Jangan lupa lambang pendukungnya! 💜-----
Sorot matahari yang terang pada pagi hari ini tidak menjamin akan menerangi seluruh hati para manusia di bumi. Pagi ini dimulai dengan kepulangan Lina ke rumah keluarga Altas dengan kondisi yang sangat-sangat buruk, hanya dibalut selimut putih serta kembali dililit dengan jaket hitam milik Altas. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang sudah dia tinggal selama hampir sehari ini, kedatangannya langsung disambut dengan keterkejutan Bunda dan Ayahnya. Dion tahu, orang tuanya pasti mengkhawatirkan kondisi dirinya dan adiknya yng tidak memberi kabar selama berada diluar rumah kemarin.
"YaAllah, sayang kamu kenapa?" tanya Vega begitu khawatir. Memeluk tubuh Lina yang berada di dalam balutan selimut, wanita itu mengelus kepala Lina dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.
"Lina?" tanya Ayah Altas kemudian laki-laki itu mengarahkan pandangannya pada Dion yang berdiri disamping Lina dengan tatapan yang sangat sayu penuh peyesalan. "Dion?"
Dion masih bergeming.
"Dion!" suara Ayah Altas meninggi. "Dion! Jawab Ayah apa yang terjadi? Lion juga dimana!"
Dion mengangkat kakinya perlahan mendekati Ayahnya. Masih dengan tatapan sayur tubuh laki-laki itu langsung berlutut di bawah Ayahnya.
Menundukan kepalanya dalam, Dion memegang kaki Ayahnya dan terisak di bawah sana."Yah, aku bukan Kakak yang baik, aku bukan Abang yang bisa lindungin adiknya. Yah, aku salah. Aku ... aku gagal jadi Kakak yang terbaik." Dion terisak dengan kepala yang menunduk menatap kaki Ayahnya.
Ayah Altas terenyuh. Hatinya terasa sakit terlebih lagi melihat kondisi Lina, keponakan yang sudah dia anggao seperti anak perempuannya sendiri sedang berdiri dihadapannya dengan penampilan yang sangat kacau.
"Aku salah. Ayah nggak berhak marah ke Lina apa lagi sama temen kumpulku, disini aku yang salah. Salahin aku, Yah. Pukul Dion, Yah! Pukul!"
Ayah Altas meraih kedua bahu Dion, membantu anaknya untuk berdiri. Dalam hitungan detik dia menarik tubuh Dion dalam dekapannya, menepuk tubuh bagian belakang anaknya untuk menguatkan.
"Kamu nggak salah. Kamu cuma hutang penjelasan sama Ayah, setelah ini ceritain semuanya sama Ayah."
Dion terisak. Laki-laki kuat seperti macan jalanan yang hari ini mengeluarkan air mata kecewanya sangat terlihat memilukan. Dion, sang penguasa jalan dan SMA Garuda menangis di dalam pelukan Ayahnya karena gagal melindungi apa yang seharusnya dia lindungi. Dion lemah, Dion hanya kuat di luar tapi hatinya sangat rapuh.
"Persis kaya kejadian Andini, Yah. Bodohnya aku terlambat."
"Kali ini kamu salah." Ayah Altas melepas pelukannya. "Kamu nggak ngabarin Ayah, kamu ceroboh bertindak sendirian. Tapi Ayah bangga kamu bisa ambil keputusan meski akhirnya harus semenyakitkan ini."
Dion kembali menabrak tubuh Ayahnya untuk dia peluk. Pelukan Ayahnya selalu menjadi penenang untuknya, Ayah yang selalu bijak sana dan selalu menerangi jalan yang penuh kegelapan di dalam hatinya.
Altas yang sedari tadi diam membeku menyaksikan kepiluan atas peristiwa pedih yang dialami satu keluarga ini perlahan maju mendekati Vega.
"Tante, lebih baik bawa Lina ke kamarnya. Kita harus fokus sama psikis Lina mulai hari ini," kata Altas hampir berbisik.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JERK TWINS ✔
Teen Fiction#1 bertarung (27-01-2021) #1 tertawa ( 27-01-2021) [PART SEDANG DIREVISI DAN MASIH AKAN DI LANJUTKAN!] ----- Tidak seperti dicerita lainnya. Anak kembar yang dilakukan berbeda, saling menyaingi dan takut tersaingi, yang satu diuntungkan yang satu di...