The Jerk Twins: 14

687 91 18
                                    

Jangan lupa komen dan vote nya💜

_____________________________________

Dion langsung keluar mobil saat baru saja terparkir ditempatnya. Dia berlari meninggalkan Lion yang tidak kalah terburu-buru darinya, bukan karena telat tapi karena menerima telepon mengejutkan dari Altas.

Ditelepon tadi Altas bilang, Alya—adik Altas yang duduk dikelas XI tidak pulang sejak malam karena menghadiri acara ulang tahun temannya. Altas dan orang tuanya kira Alya menginap di rumah temannya dan akan pulang hari ini. Namun nyatanya Alya berada di markas Blaster, Alga menghubunginya pagi ini menyuruh Dion yang kesana bukan Altas. Sebenarnya Altas mampu saja mendatangi markas Blaster dan menghancurkan markas sampah itu bersama polisi, Altas masih waras dia tidak ingin mencelakakan kondisi buruk adiknya disana.

Dion berlari menuju kelasnya, pun Lion yang ikut berlari dibelakangnya. Siswa lain lihat pasti mereka sedang main lari-larian mengingat mereka adalah pasang adik kakak yang sering membuat kekacauan meski akhirnya terus mematuhi hukuman yang ada. Sampai dikelas Dion masuk, menggebrak meja Slamet membuat laki-laki sedikit berisi itu terlonjak kaget.

Lion datang, kelas terasa sangat sepi dia pun ikut menggebrak meja disamping Dion gebrak tadi.

"Lo pada kenapa, sih? Pagi-pagi udah main gebrak-gebrakan!"

Jika yang menggebrak meja adalah Lion itu sudah menjadi hal lumrah, tapi ini Dion ikut menggebrak, hal langka bukan?

"Alya. Adiknya Altas ada di maskar Blaster, kita harus kesana sepulang sekolah. Bener nggak Yon," ucapan Dion berusaha menetralkan napasnya yang memburu, sambil melihatkan foto Alya yang tadi dikirimkan oleh Altas.

"Bentar Bang, gue napas dulu," jawab Lion menghembuskan napas dan menghirup napasnya secara teratur guna mengembalikan debar jantungnya kegaris normal. "Iya, kita kesana abis pulang sekolah."

"Alya bakal aman kalo nunggu kita sampe siang?" tanya Slamet.

Dion mengangguk. "Gue udah minta anak Cakra buat jaga markas Blaster sampe kita datang."

Suara kaki orang berlari terdengar membuat mereka bertiga dan teman-temannya mendengarkan suara itu dengan baik. Mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu ingin melihat siapa yang datang.

Disana, diambang pintu terlihat Permata dengan napas tersengal-sengal datang dengan keadaan rambut yang acak-acakan. Wanita itu mendekat ke arah Dion yang menatapnya seolah tidak perduli.

Permata menyentuh lengan Dion, membuat seluruh siswa yang melihat adegan itu membuka mulut tercengang. Ada wanita yang berani menyentuh Dion setelah kematian Andini, Permata orang pertama.

"Lo harus tolongin gue!" katanya dengan napas tersengal. "Temen gue! Lina yang lo nanya tentang dia di minimarket, gue liat dia dipaksa masuk ke dalam mobil. Gue rasa orang yang maksa dia anak SMA Elang, seragam yang cowok itu pake bener-bener SMA Elang."

"Wah, anjing!" umpat Lion. Baru ingin mengangkat kaki dari sana lengannya ditahan oleh Dion.

"Kita tau dia dibawa kemana, santai. Abis balik sekolah kita kesana," ucap Dion menenangkan adiknya yang nampak emosi.

"Mau nunggu sampe kapan? Sampe Lina diperkosa sama kaya Andini dulu?!" teriak Lion.

"Lion! Jaga omongan lo!" teriak Slamet. Laki-laki ini hanya menjaga Lion yang mungkin saja akan mendapatkan pukulan dari Dion karena kembali membuka kenangan buruk itu.

"Nggak bisa. Kita harus kesana sekarang." Lion menunjuk ke arah luar pintu. "Andai Bunda yang ada disana apa lo masih mikirin sekolah lebih penting dari pada nyawa Bunda lo? Seharusnya lo yang lebih dewasa nyikapin semua ini. Gue yakin lo pasti punya pendirian sendiri, tapi buat saat ini gue nggak bisa ikutin cara main lo lagi Bang. Nggak nutup kemungkinan kejadian yang Andini timpa bakal terjadi lagi sama Lina, dan gue nggak mau itu terjadi."

