The Jerk Twins: 12

684 80 17
                                    

Jangan lupa komen dan likenya para pembaca tersayangku!

HAPPY READING!
.
.
.

Dion memasuki rumahnya yang nampak sepi. Ayah dan Bundanya sedang menghadiri acara di kantor, makannya rumahnya nampak sepi hari ini. Tadi di garasi terlihat beberapa motor terparkir, Dion dapat pastikan itu adalah motor teman-temannya. Ada yang harus dia sampaikan perihal Lina dengan teman-temannya, mereka juga harus tau siapa Lina yang penting info ini tidak tersebar luas hingga telinga anak SMA Elang.

Melangkahkan kakinya menuju dapur untuk meminum segelas air putih. Dion membuka tudung saji di atas meja makan, tidak ada makanan apapun untung dia membeli banyak makanan ringan. Mengingat makanan ringan, Dion kembali teringat pada wanita licik yang membohonginya tadi. Permata, itu nama wanita yang sudah memerasnya meminta ganti rugi pun jajan tapi informasi yang Permata berikan tidak sesuai dengan keinginan yang Dion ingin ketahui.

Membawa seluruh makanan ringan yang dia beli tadi ke dalam kamar, Dion segara masuk. Ada bagian inti anak Monster di dalam kamarnya. Jika berhubungan dengan masalah perselisihan antar sekolah mereka memang dibagi antara tiga bagian. SMA Garuda yang paling berwibawa, berani dan bijaksana. SMA Cakra yang terlalu menomor satukan keselamatan anggota, pun kerabat baik SMA Garuda. Dan ini SMA Elang yang suka membuat masalah dan terus menjalankan tradisi turun temurun yang entah dibuat oleh siapa.

Tradisi kebebasan untuk anak SMA Elang mengambil siswi dari SMA manapun yang masih dalam jangkauan wilayah kekuasaannya, untuk dijadikan sandaran.

Dan Monster—nama geng yang Dion buat untuk bersaing ketat dengan geng Blaster. Geng Monster adalah gabungan dari anak SMA Cakra dan SMA Garuda, meski ada beberapa anggota ada yang dari luar sekolah itu, bagi Dion selama anggotanya jujur dan selalu bersikap menjadi dirinya sendiri masih bisa dia ajak untuk bergabung. Blaster, gabungan antara anak SMA Elang dan beberapa remaja yang nampaknya sudah tidak sekolah sehingga sering berbuat hal yang tidak bermoral, terlalu brutal di jalanan.

"Lion kemana?" tanya Dion. Meletakan semua makanan yang dia beli tadi di lantai lalu dia duduk seraya melepas kaus kakinya.

Altas melempar pandangannya pada Slamet yang sibuk bermain game di playstation. Menyenggol tubuh Slamet yang nampak sangat tak acuh.

"Pergi sama Lina." Danial yang semula merebahkan tubuhnya di atas kasur Dion kini turun, ikut duduk di lantai. "Sebenernya Lina itu siapa? Sikap lo berdua seakan nggak kenal sama Lina di sekolah padahal Lion yang bilang sendiri kalo Lina sepupu lo."

Dion nampak berpikir. Adiknya pasti sudah menceritakan tentang Lina terlebih dahulu pada teman-temannya. "Gue cuma bersikap sebagaimana seharusnya sosok kakak yang ngelindingin adiknya dari jauh."

Slamet meletakan stik ps begitu saja, menjauhkan benda itu dari tubuhnya lalu melihat Dion dalam. "Tapi lo seakan ngejauhin dia secara perlahan. Mana Lina cantik, gue nggak tega cewek secantik dia disakitin."

"Otak lo cewek terus! Nggak di tanjakan, turunan, tikungan, gang, semua sudut jalan ada cewek lo!" cibir Fandi. Membuka makanna yang dibawa oleh Dion dengan seenaknya. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada memakan makanan gratis bukan?

"Gue paham. Intinya Lina sepupu gue, gue sayang sama dia kaya gimana gue sayang sama Lion dan kalian semua. Karena dia perempuan gue nggak mau sampe ada anak Elang atau Blaster yang tau kalo dia saudara gue. Takut kejadian And---"

"Kita bakal jagain Lina. Lo percaya sama kita, 'kan?" Altas memotong ucapan Dion. "Kita keluarga. Satu mengibarkan bendera perang, semua harus siap untuk pasang badan."

Dion tersenyum. Dia tidak salah memilih teman, dia tidak akan melupakan siapapun yang me dukung dan membantunya dikala membutuhkan.

"Gue delivery makanan, lo tungguin di bawah gue mau mandi," ucapan Dion, berdiri dari duduk dengan segera dia melangkahkan kaki memasuki kamar mandi. 

-----

Fandi mengumpulkan piring kotor yang ada di atas meja makan, Danial ikut serta membantunya. Makanan yang dipesan Dion sudah sampai satu jam yang lalu, mereka segera menyantapnya tanpa memikirkan kondisi Lion dan Lina yang sedang ada di luar rumah.

Dion dan anggota inti Monster lainnya duduk di depan TV besar sambil menikmati film kesukaan mereka bersama. Film UP, kisah seorang kakek dan anak kecil yang berpetualang membawa terbang rumah kecilnya menggunakan ribuan balon menuju air terjun Paradise Falls.

Tidak lama film itu mereka putar, pintu rumah terbuka menampilkan Lion dan Lina yang membawa beberapa tas jinjing.

"Wah, nonton nggak ngajak-ngajak," kata Lion. Mengabaikan Lina yang masih berdiri kaku ditempatnya, Lion langsung bergabung diantara mereka.

"Kayak anak kecil, nontonnya kartun," cibir Lina. Merasa tidak terlalu penting keberadaannya disekitar sini, dia lebih memilih untuk menonton drakor di dalam kamarnya.

"Sirik aja lo burik!" balas Lion. Enak saja ada yang menghina film kesayangan sejuta umat pada masanya. Mana yang dicibir film kesukaan Lion sejak kecil, tidak terima rasanya.

"Lo mau tau cara cuci piring biar bersih kinclong, nggak?" suara Fandi terdengar dari dapur. Letak ruang TV dan dapur memang tidak jauh, kegiatan di ruang TV dapat dilihat tadi dapur, pun sebaliknya.

"Gimana?" jawab Danial yang berdiri disamping Fandi. Hanya bantu doa, tidak bantu kerja.

"Pertama lo harus pastiin banyak busa di sponsnya, kedua lo gosok keseluruh permukaan piring, terus lo---"

"Garuk piring nya!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Lion dengan sifat kalemnnya itu lebih dulu memotong.

"Gobloknya murni dari lahir! Cuci piring yang penting itu harus banyak busa sama bener gosok spons-nya!" cibir Fandi. Meski tangannya sibuk mencuci piring, tapi bibirnya tetap saja cerewet.

"Lah, biasanya ada nasi yang nempel dipiring, dari pada ribet pas lo bilas lo garuk aja biar nasi yang lengket pada lepas." Lion tidak mau kalah. Matanya masih menonton film UP padahal. Memang Lion multitalenta, disamping bikin kesel ternyata Lion juga pandai adu kata.

"Udah lo nurut aja sama pembantu," cibir Danial.

"Berisik lo pada! Mending keluar!" semua diam, termasuk Fandi refleks mematikan kran air yang mengalir saat mendengar suara Dion. "Ganggu orang nonton!"

------

TO BE CONTINUE...

THE JERK TWINS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang