Membuktikan perkataannya tadi mereka—Lion, Slamet, Altas, Fandi, dan seluruh anak SMA Garuda dan Cakra duduk di belakang gedung sekolah SMA Elang. Duduk mengampar di atas aspal berteman kopi dan kacang, di tambah obrolan ringan yang terdengar.
Jika bukan karena Lion, karena siapa lagi? Ia meminta semuanya untuk tenang, membiarkan Dion mengambil alih seluruh tanggung jawab untuk menjemput siswi yang disandera Alga. Dari pada sibuk berjaga di balik tembok lebih baik mereka semua ngopi, Dion akan baik-baik saja.
"Gue khawatir sama Dion di dalem," ucapan Altas tiba-tiba. Memakan kacang kulit yang sudah ia kupas, mengunyahnya. "Lo tau dari mana Dion baik-baik aja?"
"Feeling."
Satu kata yang keluar dari mulut Lion membuat Altas dan Slamet menahan napas. Bisa-bisanya ia santai sedangkan mereka semua tidak tahu bahaya apa yang akan Dion hadapi di dalam sana.
"Sinting ini anak." Fandi sontak berdiri. Tidak bisa dipungkiri ia juga terlibat, bagaimana pun caranya Dion harus keluar dengan keadaan baik-baik saja.
"Anak Cakra!" intruksi Fandi. Membuat anak laki-laki berseragam putih dengan celana batik sedikit kecoklatan mengarahkan pandangannya. "Barikade! Kalo kedengeran suara gaduh dari dalem langsung serbu!"
"Serba dua ribu?" jawab Lion santai. Memakan kacang kulit yang ada di tangannya, Lion mendapatkan satu jitakan dari Slamet.
"Bercanda mulu anjing!"
"Slamet." Lion mengarahkan atensinya pada Slamet. "Hidup itu butuh candaan, nggak semua hal harus lo anggap serius. Cuma bikin emosi dan bikin kehilangan tawa di bibir lo."
Di dalam. Tepatnya di dalam gudang yang sudah sangat kotor. Gedung paling belakang dan terpojok dari SMA Elang terdapat lima orang laki-laki beserta satu wanita yang duduk di atas kursi kayu dalam keadaan tangan diikat dan mulut yang dibungkam menggunakan lakban hitam.
Pantas saja Alga membawa gadis ini ke dalam sekolah, ternyata tempat penyekapan gadis ini memang sangat kotor terlihat jarang sekali ada siswa atau siswi yang datang kesini. Terlebih lagi, jalan menuju ke gudang ini penuh bangku dan meja yang sudah tidak terpakai membuat sjapapun enggan memasuki gudang apa pun itu alasannya.
"Berapa hari?" tanya Danial menatap gadis yang sudah nampak sangat pucat. Entah dia tertidur atau pingsan. "Barang kali lo lupa gue ingetin lagi, Ayah gue polisi. Dan gue dengan senang hati bisa laporin lo ke bokap gue, kalo lo minat."
Dion menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak bisa lebih lama lagi melihat gadis yang mungkin tidak berdosa harus menjadi tahanan hanya karena tradisi sialan yang ada di SMA Elang.
"Polisi mana yang bisa nangkap pelajar?" kata Alga santai. Laki-laki itu jalan mendekati gadis itu. Disentuh pipi gadis itu, hingga mengusap pucuk kepala membuat gadis itu terusik.
"Alga Antonio Bardika. Laki-laki yang memiliki keturunan bangsa Eropa. Dua kalo tinggal kelas, memiliki banyak catatan di kepolisian. Kalo bukan miras, ya palingan balapan liar," kata Danial berusaha memancing amarah Alga dengan semua informasi yang ia tahu. "Sama kaya Dion yang suka balapan, bedanya Dion nggak pernah masuk kantor polisi."
"Bangsat!" umpat Alga.
Gadis yang sudah merasa terusik langsung menggerakan tubuhnya random. Mengerang keras namun mulutnya ditutup dengan lakban. Dengan sekuat tenaga dia terus menggerakkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JERK TWINS ✔
Teen Fiction#1 bertarung (27-01-2021) #1 tertawa ( 27-01-2021) [PART SEDANG DIREVISI DAN MASIH AKAN DI LANJUTKAN!] ----- Tidak seperti dicerita lainnya. Anak kembar yang dilakukan berbeda, saling menyaingi dan takut tersaingi, yang satu diuntungkan yang satu di...