"Kontek anak Monster buat bolos hari ini. Kita kesana sekarang." Dengan tegas Dion beucap. Menggandeng tangan Permata untuk ikut bersamanya.

Lion dan Slamet ikut berjalan dibelakang sambil memainkan ponselnya menghubungi temannya yang lain. Satu sekolah langsung gempar melihat Dion yang menggandeng tangan Permata dari ruang kelasnya hingga tempat parkir, bisa dipastikan ini akan menjadi berita hangat hingga beberapa hari ke depan.

"Sampe lo bohong nyawa lo nggak akan aman," bisik Dion tepat ditelinga Permata.

Permata yang berniat memakai sabuk pengaman sontak membeku. Tubuhnya merinding dapat merasakan hembusan napas Dion, pun ngeri dengan kalimat yang dibisikan Dion tadi.

"Gue nggak akan boong! Lina temen gue!" jawab Permata galak membuat Dion menjauhkan tubuhnya segera menyalakan mesin mobil dan pergi dari area sekolah.

"Bocah langsung berangkat ke markas Blaster, ada anak SMA Cakra 'kan disana?" ucap Slamet diangguki oleh Dion dan Lion.

"Anak Cakra ngapain ngikut?" tanya Permata bingung.

"Lo nggak perlu tau. Kalo udah sampai disana lo jangan pernah keluar dari mobil, sampai ada perang pun lo jangan keluar."

-----

Beberapa anak yang sibuk mengintip ke dalam gudang kosong yang menjadi markas Blaster mengarahkan pandangannya saat satu mobil hitam datang. Lion keluar lebih dulu, disusul Slamet dan Dion.

"Gimana?" tanya Dion pada Altas.

"Aman. Nggak ada suara teriakan atau rusuh."

Persetan dengan jawaban Altas, Lion menendang pintu besar yang menjadi jalan masuk ke dalam gudang tersebut. Kegaduhan dimulai, bukan Lion namanya jika tidak membuat hal baik menjadi rumit. Beberapa laki-laki turun dari atas, nampak sangat tidak sepadan dengan kondisi anak Monster yang berseragam sekolah anak Blaster terlihat menggunakan baju biasa terlihat seperti brandalan.

Dion dan Slamet langsung menyusul Dion yang sudah hilang dibalik pintu. Adiknya memang humoris, tapi Lion adalah orang yang paling dihindari jika sudah marah. Lion tidak bisa mengendalikan emosi yang ada di dalam dirinya sendiri.

"Keluar lo semua anjing!" teriak Lion ditengah-tengah ruangan yang temaram karena tidak ada celah untuk matahari masuk dengan sempurna.

Suara tepruk tangan terdengar dari atas. Itu Alex beserta anak Blaster lainnya.

"Lo bikin kesalahan besar nerobos masuk gitu aja," bisik Slamet di telinga Lion.

"Persetan!" jawabnya.

Sedetik setelah itu terdengar suara teriakan wanita dari atas. Altas tahu itu adiknya, tidak ada wanita lain selain Alya di dalam sini.

"Lo lukain adik gue nyawa lo semua jadi bayaran!"

Alex tertawa. Dari atas dia melihat tajam ke arah Lion yang menatap seakan menantang dirinya lalu dia meludah dari atas, hingga ludah itu jatuh tepat di depan Dion dan Lion.

"Ngajak adu nyawa beneran!" Lion lari ke arah tangga dengan tergesa. Darahnya mendidih seakan seperti ingin meledak saat itu juga. Tidak ada yang bisa mengurangi emosinya kecuali melampiaskannya dengan pukulan.

-----
NEXT.....

Huhu!

Gimana perasaan kalian?

Feel dapet apa nggak, nih?

Menurut kalian cerita The Jerk Twins itu gimana, sih?

Mohon jawab, ya. Buat ku bikin tanggapan dari para pembaca untuk up di akun Instagramku.

Jangan lupa difollow akun baru netes banget @_adehismawati


THE JERK TWINS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang