gadis Api hanya sebuah anggukan kecil.
"Kalau begitu kita hanya perlu melihat perubahan apa yang akan dibawa oleh pewarismu." Meski terkesan meledek, Si Gadis Tanah tak bermaksud begitu. Dia benar-benar hanya mengajak yang lain untuk melihat. Untungnya gadis-gadis lain memahami dirinya. Semua pun menggangguk mantap dengan ajakan Si Gadis Tanah.
Ajakan itu sebenarnya sama saja seperti menunggu sebuah benih untuk tumbuh. Tak diketahui lama waktu menunggu agar buahnya matang dan siap dipetik. Namun bagi mereka, meski perlu 100 tahun lebih, mereka dapat terus menunggu, toh waktu tak pernah lagi berputar untuk mereka.
**TBC**
~05 Mei 2020~
Halo semua! Cuman mau ngasih tau kalau cerita ini author ikutin Quota Tracking 1.000 word/day di grup kepenulisan BSWClub
Dan maaf ya, author labil. Awalnya author gak ada niat buat adain Prolog dan Epilog. Tapi tiba-tiba author mikir, "Gimana kalo adain prolog ama epilog? Kalo prolog ama epilognya kayak gini kayaknya bagus juga."
Sekali lagi author minta maaf atas kelabilan author.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Princess [END][REVISI]
FantasyKerajaan Legia terkenal dengan kebiasaan mereka mengurung putra dan putri mahkota mereka di sebuah menara. Tidak ada siapapun yang pernah melihat mereka kecuali raja dan ratu. Mereka tidak tahu, kebiasaan itulah yang akan membawa masalah pada mereka...